PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DITINJAU DARI ASPEK PERILAKU


Aspek perilaku pengguna (user) TI menjadi perhatian penting bagi periset maupun praktisi karena mendukung keberhasilan penerapan teknologi informasi. Beberapa penelitian banyak mengkaitkan computer attitude dengan keperilakuan user TI. Ditinjau dari aspek keperilakuan, sikap individu terhadap obyek akan menentukan perilaku seseorang, demikian halnya dengan perilaku para pengguna (user) TI. Secara teoritis implikasi penerapan TI dapat dipandang sebagai aspek keperilakuan yang berkaitan dengan pengembangan TI. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pengguna (user) apabila ditinjau dari 3 unsur dalam pengembangan TI (perangkat keras, perangkat lunak dan pengguna) memang pentinguntuk diperhatikan. Apabila ditinjau dari aspek perilaku, implementasi pengembangan TI akan tergantung dari perilaku yang melekat pada diri user. Kemudahan dan kemanfaatan yang diperoleh dari penerapan TI akan tergantung dari perilaku user dalam mengorganisir kemampuannya terhadap pemanfatan TI.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa faktor perilaku mempengaruhi pengapdosian teknologi informasi.Hal ini telihat pada ”Theory of Reasoned Action” (TRA) yang dikemukakan Fishbein dan Ajzen (1975). Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan menggunakan computer jika dia dapat melihat adanya manfaat (hasil) positif dari penmggunaan tersebut (dalam Dandes Rifa dan Gudono, 1999).

Speier, Morris, dan Briggs (1997) dalam penelitiannya menyatakan ”looked closely at attitudes towards computers and the impact it has on performance. They found a relationship existing between the examined attitudes and performance. “Subjects who perceive computers to be easier to use and who perceive computers as useful tend to exhibit greater skill performance.” Their results exhibited an increase in fear and anxiety when skill performance had decreased(dalam Linda V.Orr, 2000). Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan antara computer attitude dengan performance seseorang. Personil yang merasa lebih mudah menggunakan komputer dan merasa komputer sebagai sesuatu yang bermanfaat cenderung memperlihatkan tingkat keahlian yang lebih tinggi.Sedangkan mereka yang memperlihatkan ketakutan dan kegelisahaan yang semakin tinggi cenderung memperlihatkan keahlian yang semakin menurun. Hakkinen (1994) dalam penelitiannya menyatakan “Computer anxiety is a psychological characteristic of adult learners that computer instructors will continually confront. “It is important to reduce anxiety because it has negative effects on learning” Computer anxiety can be significantly reduced if Extension educators createa comfortable learning environment in which students can have positive experiences with computers (dalam Pam Dupin-Bryant, 2002). Temuan ini menekankan bahwa computer anxiety merupakan sebagai suatu kondisi psikologis seseorang dalam hubungannya dengan penggunaan komputer yang ditandai dengan adanya rasa takut. Ketakutan ini umumnya merupakan kondisiyang dialami oleh orang dewasa yang menekankan adanya kecenderungan seseorang untuk bersikap negatif atau menolak terhadap penggunaan computer. Sedangkan pengurangan kegelisahan dalam mempelajari komputer merupakan faktor yang amat penting karena hal tersebut mempengaruhi pengalaman seseorang dalam memanfaatkan komputer.

Iqbaria (1994) dalam Fahmi Natigor Nasution (2009) mengembangkan suatu model untuk memprediksi penggunaan TI. Beberapa faktor yang diajukan oleh Iqbaria meliputi keinginan memakai komputer, keahlian, dukungan organisasi, kebijakan, manfaat untuk organisasi, kecemasan karena pemakaian TI memiliki dampak langsung atau dampak tidak langsung terhadap penerimaan teknologi komputer. Komponen penting dari model Iqbaria (1994), meliputi pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku, hal ini mengarah pada subjektivitas seseorang,atau opini pihak lain yang mempengaruhi individu. Kemudian terdapat juga aspek kepercayaan normative yang dapat melihat seseorang dalam penggunaan komputer. Penelitian Laudon dan Laudon dalam Dedi Haryanto (2002) mengemukakan bahwa perilaku dalam penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja karyawan. Dengan menggunakan pendekatan sosioteknis dapat diketahui bahwa pelaksanaan sistem informasi yang baik memerlukan koordinasi tiga komponen utama sistem informasi yaitu: sikap manusia, teknologi, dan organisasional.

Sikap manusia

Faktor manusia memberikan pengaruh yang sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan sistem informasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tingakt kemampuan individu baik di bidang manajerial maupun di bidang teknologi infrormasi dan faktor sikap individu. Faktor sikap manusia ini diartikan sebagai sikap atau persepsi individu terhadap Tinjauan mengenai Aspek Perilaku dalam Penggunaan Teknologi Informasi keberadaan teknologi informasi maupun terhadap kondisi lingkungan kerja.

Teknologi

Faktor teknologi terdiri dari unsur hardwaredan softwareyang merupakan dasar pembentukan sistem informasi. Faktor teknologi yang terutama mengambil peran dalam keberhasilan suatu sistem informasi. Kualitas sistem informasi pada dasarnya ditentukan oleh empat kriteria yaitu: kinerja sistem, keandalan sistem, kegunaan sistem, dan fleksibilitas sistem.

Organisasional

Faktor organisasi memberikan pengaruh terhadap kinerja seseorang melalui proses bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Proses bisnis tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan, prosedur kerja, pembagian tugas dan wewenang.

Dambrot et al. (1985) dalam Dandes Rifa dan Gudono (1999) dalam penelitiannya mengidentifikasi korelasi antara computer attitude dengan perilaku (behaviors) melalui hubungan antara computer attitude dengan math anxiety, math aptitude, math course work, computer aptitude dan scholastic achievement.



sumber

Post a Comment