Banyak orang berusaha untuk menghilangkan perbedaan hakiki antara lelaki dan wanita, terutama orang berusaha memperjuangkan persaman hak dan kewajiban; yaitu sebagai manusia wanita yang kedudukannya sebagai warga negara. Perbedaan-perbedaan tersebut dinyatakan antara lain dalam peristiwa-peristiwa sebagai berikut :
1. Betapa pun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita, namun pada intinya wanita itu hampir-hampir tidak pernah mempunyai interesse menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti kaum laki-laki. Hal ini antara lain bergantung pada struktur otaknya serta misi hidupnya. Jadi, wanita itu pada umumnya lebih tertarik pada hal-hal yang praktis daripada yang teoritis.
2. Kaum wanita itu lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati segi-segi kehidupan yang konkrit, serta segera. Misalnya, ia sangat meminati masalah rumah tangga, kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitar rumah tangganya. Sedangkan kaum pria pada umumnya cuma mempunyai interesse, jika peristiwanya mengandung latar belakang teoritis untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi tertentu. Ringkasanya wanita lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis konkrit; sedangkan kaum pria lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang abstrak.
3. Wanita pada umumnya sangat bergairah, vivid dan penuh vitalitas hidup. Karena itu tampaknya wanita bersifat lebih spontan dan impulsif. Wanita juga sering disebut sebagai makhluk yang memiliki keremajaan dan penuh kelincahan hidup. Sehingga tepat kiranya bila manusia wanita berfungsi sebagai teman bergaul bagi kaum pria, karena pria pada umumnya selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaraan sifat-sifat wanita. Pada umumnya kaum pria sifatnya lebih lamban, lebih berat mengendap, sehingga penampilan dirinya kurang tampak kurang lincah. Semua ciri wanita tersebut merupakan sifat-sifat yang kontras dengan sifat kaum laki-laki, namun jelas mereka saling melengkapi.
4. Wanita pada hakikatnya lebih bersifat hetero-sentris dan lebih sosial. Karena itu lebih ditonjolkan sifat kesosialannya. Sebaliknya kaum pria mereka bersifat lebih egosentris, dan lebih suka berfikir pada hal-hal yang zakelinjik. Mereka lebih objektif dan esensial.
5. Wanita lebih banyak mengarah keluar, kepada subyek lain. Pada setiap kecenderungan kewanitannya. Pada segi lain, wanita menganggap orang laki-laki atau suaminya sebagai anaknya yang harus dituntun dengan penuh rasa keibuan, dan diarahkan. Oleh karena itu, wanita senantiasa terbuka hatinya bagi orang lain dan lebih muda mengakseptir Aku lain. Sehubung dengan sosialitas ini, wanita cepat bersedia membuka diri bagi Aku-lain karena itu ia dikenal dengan sebutan “terminus terpercaya” (tempat pemberhentian akhir yang bisa dipercaya).
6. Wanita biasanya tidak agresif, sifat lebih pasif, lebih sopan, suka melindungi dan memelihara mempertahankan. Oleh fungsinya sebagai “pemelihara” itu, wanita dibekali oleh Alam dan sifat-sifat kelembutan dan keibuan, tanpa mementingkan diri sendiri, dan tidak mengharapkan balas jasa bagi segala perbuatanya. Sedangkan kaum pria cenderung berperan sebagai pengambil inisiatif untuk memberikan stimulasi dan pengarahan, khususnya bagi kemajuan. Kaum pria selalu mengejar cita-citanya dengan segala macam sarana baik luhur maupun yang jahat. Oleh karena itu hidupnya dianggap sebagai suatu substansi yang otonom.
7. Menurut profesor Heymans, perbedaan antara wanita dan laki-laki terletak pada sifat sekundarlitas, pada umumnya wanita mereagir dengan respon yang lebih kuat dan lebih intensif emosional dari kaum laki-laki. Jadi sifat wanita lebih emosional daripada kaum pria. Keadaan ini tampak pada pengekspsian lahiriahnya sebagai contoh, jika terjadi perselesihan diantara beberapa orang (yang belum dikenal), orang laki-laki lebih suka berdiri diluar “pagar”, dan tidak mencampuri permasalahannya. Sedangkan wanita pada umumnya membenci kehambaran dan kebancian, dan sering menyesali kaum laki-laki, karena kaum pria lebih sikap menunggu, nertral dan berdiri “diluar garis perselisihan”.
8. Kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah politik, terlebih-lebih politik yang mengunakan cara-cara licik, munafik, dan kekerasan. Sikap tidak berminat ini disebabkan oleh tindak politik karena diangggap sesuai dengan nilai-nilai etis dan perasaan halus wanita. Karena itu, biasanya wanita memilih bidang dan pekerjaan yang banyak mengandung unsur relasi-emosional dan pembentukan perasan. Misalnya pekerjaan guru, juru rawat, pekerja sosial, bidan, dokter, seni dan lain-lain. Sehubugan dengan hal ini tampaknya seperti terdapat kontradiksi-kontradiksi pada kehidupan perasaan wanita. Yaitu ada kalahnya bersikap mudah tegang, cemas akan tetapi akan bisa tabah-pemberani, dan keras.
9. Wanita juga sangat peka terhadap nilai-nilai estetis. Hanya saja, pada umumnya mereka kurang produktif. Hal ini karena disebabkan oleh sangat kurangnya ketrampilan seni, banyak tugas-tugas rumah tangga, dan beratnya kewajiban mendidik anak-anaknya. Sehubung dengan perasaan halus dan unsur keibuan, kelembutan, pada umumnya wanita kurang berminat pada pelontaran kritik-kritik tajam dan bidang politik.
10. Wanita pada hakikatnya lebih spontan, dan lebih mempunyai kepastian jiwa terhadap keputusan-keputusan yang telah diambilnya. Pada umumnya juga wanita lebih entusias memperjuangkan pendirianya daripada kaum laki-laki yang selalu bimbang hati dan masih saja terombang-ambing oleh keputusanya sendiri.
11. Wanita memandang kehidupan ini sebagaimana adanya. Eksistensi hidupnya adalah satu (merupakan kesatuan) dengan hakikat Alam yang besar. Wanita tidak ingin melepaskan diri dari “tragedi” ikatan dengan dunia, ia lebih merasa bahagia dalam ikatan yang dianggap syahdu-manis ini. sedangkan kaum pria memandang kehidupan ini lebih otonom, bahkan seringkali ia bersikap agresif menghadapi konradiksi-kontradiksi dan nasib hidupnya.
12. Jika wanita tidak menyukai atau membenci seseorang, ia cenderung menolak, menghukum, dan mengadili semua tingkah laku serta pribadi orang yang dibencinya itu. Dari segala sesuatu yang keluar dari orang yang dibencinya itu baik atau buruk, pasti diterima dengan prasangka dan rasa antipati. Akan tetapi kadang-kadang wanita juga sering diminati sentimen-sentimen kuat dan sangat subjektif sifatnya, sehingga dugaan dan perhitungan menjadi keliru.
13. Wanita pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetil. Contohnya: pada masalah-masalah ilmiah, wanita biasanya lebih konsekuen dan lebih akurat (presis) dari pada kaum laki-laki. Karya ilmiah itu lebih mencekam dari pribadi wanita secara totaliter. Segenap aktivitasnya banyak dipengaruhi dan dikuasahi secara menyeluruh oleh kesibukan ilmiah ini. Sedangkan kaum pria, biasanya lebih suka mengadakan distansi dengan kesibukan-kesibukan ilmiah.
14. Perbedaan kaum pria dan wanita itu bukan pada adanya perbedaan yang esensial dari temperan karakternya; tetapi pada perbedaan struktur jasmaniahnya. Perbedaan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitasnya sehari-harian. Dan hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi-fungsi sosialnya ditengah masyarakat. Jadi, ada perbedaan dalam nuansa kualitatif, dan bukan perbedaan secara kuantitatif saja.
sumber