Kekuasaan Wanita Jawa


Menurut konsep Jawa, kekuasaan pada hakikatnya bersifat homogen, bersifat satu dan sama saja dimanapun ia menampakkan diri, serta dalam jumlah yang tetap sepanjang waktu. Sementara Kekuasaan wanita Jawa adalah kekuatan yang menyelinap serta strategi yang dilakukan wanita jawa untuk mendapatkan pengaruh merupakan upaya penaklukan diri ke dalam dengan mengabdi kepada keluarga.

Oleh karena itu, seorang Ibu mempunyai kedudukan yang penting yakni sebagai simbol moralitas dalam keluarga. Dengan simbol moralitas yang spiritnya hidup dalam diri suami dan anak-anaknya serta kekuatan feminisnya yang luar biasa mampu menopang, melindungi dan menjadi sumber inspirasi bagi suami dan anak-anaknya. Kekuasaan yang dimiliki wanita jawa mengandung dua ciri, diantaranya :

Bermain di dalam Ruang Kekuasaan

Salah satu ciri kekuasaan wanita Jawa adalah kepasifan dan ketenangan, tidak menunjukkan gejolak pemberontakan. Kekuatan nilai budaya Jawa seakan menekannya untuk mampu menjaga harmoni dengan mengabdi dan menghargai laki-laki atau suami. Wanita selalu menjaga tata krama sopan santun yang terkadang menjadi jerat budaya bagi kehidupan sosial masyarakatnya dimana wanita itu sendiri bagian dari warganya.

Kekuatan yang menyelinap ini tumbuh subur dalam kultur jawa yang memiliki konsep bahwa semakin besar kekuasaan seseorang maka semakin ia bersikap halus, konsep halus dalam kultur jawa sangat menggambarkan feminitasnya yaitu bertutur kata lembut, hangat, pengendalian diri kuat, perasaan halus, memahami orang lain, kalem dan tenang.

Penakhlukan Diri ke Dalam

Selama ini secara formal wanita Jawa tidak mempunyai status yang sah untuk ikut berbicara dalam bidang politik dan pengaturan kebijakan umum. Ini diakibatkan oleh sikap dan praktik formal yang mendeskriminasi wanita.

Wanita Jawa mengembangkan sebuah cara khas untuk mendapatkan kekuasaan dan tetap mempengaruhi sektor publik tanpa meninggalkan atau melanggar nilai-nilai keutamaan kultur Jawa (prinsip keselarasan, hormat dan terkendali. Dalam cara perolehan kekuasaan menggambarkan bagaimana kekuasaan diperoleh dengan melakukan pendalaman dan penghalusan rasa terus-menerus.
Dengan strategi pengabdian seorang wanita Jawa cenderung memangku dan melakukan pengabdian total kepada keluarga atau suami. Istri tidak hadir sebagai pihak yang ingin sebagai pihak yang ingin dimengerti dan dipahami, tetapi ia justru hadir sebagai pihak yang lebih ingin dimengerti dan memahami suami. Oleh karena itu, istri akan cenderung untuk lebih memangku, yang artinya lebih mengerti dan memahami suami. Suami yang sangat dimengerti dan dipahami oleh istri akan merasa nyaman, aman, dan damai dirumah.



Post a Comment