Cabang-cabang Bioinformatika


1.Biophysics

Sebuah bidang interdisipliner yang mengalikasikan teknik-teknik dari ilmu Fisika untuk memahami struktur dan fungsi biologi (British Biophysical Society).

2.Computational Biology

Computational biology merupakan bagian dari Bioinformatika (dalam arti yang paling luas) yang paling dekat dengan bidang Biologi umum klasik.

3.Medical Informatics

Menurut Aamir Zakaria [ZAKARIA2004] Pengertian dari medical informatics adalah “sebuah disiplin ilmu yang baru yang didefinisikan sebagai pembelajaran, penemuan, dan implementasi dari struktur dan algoritma untuk meningkatkan komunikasi, pengertian dan manajemen informasi medis.” Medical informatics lebih memperhatikan struktur dan algoritma untuk pengolahan data medis, dibandingkan dengan data itu sendiri.

4.Cheminformatics

Cheminformatics adalah kombinasi dari sintesis kimia, penyaringan biologis, dan pendekatan data-mining yang digunakan untuk penemuan dan pengembangan obat (Cambridge Healthech Institute’s Sixth Annual Cheminformatics conference).

5.Genomics

Genomics adalah bidang ilmu yang ada sebelum selesainya sekuen genom, kecuali dalam bentuk yang paling kasar.

6.Mathematical Biology

Mathematical biology juga menangani masalah-masalah biologi, namun metode yang digunakan untuk menangani masalah tersebut tidak perlu secara numerik dan tidak perlu diimplementasikan dalam software maupun hardware.

7.Proteomics

Istilah proteomics pertama kali digunakan untuk menggambarkan himpunan dari protein-protein yang tersusun (encoded) oleh genom.

8.Pharmacogenomics

Pharmacogenomics adalah aplikasi dari pendekatan genomik dan teknologi pada identifikasi dari target-target obat. Contohnya meliputi menjaring semua genom untuk penerima yang potensial dengan menggunakan cara Bioinformatika

9.Pharmacogenetics

Pharmacogenetics adalah bagian dari pharmacogenomics yang menggunakan metode genomik/Bioinformatika untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan genomik, contohnya SNP (Single Nucleotide Polymorphisms), karakteristik dari profil respons pasien tertentu dan menggunakan informasi-informasi tersebut untuk memberitahu administrasi dan pengembangan terapi pengobatan.




Hasil Penelitian Digital Devide


Dunia digital bukan lagi melulu milik negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Kesenjangan digital kini makin menyempit antara negara-negara di dunia. Era digital telah menembus batas-batas negara di dunia.

Dalam salah satu temuan laporan perekonomian digital 2010 yang dilansir The IBM Institute for Business Value yang bekerja sama dengan Economist Intelligence Unit (EIU) disebutkan, negara-negara di dunia kini sudah terkoneksi satu sama lain.

Laporan ini menggarisbawahi bahwa kesenjangan antara negara yang berada di urutan teratas dan terbawah dalam peringkat hanya berbeda 5,5 poin (skala 1-10) tahun ini. Hasil itu menurun dibanding 5,9 poin tahun lalu. Hal ini karena penilaian tidak lagi hanya didasarkan pada kualitas akses jaringan telekomunikasi dan internet, tapi model pemeringkatan tahun ini juga menilai kualitas akses mobile broadbandnegaranegara berdasarkan koneksi 3G dan fiber yang ada serta prevalensinya. ”Perubahan dalam model yang disebutkan di atas meningkatkan nilai negara-negara di peringkat bawah. Tetapi mengurangi nilai negara-negara papan atas.

Seperti harga broadbandyang semakin terjangkau, negara-negara di peringkat bawah juga meraih peningkatan di beberapa bidang,”ujar Director of Global Technology Research EIU Denis McCauley sebagaimana dilansir dalam laman situs resmi EIU. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara mendapatkan nilai yang lebih rendah, bahkan beberapa negara mengalami penurunan peringkat karena jaringan berkecepatan tinggi mereka masih perlu lebih dikembangkan.Peringkat negara-negara Asia yang menanamkan investasi cukup besar dalam jaringan-jaringan generasi mendatang mengalami kenaikan signifikan.

Beberapa temuan penting lain dalam studi ini di antaranya negaranegara Nordik maju pesat di hampir semua bidang perekonomian digital. Swedia pada 2010 ini menggeser pemimpin ”e-readiness” sebelumnya, Denmark, dengan angka tipis. Sedangkan Finlandia dan Norwegia berada di antara enam negara perekonomian digital teratas tahun ini. Finlandia naik enam posisi, terutama karena peningkatan indikator performa dalam kategori penggunaan layanan online. Tiga negara pemimpin digital Asia mengalahkan kawasan lain dalam hal kualitas.

Taiwan,Korea Selatan, dan Jepang meningkat pesat dalam peringkat perekonomian digital ini berkat tingginya nilai yang mereka raih dibanding negara-negara di kawasan lain dalam hal kualitas broadband dan mobile. Densitas kabel fiber tingkat tinggi memungkinkan ketiga negara ini melaksanakan agenda digital mereka. Di sisi lain, biaya broadband semakin terjangkau di seluruh dunia. Pada 49 dari 70 negara, biaya bulanan yang diberlakukan penyedia sarana broadband adalah di bawah 2% dari rata-rata pendapatan bulanan rumah tangga pada 2010.Pada 2009 hanya terdapat 42 dari 70 negara dan hanya 33 negara pada 2008.

Biaya yang lebih terjangkau semakin kentara di negara- negara berkembang seperti Vietnam dan Nigeria. ”Bagaimanapun perkembangan digital yang kuat membutuhkan kemajuan dan tindakan yang terarah di berbagai bidang,” tambah McCauley. Pemimpin peringkat tahun ini, Swedia,dan sebagian besar negara yang berada di urutan peringkat teratas lain mengandalkan konektivitas yang prima, lingkungan bisnis, dan hukum yang stabil. Selain itu, faktor pendorong pendidikan dan budaya yang kuat, kebijakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemerintah yang kondusif juga menjadi andalan dalam pengembangan ekonomi digital di sejumlah negara. Hasilnya, penggunaan layanan digital perorangan maupun perusahaan meningkat.

Peringkat 10 besar untuk perekonomian digital tahun ini ialah Swedia di urutan pertama dengan skor 8,49.Denmark (2) dengan nilai 8,41,Amerika Serikat (3) nilai 8,41, Finlandia (4) nilai 8,36,Belanda (5) nilai 8,36, Norwegia (6) nilai 8,24, Hong Kong (7) nilai 8,22,Singapura (8) nilai 8,22,Australia (9) dengan nilai 8,21, dan Selandia Baru (10) nilai 8,07. Kemudian beberapa negara Asia di antaranya Taiwan berada di peringkat ke-12 dengan nilai 7,99, Korea Selatan (13) nilai 7,94, Jepang (16) nilai 7,85, Malaysia (36) nilai 5,93,Thailand (49) nilai 4,86, Filipina (54) nilai 4,47, China (56) nilai 4,28, India (58) nilai 4,11, Vietnam (62) nilai 3,87, dan Sri Lanka (63) nilai 3,81.

Posisi Indonesia hanya berada di urutan ke-65 dari 70 negara yang dinilai dengan skor 3,60. Peringkat Indonesia pada 2010 ini tidak beranjak dibanding tahun lalu yang juga berada di posisi ke-65 dengan skor 3,51. Laporan yang berjudul ”Digital Economy Rankings 2010: Beyond E-Readiness” menilai lebih dari 100 kriteria kuantitatif dan kualitatif, yang dibagi ke dalam enam kategori,dimasukkan ke dalam pemeringkat ekonomi digital.Enam kategori ini ialah konektivitas dan infrastruktur teknologi dengan bobot nilai 20%,lingkungan bisnis (15%), lingkungan sosial dan budaya (15%),kebijakan dan lingkungan hukum (10%), visi dan kebijakan pemerintah (15%), serta pengadopsian bisnis dan konsumer (25%).

Untuk indikator lingkungan bisnis menggunakan sembilan indikator turunan yang diringkas dari 74 subindikator. Sumber data yang digunakan dalam menyusun laporan ini di antaranya data EIU, Pyramid Research, Bank Dunia,The World Intellectual Property Organization, termasuk data e-participation index dari The United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA). Kriteria kualitatif dinilai oleh jaringan pakar negara EIU yang juga melalui peninjauan terlebih dahulu. Laporan peringkat perekonomian digital ini sebelumnya dikenal sebagai ”peringkat e-readiness”, penelitian tolak ukur teknologi tahunan yang dikeluarkan EIU.Tujuannya untuk menggambarkan prevalensi koneksi internet atas konsumen, bisnis, pemerintah, dan peranan yang sangat diperlukan.

Layanan dan komunikasi digital ini sangat berperan penting di berbagai negara. Laporan ini bisa memberikan gambaran tentang bagaimana tantangan memaksimalkan teknologi komunikasi dan informasi yang dihadapi 70 negara yang dinilai di masa mendatang.





Contoh Kasus Digital Devide


Akademisi umumnya mendefinisikan kesenjangan digital sebagai terutama tentang kesenjangan yang ada antara orang-orang yang memiliki akses ke media digital dan internet dan mereka yang tidak memiliki akses (lihat Norris 2001; Meredyth et al 2003;. Servon 2002; Holderness 1998; Haywood 1998). Kesenjangan dalam kepemilikan dan akses terhadap media ini secara potensial dapat mempengaruhi akses ke informasi dari internet oleh masyarakat yang kurang beruntung dan juga menciptakan atau memperkuat kesenjangan sosial-ekonomi berdasarkan marjinalisasi digital dari kelas miskin dan wilayah di dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1999 Thailand telah telepon selular lebih dari seluruh Afrika sementara Amerika Serikat memiliki komputer lebih dari seluruh dunia gabungan (lihat UNDP 1999: 75).

Demikian pula, di sekitar periode yang sama, negara-negara industri (yang memiliki kurang dari 15 persen dari orang-orang di dunia) memiliki 88 persen pengguna internet.Amerika Utara saja (dengan kurang dari 5 persen dari orang-orang) memiliki lebih dari 50 persen dari semua pengguna (HDP 2003: 75). Dengan demikian ketidakseimbangan, atau kesenjangan penyebaran media digital dan Internet-informasi antara kaya dan miskin-informasi di seluruh dunia secara umum digunakan sebagai kriteria menentukan utama dari kesenjangan digital di mana universal akses ke New Media dipandang sebagai bagian dari solusi terhadap tantangan pembangunan dan demokratisasi yang menghadapi banyak komunitas di seluruh dunia (lihat Bab 9).




Digital Divide dan E-Government


Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government menyebutkan bahwa tuntutan perubahan merupakan motivasi e-government. E-Government sendiri merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Sehinnga pada Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government pasal 5 menyebutkan bahwa “Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi menuju e-government. Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah.

Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-masing institusi atau unit pemerintahan agar proses transformasi menuju e-governmentdapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.”

Dengan hadirnya e-government secara utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin melebar.

Dengan melihat isu digital divide, pengembangan e-government di Indonesia sangat penting. Pengembangan e-government itu sendiri menurut Inpres No.3/2003 merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.




sumber
gambar

Solusi Digital Devide


Langkah yang terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah menyiapkan masyarakat untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif dan mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.

Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses informasi dapat tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa. Secara singkat solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi digital divide, yaitu :
  • Penyedian infrastruktur yang memadai;
  • Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi informasi;
  • Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.



Positif dan Negatif Digital Divide


Dampak Positif Digital Devide

Dampak positif kesenjangan digital bagi sebagian orang yang belum mengenal atau menerapkan teknologi adalah masyarakat dapat termotifasi untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang dapat menyatukan atau menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk dimanfaatkan sebagai ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan berbagai media dan peralatan telekomunikasi modern.

Dengan menggunakan berbagai media, peralatan telekomunikasi dan computer canggih, Teknologi Informasi akan terus berkembang dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat manusia di seluruh dunia. Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

Dampak Negatif Digital Devide

Dampak negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.

Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan orang lain. Misalnya ; Pembobolan Kartu Kredit. pembobolan kartu kredit (Credit Card Fraud) dengan modus mencuri dan memalsukan kartu kredit. Perbuatan ini menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank penerbit bahkan merugikan Negara.

Digital Divide tidak bisa diselesaikan dengan peningkatan akses terhadap teknologi itu sendiri, karena kesenjangan dalam hal ini berpotensi melahirkan persoalan kesenjangan baru dalam masyarakat atau memperparah persoalan kesenjangan yang ada, terutama di negara berkembang atau kelompok masyarakat/ daerah yang relatif tertinggal. Digital divide atau senjang digital mengacu pada kesenjangan atau jurang yang menganga di antara mereka yang dapat mengakses teknologi informasi (TI) dan mereka yang tidak dapat melakukannya. Ketakseimbangan ini bisa berupa ketakseimbangan yang bersifat fisik (tidak mempunyai akses terhadap komputer dan perangkat TI lain) atau yang bersifat keterampilan yang diperlukan untuk dapat berperan serta sebagai warga digital. Jika pembagian mengarah ke kelompok, maka senjang digital dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial-ekonomi (kaya/miskin), generasi (tua/muda), atau geografis (perkotaan/pedesaan). Sejalan dengan berkembangnya dan makin tidak terpisahkannya Internet dengan TI, maka digital divide mencakup juga ketakseimbangan akses terhadap dunia maya.dan faktor-faktor yang haus diperhatikan sekarang ini persaingan Digital Devide.

Penyebab Digital Divide

1. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet, komputer dan lain. Contoh mudah mengenai kesenjangan infrastruktur ini, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat di bandingkan mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual.

Contoh yang lain, orang yang mempunyai akses ke komputer Internet, otomatis mempunyai wawasan yang lebih luas di bandingkan mereka yang sama sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba luas.

2. Kekurangan skill (SDM)

Sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam dunia ilmu teknologi dan informasi karena SDM ini menentukan biasa tidaknya seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah informasi.

3. Kekurangan isi (konten) materi bahasa indonesia

Content berbahasa Indonesi menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses Internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di desa, seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).

4. Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri

Berbicara mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun".

Misal, ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan hanya chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital. Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan penyediaan infrastruktur saja. Infrastruktur tentu dibutuhkan tetapi persoalannya adalah ketika orang punya komputer dan bisa mengakses Internet, pertanyaan berikutnya adalah, "apa yang mau diakses? Apa yang mau dia kerjakan dengan peralatan itu, dengan keunggulan-keunggulan teknologi itu.




Pengertian The Digital Divide


1. Menurut Kamus Komputer dan Teknologi Informasi

Digital divide yaitu istilah yang digunakan untuk menerangkan jurang perbedaan antara mereka yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan mereka yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.

2. Menurut Inpres No.3 Tahun 2003

Disebutkan bahwa digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.

3. Menurut Dr. Craig Warren Smith (Investor Group Against Digital Divide)

Digital divide (kesenjangan digital) yaitu kesenjangan antara mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya.

4. Menurut Donny B.U., M.Si

Istilah "digital divide" terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam memahami, kemampuan, dan akses teknologi. Sehingga muncul istilah “the have” sebagai pemilik/penggunna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya.

5. Menurut Direktorat Pemberdayaan Telamatika Departemen Komunikasi dan Informatika

Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.

6. Menurut Sigit Widodo (SW)

Selama ini kita selalu mengatakan, kesenjangan digital (digital divide) itu terjadi karena masalah infrastruktur. Namun ternyata ada hal-hal lain yang menyebabkannya. Dan salah satunya adalah masih kurangnya content berbahasa Indonesia.

7. Yayan Sopyan (YS)

Berbicara mengenai kesenjangan digital berarti berbicara mengenai gap antara kelompok masyarakat yang bisa menikmati teknologi digital -sebagai alat untuk bekerja, berkreasi, berkreativitas, dan lain sebagainya- dan menikmati keuntungan-keuntuingan yang diberikan oleh teknologi digital, dan kelompok masyarakat yang sama sekali tidak mencicipi itu. Itulah yang disebut kesenjangan digital.




Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting, ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”. Simak, telaah, dan renungkan dalam hati apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan, visioner, dan kemandirian.

Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.

Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan,budayabangsa

“Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. (MuktionoWaspodo)




Perbedaan Karakter dan Kepribadian


Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4, yaitu :

1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini(idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.Banyak kami perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. 

Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda. Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki kontrol penuh atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah tanggung jawab pribadi Anda.



Pengertian Pendidikan Karakter.


Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,budaya,dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana,prasarana,dan,pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema A.Ed)




Kernel Modular dan Monolitik

Kernel Modular

Seperti pada kernel Linux mempunyai rancangan modular. Pada saat boot time, hanya minimal resident kernel yang di-load ke dalam memori. Ini di karenakan hanya modul-modul yang dibutuhkan saja serta di inginkan user yang akan diproses, sebuah modul kernel dapat secara dinamik di-load ke dalam memori. Kemudian secara periode spesifik modul tidak ingin di aktifkan maka modul dapat di hapus dari memori. Mekanisme dynamic loading ini dinamakan kmod. Dengan kata lain modul tidak akan di-load apabila tidak diinginkan dan modul akan di gunakan apabila di butuhkan. Salah satu keuntungan kernel yang bersifat modular, gonta-ganti hardware menjadi lebih mudah, karena tinggal menge-probe suatu modul, atau jika belum ada hanya tinggal mem-build satu modul saja. Kerugiannya adalah relatif rentan terhadapat masalah security, karena biasanya script kiddies memasukkan suatu modul ke dalam kernel (dengan harapan proses yang dimilikinya tidak diketahui oleh admin sistem yang bersangkutan)

Kernel Buildin (Monolitik)

Dengan Kernel monolitik lebih baik dari segi security, sebuah kernel builtin (monolitik) akan relatif aman. Namun dari segi kemudahan, jika kita menambah atau mengganti suatu hardware, maka otomatis harus mengkompilasi ulang kernel .Namun demikian, skema kernel bagaimana yang lebih sesuai, itu bisa diklarifikasi sesuai kebutuhan dan implementasi sistem yang digunakan. Jika kernel monolitik ingin di jadikan modular, itu bisa dilakukan oleh dari kernel monolitik, dengan cara setelah konfigurasi ditetapkan dalam kernel monolitik dan di kompilasi maka dapat di ambil, bagian-bagian mana saja yang akan dipisahkan untuk dijadikan modul-modul.

LATIHAN KADER UTAMA ( L A K U T )



LATIHAN KADER UTAMA
( L A K U T )

A.  Pengertian
Lakut adalah pelatihan yang membentuk idealisme kader sehingga mampu mengem bangkan pengetahuan, sikap, skill organisatoris secara optimal
B.  Tujuan :
Umum : Membentuk kader yang mampu mengelola organisasi secara profesional dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan keorganisasian serta permasalahan sosial kemasyarakatan.
Khusus :
  1. Menguasai Aswaja NU sebagai idiologi organisasi serta mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
  2. Mempunyai wawasan kebangsaan yang luas dan  kepekaan yang tinggi  terhadap perma salahan organisasi dan ummat
  3. Memiliki sikap kritis, kreatif, kepeloporan, berkhlaqul karimah serta komitmen yang tinggi terhadap perjuangan organisasi
  4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan keterampilan manajerial organisasi yang memadahi
C.  Target :
Terbentuknya kader yang mampu merancang dan mengelola organisasi secara optimal.
D.    Penyelenggara, Peserta dan waktu :
1. Penyelenggara
LAKUT diselenggarakan oleh PC atau diselenggarakan secara bersama oleh beberapa PC, berkoordinasi dengan PW. LAKUT juga boleh diselenggarakan oleh PW.
2. Peserta
§  Pernah mengikuti Lakmud dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat
§  Pernah mengikuti follow up Lakmud minimal 3 kali
§  Peserta sebanyak-banyaknya adalah 30 orang
3.    Waktu
Alokasi waktu penyelenggaraan 35 jam efektif (minimal 4 hari)

E. JADWAL PELATIHAN:
. ALUR PELATIHAN     :











G.    Materi Pelatihan
1.       Perkenalan
a.  Pokok Bahasan
Perkenalan identitas peserta, pelatih dan panitia, misalnya kepribadian peserta, harapan sosial peserta (social deseribility)
b. Tujuan :
Tercapainya suasana interaktif yang hangat dan terbuka antara sesama peserta maupun dengan pelatih dan panitia
c.       Metode :
Permainan (identitas diri)
d.      Media
Kertas HVS, spidol
e.       Waktu
Waktu yang tersedia selama 60 menit
f.        Proses Kegiatan
1.       Pelatih membuka acara, kemudian memberikan gambaran singkat tentang perkenalan yang akan berlangsung.
2.       Pelatih membagikan kertas HVS kepada masing-masing peserta serta memberikan petunjuk untuk menggambarkan diri sendiri. Selanjutnya dalam gambar tersebut  peserta menuliskan kegiatan yang terkait dengan bagian gambar tersebut, baik yang lalu, sekarang dan masa datang.
3.       Gambar dikumpulkan pada tim pelatih kemudian dibagikan secara acak kepada peserta.
4.       Selanjutnya pelatih mempersilahkan peserta untuk membentuk lingkaran, kemudian masing-masing peserta secara bergantian membacakan gambar yang dipegangnya dengan cara memposisikan dirinya seperti dalam gambar tersebut. Selanjutnya nama yang terpanggil tersebut memberikan klarifikasi atas eksplorasi gambar tersebut.
5.       Sebelum ditutup pelatih memberikan kesimpulan secara garis besar tentang manfaat dari perkenalan tersebut.

2.      Kontrak Belajar
a.       Pokok bahasan
1.       Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
2.       Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
3.       Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
b.     Tujuan
1.      Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
2.      Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
c.       Metode
1.     Diskusi
2.     Brainstorming
d.       Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
e.       Waktu :
90 menit efektif
f.        Proses kegiatan
1.      Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
2.      Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
3.      Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
4.      Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
5.      Pelatih menutup acara
3.    Ke IPNU an
a. Pokok bahasan :
1.         Makna sejarah perjuangan IPNU
2.         Filosofi perjuangan  IPNU
3.         Tantangan perjuangan IPNU sebagai organisasi pelajar dalam konteks lokal, nasional dan global
b. Tujuan :
1.    Memahami IPNU secara filosofis
2.        Menemukan kembali makna sejarah IPNU
c.     Metode
1.         Brainstorming
2.         Ceramah dan dialog
d. Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In focus
e.   Waktu :
90 menit efektif
f.   Proses kegiatan
1.       Pelatih membagi makalah/materi kepada peserta dan memberi waktu 10 menit untuk membacanya.
2.       Pelatih membuka acara dan memberi penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, kemudian pelatih mengadakan brainstorming terkait dengan materi pokok bahasan.
3.       Nara sumber menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.       Pelatih menyimpulkan garis besar dari hasil dialog yang diakhiri dengan penutupan
4.    Ke NU an
a.  Pokok bahasan :
1.    Peluang dan tantangan NU di era global
2.    Program & Kebijakan NU di Muktamar terakhir
3.    Kebijakan NU dalam pola distribusi kader di internal dan eksternal NU
b. Tujuan :
1.       Memahami Peluang dan tantangan NU di era global
2.       Memahami Program & Kebijakan NU di Muktamar mutakhir
3.       Memahami Kebijakan NU dalam pola distribusi kader di internal dan eksternal NU
c.   Metode
1.        Ceramah dan Dialog
2.        Brainstorming
d.  Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In focus
e.   Waktu :
90 menit efektif
f.   Proses kegiatan
1.         Pelatih membagi makalah/materi kepada peserta dan memberi waktu 10 menit untuk membacanya.
2.         Pelatih membuka acara dan memberi penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, kemudian pelatih mengadakan brainstorming terkait dengan materi pokok bahasan.
3.         Nara sumber menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.         Pelatih menyimpulkan garis besar dari hasil dialog yang diakhiri dengan penutupan
5.     ASWAJA
a.   Pokok bahasan :
1.            Aswaja sebagai manhajul fikr
2.           Makna sejarah kelahiran firqoh-firqoh dalam Islam
3.            Pandangan aswaja terhadap masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya dan penera pannya.
4.            Kritik wacana aswaja
b.   Tujuan :
1.         Firqoh-firqoh dalam Islam
2.         Karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
3.         Ijtihad dan istinbath dalam NU
c.   Metode
1.    Ceramah dan Dialog
2.    Brainstorming
d.  Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
e.   Waktu :
90 menit efektif
f.   Proses kegiatan
1.         Pelatih membagi makalah/materi kepada peserta dan memberi waktu 10 menit untuk membacanya.
2.         Pelatih membuka acara kemudian memberi penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, kemudian pelatih memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapatnya tentang pengkaderan di lingkungan IPNU selama ini.
3.         Pelatih membacakan biodata nara sumber kepada peserta dan melaporkan kondisi peserta kepada nara sumber.
4.         Nara sumber menyampaikan materi ceramah, dan sekali-kali dapat mengadakan percakapan dengan peserta. Untuk efektif dan efesiensi sebaiknya penjelasan materi menggunakan OHP/in focus dan papan tulis.
5.         Pelatih memandu dialog, menyimpulkan materi pembahasan dan hasil dialognya. Kemudian pelatih mempersilakan nara sumber meninggalkan  ruangan sekaligus menutup acara

6.          Leadership                                            
a.   Pokok bahasan :
1.         Analisisi realitas kepemimpinan IPNU
2.         Rekonstruksi kepemimpinan pelajar
3.         Karakter pemimpin dan manajer
b.   Tujuan :
1.         Memahami tingkatan kemauan dan kemampuan anggota
2.         Memahami Kepemimpinan efektif
3.         Memahami Kepemimpinan substitusional
c.   Metode
1.         Ceramah dan Dialog
2.         Brainstorming
3.         Role Play
d. Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
e.   Waktu :
90 menit efektif
f.   Proses kegiatan
1.         Pelatih memperkenalkan  nara sumber kepada peserta dan menerangkan tentang pentingnya materi yang akan diberikan
2.         Nara sumber memberikan materi.
3.         Pelatih mereview materi dan menerapkan role play yang sesuai dengan leadership. Misalnya pelatih secara spontan meminta peserta mengangkat tangan, lalu pelatih menanyakan kembali “mengapa peserta mau mengangkat tangan ?”, maka peserta akan menjawab alasannya. Selanjutnya pelatih memberikan komentar bahwa kegiatan yang baru saja merupakan contoh salah satu model kepemimpinan.
4.         Pelatih membagi peserta menjadi beberapa kelompok guna membuat case study penerapan leadership yang efektif.
5.         Pelatih mereview materi disertai dengan tanya jawab
6.         Pelatih mengarahkan kesimpulan materi bersama-sama dengan peserta
7.         Pelatih menutup sesi

7.        Manajemen keuangan                          
a.   Pokok bahasan :
1.         Prinsip, proses dan fungsi managemen keuangan
2.         Sistem Pelaporan
3.         Fundrising
b.   Tujuan :
1.         Peserta memahami pentingnya usaha-usaha pendanaan yang terencana dan terorganisir
2.         Peserta mengerti substansi dalam manjemen  pengelolaan keuangan
c.    Metode
1.         Ceramah dan Dialog
2.         Brainstorming
3.         Penugasan
d.    Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In focus
Kertas Transparan
e.    Waktu :
120 menit efektif
f.    Proses kegiatan
1.    Pelatih memperkenalkan  nara sumber kepada peserta dan menerangkan tentang pentingnya materi yang akan diberikan.
2.     Nara sumber memberikan materi dilanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih membagi peserta menjadi beberapa kelompok guna mengaplikasikan management keuangan.
4.    Pelatih mereview materi dan mengarahkan kesimpulan diakhiri penutup

8.       Analisis sosial                 
a.   Pokok bahasan :
1.       Pengertian ansos
2.       Tahapan-tahapan dalam analisis sosial
3.       Paradigma analisis sosial
4.       Rambu-rambu ansos
b.   Tujuan :
1.       Memahami proses dalam analisis sosial
2.       Mampu melakukan analisis sosial
c.    Methoda
1.        Ceramah dan Dialog
2.        Study Kasus
d.    Waktu :
240 menit efektif
e.    Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In Focus
f.    Proses kegiatan
1.     Pelatih menerangkan kepada peserta tentang pentingnya materi yang akan diberikan
2.     Pelatih memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
3.     Nara sumber menyampaikan materi dilanjutkan dengan dialog
4.     Pelatih memberikan penugasan kepada peserta yang terbagi menjadi beberapa kelompok tentang gejala sosial yang terkait dengan pelajar.
5.     Peserta mempresentasikan hasil analisisnya didepan forum selanjutnya dibahas bersama-sama dipandu oleh pelatih
6.     Pelatih mengarahkan kesimpulan materi bersama-sama dengan peserta
7.     Pelatih menutup sesi

9.        Gerakan sosial                                       
a.     Pokok bahasan :
1.       Pengertian gerakan sosial
2.       Bentuk-bentuk gerakan sosial di dunia
3.       IPNU sebagai kekuatan sosial
4.       Peranan IPNU sebagai gerakan intelektual dan gerakan kader
b.     Tujuan :
1.       Mamahami Bentuk-bentuk gerakan sosial di dunia
2.       Memahami IPNU sebagai kekuatan sosial
3.       Memahami Peranan IPNU sebagai gerakan intelektual
4.       Memahami peranan IPNU sebagai organisasi kader
c.    Methoda
    1. Ceramah dan Dialog
    2. Brainstorming
d.    Waktu :
90 menit efektif
e.    Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In focus
f.    Proses kegiatan
1.             Pelatih menerangkan kepada peserta tentang pentingnya materi yang akan diberikan
2.             Pelatih memperkenalkan nara sumber kepada peserta
3.             Nara sumber menyampaikan materi dilanjutkan dengan dialog
4.             Pelatih mengarahkan kesimpulan materi bersama-sama dengan peserta
5.             Pelatih menutup sesi

10.     Pengantar Studi Ideologi Dunia
a.   Pokok bahasan :
1.         Pengertian ideologi
2.         Pengantar Sosialisme dan Kapitalisme
b.   Tujuan
1.       Memahami pengertian dan sejarah muncul ideologi dunia
2.       Mengetahui jenis-jenis ideologi dunia
c.    Metode
1.      Ceramah
2.      Dialog
3.      diskusi
d.   Media
1.   OHP
2.      Kertas planodan spidol
e.    Waktu
Alokasi waktu 90 menit
f.   Proses kegiatan:
1.     Pelatih mengkondisikan forum, lalu menyampaikan kisi-kisi mater
2.     Pelatih mengenalkan nara sumber dan  mempersilahkan menyampaikan materi
3.     Pelatih mereview secara singkat dan membuka  sessi dialog atau curah pendapat
4.     Pelatih menutup acara

11.         Strategic Planning                              
a.  Pokok bahasan :
1.        Melakukan analisa realitas internal dan eksternal
2.        Merumuskan visi, misi dan program unggulan IPNU
3.        Merumuskan program kerja IPNU dan diklasifikasikan pada jangka pendek, menengah dan panjang.
4.        Merumuskan program tahunan IPNU
b.   Tujuan :
1.          Memahami strategic planning dalam menyusun langkah-langkah ke depan
2.          Mampu merencanakan langkah strategis dan taktis serta merumuskannya terhadap persoalan atau program organisasi
c.    Metode
1.            Ceramah dan Dialog
2.            Brainstorming
3.            Penugasan
4.            Praktek
d.    Waktu :
240 menit efektif
e.    Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In Focus
f.    Proses kegiatan
1.       Pelatih menerangkan kepada peserta tentang pentingnya materi yang akan diberikan dan memperkenalkan nara sumber kepada peserta
2.       Nara sumber menyampaikan materi dilanjutkan dengan dialog
3.       Pelatih menugaskan kepada peserta untuk membuat renscana strategic yang meliputi analisa SWOT (Kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman), Realitas eksternal, organisasi kompetitor dilingkungan IPNU
4.       Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan forum
5.       Pelatih mengarahkan kesimpulan materi bersama-sama dengan peserta
6.       Pelatih menutup sesi

12.   Manajeman Program                                       
a.    Pokok bahasan :
Manajemen Program
b.   Tujuan :
1.       Memahami rencana kegiatan yang terarah dan sistematis
2.       Mampu membuat project proposal yang ideal
c.    Metode
1.       Ceramah dan Dialog
2.       Brainstorming
3.       Penugasan
d..   Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In Focus
e.     Waktu :
180 menit efektif
f.    Proses kegiatan
1.         Pelatih menerangkan kepada peserta tentang materi pemrograman.
2.         Pelatih menugaskan kepada peserta yang dibagi dalam beberapa kelompok untuk membuat program berdasarkan hasil rencana strategis.
3.         Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi didepan forum
4.         Pelatih mengarahkan kesimpulan materi bersama-sama dengan peserta
5.         Pelatih menutup sesi

13.        Tehnik Pembuatan Proposal
a.        Pokok Bahasan
    1. Format proposal yang baik dan marketabel
    2. Strategi pendistribusian proposal

b.    Tujuan

1.           Memahami teknik penyusunan proposal yang baik dan marketable
2.           Mencetak kader IPNU yang memiliki ketrampilan menyusun proposal
3.           Mencetak kader yang mempu mendistribusikan proposal secara efektif
c.     Metode
3.       Ceramah dan dialog
4.       Praktek
d.  Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In Focus
Kertas HVS dan perangkat alat tulis
e.    Waktu :
240      menit
f.     Proses kegiatan
1.        Pelatih membuka acara dan memjelaskan secara singkat tentang pokok tujuan materi yang akan diberikan
2.        Pelatih memberikan pertanyaan kepada peserta terkait dengan materi yang akan diberikan.
3.        Pelatih memperkenalkan nara sumber kepada peserta, selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materinya di lanjutkan dengan dialog.
4.        Selanjutnya untuk memperdalam materi pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan praktek pembuatan proposal.
5.        Untuk mempermudah peserta, pembuatan proposal seyogyanya diarahkan pada contoh-contoh kegiatan sederhana yang sering dilaksanakan oleh IPNU di tingkatannya.
6.        Setelah semuanya selesai, pelatih melakukan evalausi terhadap hasil yang dibuat oleh masing-masing kelompok.
7.        Pelatih mengulas secara singkat tentang hasil evaluasi tersebut serta memberikan saran-sarannya, diakhiri dengan menutup acara.

14.          Metode Pengorganisian Pelajar
a.            Pokok Bahasan
1.        Mengapa pengorganisiran penting
2.        Karakter organizer
3.        Langkah-langkah organizing

b.          Tujuan

1.         Mencetak kader yang mampu mengorganisir komunitas pelajar secara effective dan productive.

2.         Mencetak kader IPNU yang memiliki character sebagai organizer pelajar, memahami langkah-langkah pengorganisiran, dan mampu melaksanakan pengorganisiran.

c.      Metode
1.        Ceramah dan dialog
2.    Brainstorming
d.     Media
1.    Papan tulis white board
2.    Spidol dan kertas plano
3.    OHP/In Focus
e.     Waktu :
60 menit
f.     Proses kegiatan
1.           Pelatih membuka acara kemudian memberikan abstraksi singkat tentang materi yang akan di bahas bersama-sama.
2.           Pelatih memberikan pertanyaan/melakukan brainstorming dengan peserta seputar materi yang akan dibahas, hal ini untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang akan diberikan sebelum disampaikan oleh nara sumber.
3.           Pelatih memperkenalkan nara sumber kepada peserta, selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi dilanjutkan dengan dialog.
4.           Pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog, kemudian mengarahkan kepada kesimpulan
5.           Pelatih memberikan beberapan saran penting terkait dengan materi diakhiri dengan penutup

15.      Networking dan Lobying
a.          Pokok bahasan
1.            Pengertian dan urgensi networking dan lobying
2.            Memahami Struktur jaringan
3.            Tehnik networking
4.            Tehnik Lobying
b.       Tujuan
1.             Mencetak kader IPNU yang memahami networking dan lobbying
2.             Menguasai teknik pembangunan jaringan dan lobi untuk memperlancar pelaksanaan program
c.         Metode
1.             Ceramah dan Dialog
2.             Brainstorming
3.             Penugasan
d.       Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
OHP/In Focus  
e.        Waktu :
120 menit efektif
f.    Proses kegiatan
    1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan abstraksi singkat tentang materi yang akan di bahas bersama-sama.
    2. Pelatih memberikan pertanyaan/melakukan brainstorming dengan peserta seputar materi yang akan dibahas, hal ini untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang akan diberikan sebelum disampaikan oleh nara sumber.
    3. Pelatih memperkenalkan nara sumber kepada peserta, selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi dilanjutkan dengan dialog.
    4. Pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog, kemudian mengarahkan kepada kesimpulan
    5. Pelatih memberikan beberapan saran penting terkait dengan materi diakhiri dengan penutup.

16.       Evaluasi
a.   Pokok bahasan
1.  Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
2.  Post test
b.       Tujuan
1.       Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan selama latihan berlangsung.
2.       Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan datang
c.   Metode
1.       Angket
2.       Kuesioner
d.   Media
1.       Papan tulis white board dan spidolnya
2.       Kertas plano dan spidolnya
3.       Formulir isian evaluasi dan soal-soal post test
e.     Waktu
90 menit efektif
f.    Proses kegiatan
1.       Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan tujuannya.
2.       Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
3.       Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
4.       Pelatih memandu untuk mengidentifikasi masing-masing permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
5.       Selanjutnya pelatih menyimpulkan secara garis besar hasil diskusi.
6.       Untuk melihat daya serap materi pelatihan selama proses pelatihan, maka pelatih memberikan post test kepada peserta.
7.       Diakhiri dengan penutupan acara.

17.        Rencana Tindak Lanjut
a.  Pokok bahasan
a.      Rencana tindak lanjut latihan
b.     Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan kemampuan peserta
b.    Tujuan
1.       Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2.       Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c.     Metode
1.       Angket
2.       Diskusi
d.  Media
1.     Papan tulis white board dan spidolnya
2.     Kertas plano dan spidolnya
3.     Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
e.   Waktu
120 menit efektif
f. Proses kegiatan
1.      Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai bentuk peningkatan pengalaman bagi pelatih yang akan terjun memandu latihan di wilayahnya
2.      Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
3.      Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4.      Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
5.      Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.

---- ooO(anb)Ooo ----