Istilah, Makna, dan Beban Ideologis pada Wanita Jawa


Dalam lingkungan masyarakat Jawa, ada beberapa istilah yang diberikan kepada wanita berdasarkan peran dan kedudukan mereka. Istilah-istilah itu bukanlah sekedar istilah, melainkan membawa beban ideologis tertentu bagi wanita sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini:

a. Sebutan Wadon

Kata Wadon berasal dari bahasa Kawi wadu, yang secara harfiah berarti kawula atauabdi. Istilah ini sering diartikan, bahwa di dunia ini perempuan “dititahkan” atau “ditakdirkan” sebagai abdi (pelayan) Sang Guru Laki (suami). Bahkan dalam konteks kebudayaan Hindu lama, eksistensi kaum hawa sebagai abdi harus dijalani tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Artinya, kewajiban perempuan mengabdi kepada suami tidaklah terbatas di dunia nyata ini, melainkan harus sampai di akhirat. Pengabdian seorang wanita harus mengikuti sang guru laki dalam setiap tataran “kehidupan”. Secara naratif, hal tersebut mengandung konsekuensi logis, bahwa jika sang suami meninggal, sang istri harus melanjutkan pengabdiannya di alam kubur, dan begitu pula seterusnya.

b. Sebutan Wanita

Kata wanita berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa wani (berani) dan tata (teratur).Secara “gathukologis”, kata bentukan ini mengandung dua konotasi, yakni wani ditata(berani [mau] diatur) dan wani nata (berani [mau] mengatur). Dalam konotasi wani ditata mengandung makna, bahwa perempuan harus tetap tunduk pada sang suami. Sedangkan wani nata mempunyai maksud, bahwa perempuan (sebagai ibu rumah tangga) harus bertanggung jawab atas pendidikan anak dan seluruh pengaturan (kesejahteraan, kesehatan, kerapian, dll) keluarga.

c. Sebutan Estri

Kata estri berasal dari bahasa Kawi estren yang berarti penjurung (pendorong). Dari kataestren terbentuklah kata hangestreni yang berarti mendorong. Dengan demikian sebutanestri mengandung konsekuensi logis (tanggungjawab yang melekat), bahwa seorang estriharus mampu mendorong suami, membantu pertimbangan-pertimbangan, terutama saat jiwa dan semangatnya sedang melemah.

d. Sebutan Putri

Secara leksikal kata putri berarti anak perempuan. Dalam peradaban tradisional Jawa, kata ini sering digunakan sebagai akronim kata-kata putus tri perkawis. Itu berarti, dalam kedudukannya sebagai seorang putri, perempuan dituntut untuk merealisasikan tiga kewajiban wanita (tri perkawis), baik dalam kedudukannya sebagai wadon, wanita,maupun estri.

Kalau istilah-istilah diatas kita simak secara teliti, tidak ada satupun yang mendudukkan kaum wanita secara sejajar dengan kaum pria. Semua istilah tersebut memberikan beban tertentu bagi perempuan.



Post a Comment