Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Seks Bebas


Menurut Sarlito W. Sarwono (2005), faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada individu adalah sebagai berikut:

a) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

b) Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).

c) Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama yang berlaku di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Individu yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.

d) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku pornografi, foto, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Individu yang sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

e) Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak. Bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

f) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.

Sedangkan Menurut Sugiyanto (2013) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas, di antaranya adalah:

a) Industri pornografi. Luasnya peredaran materi pornografi memberi pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan pola perilaku seks mahasiswa

b) Pengetahuan individu tentang kesehatan reproduksi. Banyak informai tentang kesehatan reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat menimbulkan dampak pada pola perilaku seks yang tidak sehat dan membahayakan.

c) Pengalaman masa anak-anak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang pada masa anak‐anak mengalami pengalaman buruk akan mudah terjebak ke dalam aktivitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki kencenderungan untuk memiliki pasangan seksual yang berganti‐ganti.

d) Pembinaan religius.Mahasiswa yang memiliki kehidupan religius yang baik, lebih mampu berkata ‘tidak’ terhadap godaan seks bebas dibandingkan mereka yang tidak memperhatikan kehidupan religius.

Menurut Hurlock (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi remaja terhadap perilaku seks bebas antara lain:

a) Meningkatnya libido seksualitas.

Pubertas menyebabkan perubahan hormonal terhadap remaja. Hal ini sebagai pendorong meningkatnya hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku tertentu. Apabila remaja mengalami kesalahan dalam menyalurkan hasrat seksualnya maka akan berdampak pada seks bebas.

b) Penundaan usia kawin

Libido yang tidak dapat disalurkan tersebut tidak dapat dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan tegas secara hukum. Dimana UU perkawinan menetapkan batas usia menikah yaitu minimal usia 16 tahun bagi wanita dan 19 tahun bagi pria.

c) Tabu larangan

Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana sesorang dilarang melakukan seks pra nikah, berciuman maupun masturbasi. Bagi remaja yang tidak mampu menahan diri memiliki kecenderungan melanggar larangan tersebut.

d) Kurangnya informasi tentang seks

Meningkatnya pelanggaran yang mengarah pada seks bebas disebabkan oleh informasi dan rangsangan seks melalui media massa yang tidak dapat dikontrol dan dihentikan. Sifat reamaj yang cenderung ingin tahu dan mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihat maupun didengarnya, khususnya rasa ingin atahu yang besar mengenai masalah seksual.

e) Komunikasi antara orang tua dan anak

Orang tua cenderung memberikan jarak dalam pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak. Hal ini disebabkan karena orang tua kurang mengetahui tentang pendidikan seks maupun menganggap tabu pembicaraan mengenai masalah seksual. Sehingga anak akan cenderung malu apabila ingin bertanya mengenai masalah seksual dan akan mencari tahu dari orang lain.

f) Pergaulan semakin bebas

Semakin tidak adanya batasan mengenai kebebasan pergaulan antara pria dan wanita dalam masyarakat karena berkembangnya peran dan pendidikan wanita untuk mendapat kedudukan yang sejajar dengan pria.

g) Wilayah tempat tinggal

Cepatnya perubahan yang terjadi di kota dari pada di kota, akibat mudahnya informasi yang diterima di kota. Tingginya arus informasi yang diterima mengandung berbagai informasi yang salah mengenai masalah seksual yang masuk ke kota.

h) Jenis kelamin

Adanya perbedaan sikap dan sifat antara laki-laki dan perempuan. Dimana laki-laki lebih terbuka, memiliki kebebasan lebih dan lebih ekstrim terhadap masalah seksual sedangkan perempuan lebih malu-malu dan tidak tahu menahu mengenai seks.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebabs di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut berasal dari internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor berasal dari dalam diri remaja yang berkaitan dengan perkembangan hormonal maupun kematangan alat-alat seksualnya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan di luar diri remaja yang mempengaruhi perilaku seks bebas.



Post a Comment