Hasil Penelitian Digital Devide


Dunia digital bukan lagi melulu milik negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Kesenjangan digital kini makin menyempit antara negara-negara di dunia. Era digital telah menembus batas-batas negara di dunia.

Dalam salah satu temuan laporan perekonomian digital 2010 yang dilansir The IBM Institute for Business Value yang bekerja sama dengan Economist Intelligence Unit (EIU) disebutkan, negara-negara di dunia kini sudah terkoneksi satu sama lain.

Laporan ini menggarisbawahi bahwa kesenjangan antara negara yang berada di urutan teratas dan terbawah dalam peringkat hanya berbeda 5,5 poin (skala 1-10) tahun ini. Hasil itu menurun dibanding 5,9 poin tahun lalu. Hal ini karena penilaian tidak lagi hanya didasarkan pada kualitas akses jaringan telekomunikasi dan internet, tapi model pemeringkatan tahun ini juga menilai kualitas akses mobile broadbandnegaranegara berdasarkan koneksi 3G dan fiber yang ada serta prevalensinya. ”Perubahan dalam model yang disebutkan di atas meningkatkan nilai negara-negara di peringkat bawah. Tetapi mengurangi nilai negara-negara papan atas.

Seperti harga broadbandyang semakin terjangkau, negara-negara di peringkat bawah juga meraih peningkatan di beberapa bidang,”ujar Director of Global Technology Research EIU Denis McCauley sebagaimana dilansir dalam laman situs resmi EIU. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara mendapatkan nilai yang lebih rendah, bahkan beberapa negara mengalami penurunan peringkat karena jaringan berkecepatan tinggi mereka masih perlu lebih dikembangkan.Peringkat negara-negara Asia yang menanamkan investasi cukup besar dalam jaringan-jaringan generasi mendatang mengalami kenaikan signifikan.

Beberapa temuan penting lain dalam studi ini di antaranya negaranegara Nordik maju pesat di hampir semua bidang perekonomian digital. Swedia pada 2010 ini menggeser pemimpin ”e-readiness” sebelumnya, Denmark, dengan angka tipis. Sedangkan Finlandia dan Norwegia berada di antara enam negara perekonomian digital teratas tahun ini. Finlandia naik enam posisi, terutama karena peningkatan indikator performa dalam kategori penggunaan layanan online. Tiga negara pemimpin digital Asia mengalahkan kawasan lain dalam hal kualitas.

Taiwan,Korea Selatan, dan Jepang meningkat pesat dalam peringkat perekonomian digital ini berkat tingginya nilai yang mereka raih dibanding negara-negara di kawasan lain dalam hal kualitas broadband dan mobile. Densitas kabel fiber tingkat tinggi memungkinkan ketiga negara ini melaksanakan agenda digital mereka. Di sisi lain, biaya broadband semakin terjangkau di seluruh dunia. Pada 49 dari 70 negara, biaya bulanan yang diberlakukan penyedia sarana broadband adalah di bawah 2% dari rata-rata pendapatan bulanan rumah tangga pada 2010.Pada 2009 hanya terdapat 42 dari 70 negara dan hanya 33 negara pada 2008.

Biaya yang lebih terjangkau semakin kentara di negara- negara berkembang seperti Vietnam dan Nigeria. ”Bagaimanapun perkembangan digital yang kuat membutuhkan kemajuan dan tindakan yang terarah di berbagai bidang,” tambah McCauley. Pemimpin peringkat tahun ini, Swedia,dan sebagian besar negara yang berada di urutan peringkat teratas lain mengandalkan konektivitas yang prima, lingkungan bisnis, dan hukum yang stabil. Selain itu, faktor pendorong pendidikan dan budaya yang kuat, kebijakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pemerintah yang kondusif juga menjadi andalan dalam pengembangan ekonomi digital di sejumlah negara. Hasilnya, penggunaan layanan digital perorangan maupun perusahaan meningkat.

Peringkat 10 besar untuk perekonomian digital tahun ini ialah Swedia di urutan pertama dengan skor 8,49.Denmark (2) dengan nilai 8,41,Amerika Serikat (3) nilai 8,41, Finlandia (4) nilai 8,36,Belanda (5) nilai 8,36, Norwegia (6) nilai 8,24, Hong Kong (7) nilai 8,22,Singapura (8) nilai 8,22,Australia (9) dengan nilai 8,21, dan Selandia Baru (10) nilai 8,07. Kemudian beberapa negara Asia di antaranya Taiwan berada di peringkat ke-12 dengan nilai 7,99, Korea Selatan (13) nilai 7,94, Jepang (16) nilai 7,85, Malaysia (36) nilai 5,93,Thailand (49) nilai 4,86, Filipina (54) nilai 4,47, China (56) nilai 4,28, India (58) nilai 4,11, Vietnam (62) nilai 3,87, dan Sri Lanka (63) nilai 3,81.

Posisi Indonesia hanya berada di urutan ke-65 dari 70 negara yang dinilai dengan skor 3,60. Peringkat Indonesia pada 2010 ini tidak beranjak dibanding tahun lalu yang juga berada di posisi ke-65 dengan skor 3,51. Laporan yang berjudul ”Digital Economy Rankings 2010: Beyond E-Readiness” menilai lebih dari 100 kriteria kuantitatif dan kualitatif, yang dibagi ke dalam enam kategori,dimasukkan ke dalam pemeringkat ekonomi digital.Enam kategori ini ialah konektivitas dan infrastruktur teknologi dengan bobot nilai 20%,lingkungan bisnis (15%), lingkungan sosial dan budaya (15%),kebijakan dan lingkungan hukum (10%), visi dan kebijakan pemerintah (15%), serta pengadopsian bisnis dan konsumer (25%).

Untuk indikator lingkungan bisnis menggunakan sembilan indikator turunan yang diringkas dari 74 subindikator. Sumber data yang digunakan dalam menyusun laporan ini di antaranya data EIU, Pyramid Research, Bank Dunia,The World Intellectual Property Organization, termasuk data e-participation index dari The United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA). Kriteria kualitatif dinilai oleh jaringan pakar negara EIU yang juga melalui peninjauan terlebih dahulu. Laporan peringkat perekonomian digital ini sebelumnya dikenal sebagai ”peringkat e-readiness”, penelitian tolak ukur teknologi tahunan yang dikeluarkan EIU.Tujuannya untuk menggambarkan prevalensi koneksi internet atas konsumen, bisnis, pemerintah, dan peranan yang sangat diperlukan.

Layanan dan komunikasi digital ini sangat berperan penting di berbagai negara. Laporan ini bisa memberikan gambaran tentang bagaimana tantangan memaksimalkan teknologi komunikasi dan informasi yang dihadapi 70 negara yang dinilai di masa mendatang.





Post a Comment