Contoh Makalah Hasil Penelitian | Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Rumput Gajah

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN RUMPUT GAJAH



Nama kelompok:
1.     Hasan Ma’ruf                                   (14)
2.     Indra Saputra                                    (20)
3.     Masrikhan                                         (21)
4.     Muhammad Musthofa Habib            (24)


MADRASAH ALIYAH NEGERI TLOGO KABUPATEN BLITAR 2013-2014

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya serta  berkat pertolongan dan petunjuk-Nya kepada kami, sehingga dalam waktu yang telah ditentukan dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Sholawat serta Salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Sholallahu ’Alahi Wasalam, keluarga, serta para sahabatnya dan seluruh umatnya yang tetap berpegang teguh pada ajaran-Nya dan yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Penelitian ini diajukan kepada Ibu Yulianti S. Pd. sebagai bahan acuan dan penilaian terhadap penelitian yang kami laksanakan terkait dengan pertumbuhan rumput gajah.
Dalam penyelesaian Laporan Penelitian ini, kami banyak mendapat masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam pembuatan proposal penelitian ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, sehingga adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak manapun sangat diharapkan demi kesempurnaan. Selanjutnya, kami juga berharap semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan ini.







Blitar, 03 September 2014

     
                                              Penulis

Daftar Isi
1.      Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . 2
2.      Daftar isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . 3
3.      Pendahuluan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . 5
4.      Kajian teori. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . .8
5.      Metode penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..37
6.      Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . 43
7.      Penutup. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . .48
8.      Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . 49
9.      Lampiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . 51


BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar belakang
        Indonesia merupakan Negara agraris yang ditumbuhi berbagai macam flora, rumput Gajah adalah salah satu dari seribu lebih keberagaman tersebut. Dalam dunia peternakan rumput ini menjadi salah satu alternatif pakan ternak. Begitu juga di daerah kami. Dikampung kami tumbuhan jenis ini begitu familiar, karena selain mudah dalam penanamannya, perawatannya pun tidak memerlukan biaya yang mahal.
        Dalam kehidupan sehari-hari, kami sering melihat para perternak desa merawat tanaman ini dengan asal-asalan, asal tanam dan asal siram. Kami pernah mendapati seorang peternak yang menyirami tanaman ini dengan air bekas, baik itu air bekas sabun maupun air leri bahkan tidak jarang tanaman ini menjadi tempat favorit untuk membuang air seni.
         Melihat hal ini, kami menjadi tergugah untuk mengetahui lebih lanjut dampak dari perbuatan tersebut terhadap tanaman Gajah. Dalam benak kami, kami khawatir jika perbuatan yang dikerjakan semisal peternak tersebut menjadikan tanaman tidak tumbuh sebagaimana yang diharapkan.
        Maka daripada itu, untuk mengetahui hal tersebut, kami melakukan penelitian terhadap tanaman Gajah dengan menggunakan beberapa variabel seperti air mineral, air sabun, air leri, air seni, dan air kolam ikan lele. Hal ini juga melatar belakangi kami menulis karya ilmiah dalam makalah ini yang berjudul “Pengaruh Air terhadap Pertumbuhan Tanaman Gajah”

1.2. Rumusan Masalah
a.       Apa yang terkandung dalam air: sabun, urin, leri,  kolam lele?
b.      Bagaimana pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan rumput Gajah?


1.3. Hipotesis
     Menurut kami  jika rumput Gajah disirami dengan air kolam lele maka tanaman kemungkinan dapat tumbuh dengan baik. Mengingat kandungan nutrisi dalam air kolam lele mampu mencukupi atau bahkan melebihi kebutuhan nutrisi tanaman tersebut. Berikut penjelasannya:
a.       Air tawar
     Air tawar akan mempengaruhi rumput Gajah sebagaimana umumnya, karena kandungan nutrisi dari air tersebut hanya mencukupi bagi kelangsungan hidup rumput Gajah.

b.      Air sabun
     Air sabun akan mengkerdilkan tanaman, karena jika disirami air sabun kadar pH dalam tanah akan meningkat dan dapat menjadi basa. Hal ini menyebabkan metabolisme tanaman kuranng maksimal.. Sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.

c.       Air leri
     Air leri akan membuat rumput Gajah tumbuh sedikit lebih cepat dan segar, karena air leri diperaya memiliki unsur-unsur yang menunjang pertumbuhan rumput Gajah.

d.      Air urin
     Air urin akan membuat tanaman rumput gajah subur, karena kandungan urea dalam urin dapat meningkatkan pertumbuhan rumput Gajah. Pertumbuhan rumput Gajah yang disirami air urin akan lebih cepat daripada disirami air leri.

e.       Air lele
     Air lele akan membuat rumput Gajah subur dan tumbuh dengan cepat. Karena air lele banyak mengandung nutrisi yang mencukupi dan memepercepat pertumbuhan rumput Gajah.


1.4.    Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian kami adalah:
a.       Untuk mengetahui kandungan air: sabun, urin, leri, kolam lele.
b.      Untuk mengetahui pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan rumput Gajah.

1.5.      Manfaat
Adapun manfaat yang diharapakan dari penelitian kami adalah :
a.       Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dampak pemberian kualitas air yang tidak tepat.
b.      Mengajak masyarakat agar lebih peka terhadap lingkungannya.
c.       Meningkatkan produktifitas dalam budi daya rumput gajah.
d.      Diharapkan dapat memberikan solusi mengenai permasalan yang berkaitan dengan tumbuhan rumput gajah.


                                                            BAB II
Kajian Teori

2.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan mengandung pengertian pertambahan ukuran, dapat berupa volume, massa, tinggi, dan ukuran lainnya yang dapat dinyatakan dalam bilangan atau bentuk kuantitatif. Adapun perkembangan mengandung pengertian bertambah dewasanya suatu individu. Makhluk hidup dikatakan dewasa jika alat-alat reproduksinya telah berfungsi. Tumbuhan akan berbunga dan hewan akan menghasilkan sel-sel kelamin. Ada pula yang mengartikan perkembangan sebagai perubahan akibat proses diferensiasi yang menyebabkan perbedaan struktur dan fungsi organorgan makhluk hidup sehingga semakin kompleks. Dengan demikian, perkembangan merupakan perubahan kualitas suatu individu. Secara harfiah, pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang dapat diketahui atau ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitasnya. Pertumbuhan meliputi bertambah besar dan bertambah banyaknya sel-sel pada jaringan.
Proses yang terjadi pada pertumbuhan adalah suatu kegiatan yang irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula). Akan tetapi, pada beberapa kasus, proses tersebut dapat reversible (terbalikkan) karena pada pertumbuhan terjadi pengurangan ukuran dan jumlah sel akibat kerusakkan sel atau dediferensiasi sel. Sebagai contoh, jika Anda akan memperbanyak tumbuhan melalui cara vegetatif, bagian manakah yang akan Anda pakai? Bunga, buah, ataukah batang? Pilihannya tentu akan jatuh pada batang. Walaupun semua organ tersebut memiliki aktivitas pembelahan sel, semuanya disusun oleh jenis sel yang berbeda. Bunga dan buah merupakan organ reproduksi yang disusun oleh sel-sel reproduktif atau embrionik, sedangkan cabang atau batang disusun oleh sel-sel tubuh atau somatik.
Sel-sel tubuh (somatik) memiliki potensi untuk tumbuh kembali membentuk jaringan yang sama, sedangkan sel embrionik tidak. Dengan aktivitas perbanyakan sel tersebut, akan dihasilkan kembali sel-sel meristematis yang akan menjadi batang, akar, daun, dan bagian reproduktif. Adapun sel embrionik akan mati karena tidak ada sokongan sel lainnya. Selama proses tumbuhnya akar, batang, ataupun daun pertumbuhan dapat dikuantifikasi dalam bentuk panjang akar, jumlah daun, tinggi tumbuhan, atau bahkan berat total tumbuhan. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif dari ukuran sel, organ, atau keseluruhan organisme.

2.2. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah :
1)      Peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi).
2)      Irreversibel (tidak kembali ke asal).
3)      Dapat diukur serta dinyatakan secara kuantitatif.
4)      Auksanometer adalah Suatu alat untuk mengukur pertumbuhan memanjang suatu tanaman, yang terdiri atas sistem kontrol yang dilengkapi jarum penunjuk pada busur skala atau jarum yang dapat menggaris pada silinder pemutar.
Perkembangan adalah:
1)      Proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna (kompleks).
2)      Sel-sel berdiferensiasi.
3)      Peristiwa diferensiasi menghasilkan perbedaan yang tampak pada struktur dan fungsi masing-masing organ, sehingga perubahan yang terjadi pada organisme tersebut semakin kompleks.
4)      Proses ini berlangsung secara kualitatif.
5)      Irreversible

2.3. Macam-Macam Pertumbuhan
Pertumbuhan pada tumbuhan ada yang berupa pertumbuhan primer, ada pula yang berupa pertumbuhan sekunder. Kedua pertumbuhan ini sebenarnya berasal dari jaringan yang sama, yakni meristem. Meristem merupakan suatu jaringan yang memiliki sifat aktif membelah. Pertumbuhan primer berasal dari meristem primer, sedangkan pertumbuhan sekunder berasal dari meristem sekunder.

2.3.1.      Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan yang terjadi selama fase embrio sampai perkecambahan merupakan contoh pertumbuhan primer. Struktur embrio terdiri atas tunas embrionik yang akan membentuk batang dan daun, akar embrionik yang akan tumbuh menjadi akar, serta kotiledon yang berperan sebagai penyedia makanan selama belum tumbuh daun. Jika biji berkecambah, struktur yang pertama muncul adalah radikula yang merupakan bakal akar primer. Radikula adalah bagian dari hipokotil dan merupakan struktur yang berasal dari akar embrionik. Pada bagian ujung atas, terdapat epikotil, yakni bakal batang yang berasal dari tunas embrionik. Tahap awal pertumbuhan pada tumbuhan monokotil berbeda dengan dikotil. Pada monokotil, akan tumbuh koleoptil sebagai pelindung ujung bakal batang. Begitu koleoptil muncul di atas permukaan tanah, pucuk daun pertama akan muncul menerobos koleoptil. Biji masih tetap berada di dalam tanah dan memberi suplai makanan kepada kecambah yang sedang tumbuh. Perkecambahan seperti ini dinamakan perkecambahan hypogeal.
Bagaimanakah perkecambahan pada tumbuhan dikotil? Pada dikotil tidak muncul koleoptil. Dari dalam tanah, kotiledonnya akan muncul ke atas permukaan tanah bersamaan dengan munculnya daun pertama. Kotiledon akan memberi makan bakal daun dan bakal akar sampai keduanya dapat mengadakan fotosintesis. Itulah sebabnya, lama-kelamaan kotiledon menjadi kecil dan kisut. Perkecambahan yang kotiledonnya terangkat ke permukaan tanah dinamakan perkecambahan epigeal. Perhatikan. Pada ujung pucuk dan ujung akar, terdapat jaringan yang bersifat meristematik. Jaringan meristem yang terletak di ujung akar menyebabkan pemanjangan akar. Pertambahan panjang akar pada jagung mencapai 1 cm per hari. Ujung akar akan menghasilkan tudung akar. Tudung akar akan menghasilkan lendir yang dapat mempermudah akar menembus tanah.
“Pada ujung akar terdapat tiga daerah pertumbuhan berturut-turut dari ujung ke pangkal, yakni daerah pembelahan, daerah pemanjangan, dan daerah diferensiasi” Hopson (1990: 475)
Sel-sel di daerah pembelahan akan membelah secara mitosis sehingga selnya bertambah banyak. Daerah pemanjangan akan membentuk bakal epidermis ke arah luar. Pada daerah diferensiasi, sel-selnya akan berdiferensiasi membentuk komponen pembuluh angkut, epidermis, dan bulu-bulu akar. Ujung pucuk juga merupakan jaringan meristematik. Jaringan ini akan berdiferensiasi menjadi epidermis, floem, xilem, korteks, dan empulur. Meristem ini dilindungi oleh primordium daun. Letak primordium daun pada batang mengikuti pola berhadapan atau pola bergantian yang nantinya akan membentuk rangkaian daun sesuai dengan pola tersebut.

     2.3.2.  Pertumbuhan Sekunder
Semakin tua, batang tumbuhan dikotil akan semakin membesar. Hal ini disebabkan adanya proses pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder ini tidak terjadi pada tumbuhan monokotil. Bagian yang paling berperan dalam pertumbuhan sekunder ini adalah kambium dan kambium gabus atau felogen. Ke arah dalam, kambium akan membentuk pembuluh kayu (xilem), sedangkan ke arah luar kambium akan membentuk pembuluh tapis (floem). Kambium pada posisi seperti ini dinamakan kambium intravaskular. Sel-sel parenkim yang terdapat di antara pembuluh, lama-kelamaan berubah menjadi kambium. Kambium ini dinamakan kambium intervaskular. Kedua macam kambium tersebut lama-kelamaan akan bersambungan.
Posisi kambium yang semula terpisah-pisah, kemudian akan berbentuk lingkaran. Kedua macam kambium ini akan terus berkembang membentuk xilem sekunder dan floem sekunder sehingga batang menjadi semakin besar. Akibat semakin besarnya batang, diperlukan jalan untuk mengangkut makanan ke arah samping (lateral). Untuk keperluan tersebut, dibentuklah jari-jari empulur.
Aktivitas kambium bergantung pada keadaan lingkungan. Pada musim kemarau, kambium tidak aktif. Walaupun aktif, kambium hanya akan membentuk sel-sel xilem berdiameter sempit. Ketika air berlimpah, cambium akan membentuk sel-sel xilem dengan diameter besar. Perbedaan ukuran diameter ini akan menyebabkan terbentuknya lingkaran-lingkaran pada penampang melintang batang. Lingkaran ini dikenal dengan lingkaran tahun, yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur tumbuhan. Sementara itu, kambium gabus atau felogen juga melakukan aktivitasnya. Felogen ini akan membentuk lapisan gabus. Ke arah dalam, felogen membentuk feloderm yang merupakan sel-sel hidup dan ke arah luar membentuk felem (jaringan gabus) yang merupakan sel-sel mati. Lapisan gabus perlu dibentuk karena fungsi epidermis sebagai pelindung tidak memadai lagi. Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan sekunder yang dilakukan cambium mendesak pertumbuhan ke arah luar. Hal tersebut mengakibatkan rusaknya epidermis sehingga kulit batang menjadi pecah-pecah. Adanya lapisan gabus mengakibatkan batang menjadi lebih terlindungi dari perubahan cuaca. Zat suberin pada sel-sel gabus dapat mencegah penguapan air dari batang. Agar pertukaran gas tetap berjalan lancar, di beberapa bagian dari permukaan batang terdapat lentisel. Ingatlah kembali pelajaran tentang jaringan tumbuhan di kelas XI.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
  1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam tumbuhan sebagai pengendali proses pertumbuhan dan perkembangan, hal ini meliputi ;
·         Genetik ( hereditas )
   Gen adalah adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Gen bekerja untuk mengkodekan aktivitas dan sifat yang khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan.
·         Enzim
   Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis ( senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
·         Hormon ( Fitohormon )
    Hormon tumbuhan atau fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis)  tumbuhan. Kadar kecil yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter. Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2 kelompok hormon yaitu sebagai berikut. Beberapa contoh hormon adalah hormon auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, asam traumalin, asam absisat, dan kalin (rizokalin, phytokalin, kaulokalin dan antokalin).
  1. Faktor Eksternal , yaitu materi atau hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berdampak pada tanaman itu, baik secara langsung ataupun tidak langsung.Termasuk ke dalam faktor luar adalah cahaya, derajat keasaman (Ph) , temperatur, garam- garaman dan mineral (unsur hara) , iklim, kelembaban,  gravitasi bumi (terkait distribusi enzim pertumbuhan / geotropisme) , oksigen, kerbondioksida, air dan beberapa faktor lain seperti patogen serta kompetisi antar mahkluk hidup.

2.5.  Nutrisi yang Diperlukan Tanaman
Tanaman, seperti halnya makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.  Tulisan berikut merupakan rangkuman dari beberapa sumber untuk melengkapi pengetahuan kita tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada dasarnya, saat kita hendak melakukan kegiatan budidaya tanaman, tanaman apapun jenisnya, sangat diperlukan pengetahuan mengenai apa saja jenis-jenis nutrisi atau unsur-unsur hara apa saja yang dibutuhkan tanaman yang kita budidayakan.
Pengetahuan ini setidaknya dibutuhkan pada saat pemberian pupuk agar tepat dan seimbang, karena baik berlebih unsur hara atau kekurangan unsur hara dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal.  Pengetahuan ini pun perlu pada saat mengamati proses pertumbuhan tanaman.  Apabila pertumbuhan tanaman tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita dapat melakukan evaluasi dan tindakan yang cukup tepat sebelum semuanya terlambat.
Secara garis besar, tanaman atau tumbuhan memerlukan 2 (dua) jenis unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.  Dua jenis unsur hara tersebut disebut Unsur Hara Makro dan Unsur Hara Mikro.  Kedua jenis unsur ini sudah terkandung dalam SOT HCS dengan jumlah yang seimbang.
Berikut adalah kedua jenis unsur hara tersebut berikut gejala-gejala yang biasa timbul, baik apabila kekurangan atau kelebihan unsur tersebut ;
a.      Unsur Hara Makro
Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar.  Daftarnya adalah sebagai berikut :


1. Nitrogen (N)
Unsur Nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman.  Nitrogen  memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Oleh karena itu unsur Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif.  Bersama dengan unsur Fosfor (P), Nitrogen ini digunakan dalam mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Terdapat 2 bentuk Nitrogen, yaitu Ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3). Berdasarkan sejumlah penelitian para ahli, membuktikan Ammonium sebaiknya tidak lebih dari 25% dari total konsentrasi Nitrogen. Jika berlebihan, sosok tanaman menjadi besar tetapi rentan terhadap serangan penyakit. Nitrogen yang berasal dari amonium akan memperlambat pertumbuhan karena mengikat karbohidrat sehingga pasokan sedikit. Dengan demikian cadangan makanan sebagai modal untuk berbunga juga akan minimal. Akibatnya tanaman tidak mampu berbunga. Seandainya yang dominan adalah Nitrogen bentuk Nitrat , maka sel-sel tanaman akan kompak dan kuat sehingga lebih tahan penyakit. Untuk mengetahui kandungan N dan bentuk Nitrogen dari pupuk bisa dilihat dari kemasan.
Kekurangan Nitrogen
Ciri-ciri tanaman yang kekurangan Nitrogen dapat dikenali dari daun bagian bawah. Daun pada bagian tersebut menguning karena kekurangan klorofil. Pada proses lebih lanjut, daun akan mengering dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun muda akan tampak pucat. Pertumbuhan tanaman melambat, kerdil dan lemah. Akibatnya produksi bunga dan biji pun akan rendah.
Kelebihan Nitrogen
Kelebihan jumlah Nitrogen pun perlu diwaspadai.  Ciri-ciri tanaman apabila unsur N-nya berlebih adalah warna daun yang terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun. Proses pembuangan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sekulen karena mengandung banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan jamur dan penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga pun akan menurun.

2. Fosfor atau Phosphor (P)
Unsur Fosfor (P) merupakan komponen penyusun dari beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA.  ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik dari tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Pengaruh terhadap akar adalah dengan membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap tanaman terhadap nutrisi pun menjadi lebih baik.
Bersama dengan unsur Kalium, Fosfor dipakai untuk merangsang proses pembungaan. Hal itu wajar sebab kebutuhan tanaman terhadap fosfor meningkat tinggi ketika tanaman akan berbunga.
Kekurangan Phosphor (P)
Ciri-ciri dimulai dari daun tua menjadi keunguan dan cenderung kelabu. Tepi daun menjadi cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap. Hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.
Kelebihan Phosphor (P)
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe) , tembaga (Cu) , dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman.

3. Kalium (K)
Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur.
Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab , sifat antagonisme antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Kendati demkian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium.
Kekurangan Kalium
Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur. Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun ‘hangus’, daun menggulung ke bawah, dan rentan terhadap serangan penyakit.
Kelebihan Kalium
Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi.

4. Magnesium (Mg)
Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun , terutama untuk ketersediaan klorofil.  Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein.
Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ‘ringan’ seperti nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.
Kekurangan Magnesium
Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit terutama embun tepung (powdery mildew).
Kelebihan Magnesium
Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.

5. Kalsium (Ca)
Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen yang menguatkan , dan mengatur daya tembus , serta merawat dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca , pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu , dan berakibat penyerapan hara terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel , dan mengatur distribusi hasil fotosintesis.
Kekurangan Kalsium
Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi perubahan bentuk daun , mengeriting , kecil , dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium.
Kelebihan Kalsium
Kelebihan kalsium tidak berefek banyak , hanya mempengaruhi pH tanah.
6. Belerang atau Sulfur  (S)
Kelebihan Sulfur
Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai-rantai peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman
Kekurangan  Sulfur
Jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama dengan jumlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat sintesis protein dan hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya klorosis seperti tanaman kekurangan nitrogen. Kahat S lebih menekan pertumbuhan tunas dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S lebih nampak pada daun muda dengan warna daun yang menguning sebagai mobilitasnya sangat rendah di dalam tanaman (Haneklaus dan Penurunan kandungan klorofil secara drastis pada daun merupakan gejala khas pada tanaman yang mengalami kahat S . Kahat S menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik terlarut.
b.      Unsur Hara Mikro
Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit . Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil , tetapi amat penting untuk menunjang keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Tanpa unsur mikro , bunga adenium tidak tampil prima. Bunga akan lunglai , dll. Unsur mikro itu , adalah: boron , besi , tembaga , mangan , seng , dan molibdenum.
1. Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan , pembelahan dan diferensiasi , dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA , bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip daun variegeta.
Kekurangan Boron
Daun berwarna lebih gelap dibanding daun normal , tebal , dan mengkerut.
Kelebihan Boron
Ujung daun kuning dan mengalami nekrosis
2. Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil , dan berperan dalam funsi reproduksi.
Kekurangan Tembaga (Cu)
Daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun menguncup dan tumbuh kecil , pertumbuhan bunga terhambat.
Kelebihan Tembaga (Cu)
Tanaman tumbuh kerdil , percabangan terbatas , pembentukan akar terhambat , akar menebal dan berwarna gelap.
3. Seng atau Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam aktivator enzim , pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.
Kekurangan Seng (Zn)
Pertumbuhan lambat , jarak antar buku pendek , daun kerdil , mengkerut , atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka, dan akhirnya gugur. Buah pun akan lebih lemas sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.
Kelebihan Seng (Zn)
Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.
4. Besi atau Ferro (Fe)
Besi berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.
Kekurangan Besi
Kekurangan besi ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu terjadi karena kerusakan akar. Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan terlihat potongan-potongan akar yang mati.
Kelebihan Besi
Pemberian pupuk dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada daun.
5. Molibdenum (Mo)
Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.
Kekurangan Molibdenum
Ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua , kemudian menjalar ke daun muda.
Kelebihan Molibdenum
Kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.
6. Mangan (Mn)
Kelebihan Mangan
Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen.
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a.       Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b.      Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c.       Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d.      Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.
Kekurangan Mangan
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang spesifik.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai macam sebab.
Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun. Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.

7. Khlor (Cl)
Kelebihan Khlor
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis.
Kekurangan Khlor
Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.

8. Natrium (Na)
Kelebihan Natrium
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat mengurangi ketersediaan K.
Kekurangan Natrium
Daun-daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu.

9. Cobalt (Co)
Kelebihan Cobalt
Cobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.
Kekurangan Cobalt
Mengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen

10. Silicone (Si)
Kelebihan Silicone
Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai komponen dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan tanaman yang lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh jamur menyerang.
Kekurangan Silicon
Dapat mengakibatkan tanaman mudah terserang penyakit.

11. Nikel (Ni)
Kelebihan Nikel
Diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk tanaman. Nikel diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk berkecambah. Tanaman tumbuh tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur mencapai tingkat kekurangan saat mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi
Kekurangan Nikel
Kekurangan dari unsur Nikel pada tanaman akan menimbulkan kegagalan dalam menghasilkan benih yang layak.
4.4. Air
Air (H2O) adalah cairan jernih,tidak berwarna,tidak berasa,tidak berbau yang terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia,hewan dan tumbuhan,yang secara kimiawi air terbentuk dari Hidrogen dan Oksigen. Air merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat perkecambahan dan menghentikan masa dormansi biji. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak, proses ini murni fisik.
      Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah hormon perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Selain itu masuknya air pada biji juga menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja memecah tepung menjadi maltosa, selanjutnya maltosa dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam – asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh Asam – asam amino dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel dan enzim – enzim baru. Asam – asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membran sel.
   Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Ø  Fungsi Air Untuk Tumbuhan
  1. Memberikan tekanan turgor pada dinding sel sehingga sel dapat membelah dan membesar.
  2. Merangsang terjadinya proses imbibisi, yaitu proses penyerapan air oleh biji.
  3. Sebagai bahan baku fotosintesis sehingga tanaman memproduksi glukosa.
  4. Mengedarkan hasil-hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan.
  5. Bila tanaman kekurangan air, maka tanaman akan kering dan kekurangan nutrisi karena tidak ada yang mengangkut nutrisi itu. Tetapi jika kelebihan air juga tidak baik untuk tanaman karena pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kemungkinan akan mati.

4.5. Air Urin
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.





      2.7.1 Komposisi Urin
Struktur komposisi urin.
        Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan komposDiabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

     2.7.2 Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.

4.6. Air Sabun (detergen)
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Komposisi
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik       : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
  Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
  Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik      : Garam Ammonium
c. Non ionic     : Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat          : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat          :Nitril Tri Acetate (NTA)
                         Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat          : Zeolit
d. Sitrat           : Asam Sitrat

Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.

Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

Pencemaran Alam Sekitar oleh Detergen dan Bahan Tambahan dalam Detergen
1.      Detergen yang berantai lurus tidak terbiodegradasikan, yaitu tidak terurai oleh bakteria atau mikroorganisma.
2.      Apabila air cucian yang mengandungi detergen dibuang ke dalam talian air atau ke dalam sungai, pencemaran air berlaku dan hidupan akuatik akan mati.
3.      Apabila sebatian fosfat yang ditambahkan kepada detergen dibuang ke dalam sungai atau tasik akan berlaku pertumbuhan rumpai air dan alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam air sangat berkurangan dan hidupan akuatik akan mati.
Kegunaan :
Pembersih pakaian adalah salah satu kegunaan dari detergen

Bahaya Detergen
Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam Detergen.
Detergen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal Detergen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.(Wikipedia, 2009).
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis Detergen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah Detergen anti noda. Detergen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan Detergen tergolong keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah Detergen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan Detergen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk Detergen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian Detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa Detergen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Detergen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan Detergen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah Detergent bercampur dengan air?Detergent memiliki efek beracun dalam air. Semua Detergent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi Detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan Detergen pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.
Detergen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam Detergen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.
Dalam sebuah literatur disebutkan, ada fakta yang menarik seputar air di bumi ini. Jumlah total air di bumi saat ini relatif sama dengan jumlah total air tercipta. Yaitu 70 persen permukaan bumi kita adalah air. Komposisinya adalah 67 persen terdiri dari air asin dan tiga persen air tawar. Prosentasi air tawar itu terdiri dari es, air tanah, air permukaan, dan uap air. Jumlah airnya saat ini memang sama akan tetapi yang berubah bentuknya. Tidak semua air tawar tersebut dapat di pakai, penyebabnya adalah pencemaran lingkungan yang dibuat oleh manusia sendiri seperti limbah dari pemakaian detergen.
4.7.Air Kolam Lele
Air kolam lele yang kami pakai adalah air kolam lele yangmana lele tersebut diberi makan dari larva yang ada di kotoran ayam dan diberi makan bangkai. Makanan tersebut memberikan banyak pengaruh pada keadaan air di kolam. Karena kolam tersebut mengumpukan unsure-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan (memiliki kandungan seperti pupuk  kompos).

4.7.1.  Kotoran Ayam
Menurut Ali (1991:394) kotoran ayam merupakan kotoran yang di keluarkan oleh ayam sebagai proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainya. Menurut Widodo (2008:05) kotoran ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah.
Bahan organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah terdekomposisi seperti kompos.
Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, kotoran ayam  penting dalam:
·         menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si,
·         meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta
·         dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi.
Menurut Haesono (2009:01) kandungan kotoran ayam adalah sebagai berikut: 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O. Maka dalam 1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg Urea, 14.44 kg SP 36, dan 38.17 kg MOP. Cara menghitungnya sebagai berikut:
Hara N = (%N Kompos x 1000 kg)/%N Urea = (2.79% x 1000 kg)/45% = 62 kg
Hara P=(%P2O5 kompos x 1000 kg)/%P2O5 SP-36 = (0.52% x 1000 kg)/36% = 14.44 kg
Hara K= (%K2O kompos x 1000 kg)/%K2O MPO = (2.29% x 1000 kg)/60% = 38.17 kg

4.7.2.  Bangkai
Pembusukan merupakan suatu gejala sebagai akibat aktivitas mikroorganisme yang diperlihatkan dengan perubahan bau, rasa dan penampakan daging. Pembusukan dalam arti sempit adalah perubahan, aroma, rasa, dan tekstur daging sedangkan dalam arti luasnya adalah penguraian stuktur dan komposisi daging. Pembusukan dapat terjadi karena dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relatif lama sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat dan terjadi proses fermentasi oleh enzim-enzim yang membentuk asam sulfida dan ammonia.
“Pembusukan adalah dekomposisi protein oleh bakteri yang menghasilkan senyawa yang berbau busuk, seperti indol, skatol, merkaptan aminamin dan H2S serta gas NH3” Frazier and Westhoff (1981)
Bau anyir (amis) pada daging ayam bangkai sangat menyengat karena telah terjadi dekomposisi beberapa komponen menjadi NH3dan H2S sehingga menimbulkan bau busuk. Pada permukaan daging ayam bangkai terdapat lendir yang menunjukkan tingginya jumlah mikroba pada daging. Daging bangkai dengan pengujian postma maka warna kertas lakmus dari merah menjadi biru. Pengujian Eber daging busuk jelas terlihat gas putih (NH4Cl) pada dinding tabung karena pada daging busuk gas NH3 sudah terbentuk. Daging ayam bangkai dalam pengujian H2S, H2S yang dilepaskan pada daging membusuk akan berikatan dengan Pb acetat menjadi Pb sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintik-bintik berwarna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb acetat. Uji Malachite Green (MG) akan positif (+) pada daging ayam bangkai berwarna hijau keruh, sedangkan hasil negatif (-) sempurna jika larutan berwarna hijau-biru jernih.

4.8.         Air Leri
          Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Sayangnya sebagian besar nutrisi pada kulit ari telah hilang selama proses penggilingan dan penyosohan beras. Sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak esensial hilang dalam proses membuat beras lebih “indah” untuk dimakan.
             Saat mencuci beras, biasanya air cucian pertama akan berwarna keruh. Warna keruh bekas cucian itu menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Meskipun banyak nutrisi yang telah hilang, namun pada bagian kulit ari masih terdapat sisa-sisa nutrisi yang sangat bermanfaat tersebut. Misalkan fosfor (P), salah satu unsur utama yang dibutuhkan tanaman dan selalu ada dalam pupuk majemuk tanaman semisal NPK. Fosfor berperan dalam memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda. Nutrisi lainnya adalah zat besi yang penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil) juga berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein. Selain itu kulit ari juga mengandung vitamin, mineral, dan fitonutrien yang tinggi. Vitamin sangat berperan dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai koenzim[1].
          Beras mengandung karbohidrat yang tinggi. Sangat mungkin karbohidrat ini terdegradasi saat mencuci. Hipotesa awal, saat disiramkan ke tanaman, karbohidrat akan terpecah menjadi unsur yang lebih sederhana dan memberikan nutrisi bagi mikroba yang menguntungkan bagi tanaman. Meskipun saya belum mengetahui apa mikroba yang diuntungkan dengan kandungan karbohidrat air leri ini. Menarik jika ada yang meneliti.
           Fakta terbaru adalah hasil penelitian yang dilakukan Yayu Siti Nurhasanah mahasiswa IPB. Mengungkapkan bahwa air cucian beras merupakan media alternatif pembawa bakteri Pseudomonas fluorescens. Bakteri tersebut adalah mikroba yang berperan dalam pengendalian petogen penyebab penyakit karat dan memicu pertumbuhan tanaman (okezone, 19/10/11). P. fluorescens sangat berperan dalam pengendalian patogen penyebab penyakit karat dan pemicu pertumbuhan tanaman.

2.10. Rumput Gajah
               Rumput Gajah (Inggris: elephant grass, naper grass, Uganda grass; Latin: pennisetum purpureum) adalah rumput bernutrisi tinggi berukuran besar yang biasanya dipakai sebagai pakan ternak seperti sapikambinggajah, dll. Rumput gajah banyak dibudidayakan di Afrika karena ketahanannya terhadap cuaca panas.
               Karakteristik rumput gajah adalah tumbuh tegak lurus, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan berbunga seperti es lilin. Kandungan zat gizi rumput gajah terdiri dari 19,9% bahan kering; 10,2 % protein kasar; 1,6% lemak; 34%,2 serat kasar; 11,7% abu; dan 42,3% bahan esktrak tanpa nitrogen.
               Rumput gajah tumbuh subur di permukaan tanah dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut.
               Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika dan Hawai.
·         Varietas Afrika ditandai dengan batang dan daun kecil, tumbuh tegak, berbunga, dan produksi lebih rendah dari varietas Hawai.
·         Varietas Hawai ditandai dengan batang dan daun lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyamping, produksi lebih tinggi, juga berbunga.
        
         Panen pertama rumput gajah dilakukan pada umur 90 hari pasca-tanam. Panen selanjutnya 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari sekali pada musim kemarau. Tinggi pemotongan dari permukaan tanah kira-kira 10-15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara 100-200 ton rumput segar per hektar per tahun. Peremajaan tanaman tua dilakukan setelah 4-6 tahun untuk diganti dengan tanaman yang baru.
         Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman lain, misalnya ketela pohon atau jagung. Tanaman ini berfungsi untuk mengurangi terpaan hembusan angin yang merobohkan tanaman lain. Penanaman rumput gajah dapat dilakukan di ladang, guludan, dan pematang sawah. Laju pertumbuhan tanaman rumput gajah relatif cepat karena memiliki respons tinggi terhadap tanah yang subur. Bila dirawat dengan baik dan dilakukan pemotongan secara berkala maka pertumbuhannya cepat.
         Penanaman Rumput Gajah sangat mudah, hanya dengan menanam batangnya dengan sudut tanam 45 derajat dengan panjang tiga sampai lima ruas. Setiap ruas akan muncul daun baru. Selain itu, tanaman ini juga cepat menyebar ke samping menjadi rumpun.
         Rumput Gajah banyak dibudidaya untuk keperluan makanan ternak. Untuk penggemukan sapi, kebutuhan minimal berkisar 1,5-0,8 bahan kering dari bobot sapi yang digemukkan. Jadi, seekor sapi yang akan digemukkan berbobot 200 kg akan diberikan rumput gajah segar yang mengandung 21% bahan kering. Dengan demikian, kebutuhan minimal hijauan sapi yang akan digemukkan itu adalah 200x0,5/100x1kg= 1.0 kg bahan kering atau 4,8 kg bentuk segar rumput gajah. Namun, dikarenakan selalu ada bagian yang tidak dimakan (sisa batang), maka pemberian dilebihi 5% dari kebutuhan, jadi kira kira rumput gajah segar yang akan diberikan kepada sapi yang akan digemukkan sebanyak 105/100 x 4,8 kg = 5, 05 kg.
         Selain sebagai makanan ternak, rumput gajah dapat dimanfaatkan untuk bahan produksi fiber, penahan erosi tanah, maupun sebagai pagar.

2.11.    Taksonomi Rumput Gajah

Ø  Nama latin       : Brachiaria Mutica
Ø  Kingdom         : Spermatophyta
Ø  Sub phylum     : Angiospermae
Ø  Classis             : Monocotyledonease
Ø  Ordo                : Glumiflora
Ø  Familia : Graminase
Ø  Genus              : Brachiaria
Ø  Spesies : Brachiaria Mutica



BAB 3                                     
Metodologi Penelitian

3.1. Jenis Penelitian
     Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Sebab dalam memperoleh data penelitian, kami melakukan percobaan langsung untuk membandingkan laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman Gajah yang disiram dengan berbagai jenis air yakni air biasa, air leri, air sabun, air urin, dan air kolam lele.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal  21 Agustus 2014 hingga 02 September 2014 . Bertempat di Pondok Pesantren  Miftahul Huda Papungan, Kanigoro, Blitar (pondok Masrikhan). Berikut perincian waktu pengukuran sampel:
·         Pengukuran ke-1              : 21 Agustus 2014
·         Pengukuran ke-2              : 23 Agustus 2014
·         Pengukuran ke-3              : 25 Agustus 2014
·         Pengukuran ke-4              : 27 Agustus 2014
·         Pengukuran ke-5              : 29 Agustus 2014
·         Pengukuran ke-6              : 31 Agustus 2014
·         Pengukuran ke-7              : 02 September 2014

3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
   Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah eksperimental, studi pustaka, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisanya dengan menggunakan referensi dari buku pedoman, internet maupun data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut.
3.4. Definisi Operasional

a.       Media tanah adalah media yang digunakan dalam proses pertumbuhan rumput Gajah untuk membandingkan pertumbuhan pada masing-masing tanaman.
b.      Laju pertumbuhan adalah kecepatan atau kelajuan pertambahan ukuran atau berat serta perubahan bentuk.

3.5. Variable
    Variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian[2]. Variabel dalam laporan ini terbagi atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
·         Variabel Bebas : Variabel yang apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variable lain. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah air beras, air tawar, air sabun, air urin, dan air kolam ikan lele.
·         Air tawar: Air yang kami gunakan adalah air sumur yang diambil dengan cara dipompa.
·         Air leri: Air leri yang kami gunakan adalah air cucian beras 300 gr.
·         Air sabun: Air sabun yang kami gunakan adalah air bekas cucian baju.
·         Air urin: Air urin  yang kami gunakan adalah air seni 75 ml dengan dicampur air 885 ml.
·         Air  kolam lele: Air kolam lele yang kami gunakan adalah air kolam yang berasal dari lele yang diberi pakan bangkai ayam dan larva serangga.

·         Variabel Terikat: Variabel yang berubah akibat perubahan pada variabel bebas. Adapun variable terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman dan rata-rata pertumbuhan tanaman.
                                        
(a)    Tinggi tanaman diukur tingginya dalam satuan Centimeter (Cm). Dari pangkal tanaman sampai ujung tanaman.
(b)   Rata-rata pertumbuhan dihitung jumlahnya dalam satuan Centimeter (Cm). Dari rata-rata setiap pertumbuhan tanaman dalam setiap pengukuran.

·         Variable Kontrol : Kondisi suhu, polibek, pencahayaan, kelembapan, dan media tanah yang sama. 

3.6. Batasan penelitian
            Batasan masalah pada penelitian kami yaitu Gajah yang kami gunakan adalah Gajah jenis tancap (Gajah yang ditanam dengan model stek), media yang kami gunakan adalah tanah di pekarangan pondok di daerah Papungan, Kanigoro lalu polibek berdiameter 10 cm.

3.7. Alat, Bahan, dan Pembuatan
3.7.1.      Alat
1.      Pulpen
2.      Buku
3.      Meteran
4.      Cangkul
5.      Gelas 240 ml
6.      Polibek

3.7.2.      Bahan
1.      Air tawar
2.      Air leri
3.      Air sabun
4.      Air urin
5.      Air kolam lele
6.      Tanah

3.7.3.      Rancangan percobaan

Faktor Luar                 : air beras, air urin, air tawar, air sabun, dan air kolam lele.
Jenis Tanaman             : rumput Gajah.
Waktu Penyiraman      : setiap hari sekali.
Waktu Pengukuran     : setiap dua hari sekali.
Sampel                         : empat tanaman setiap satu percobaan (1 jenis air terdapat 4 polibek)
Populasi                       : dua puluh dua tanaman untuk seluruh percobaan

3.7.4.      Cara kerja

1.      Cangkul tanah secukupnya.
2.      Ambil tanah dan masukkan kedalam polibek.
3.      Tanam rumput Gajah pada setiap polibek, lalu siram air tawar terlebih dahulu agar tanaman dapat tumbuh.
4.      Tunggu beberapa hari sampai tanaman dirasa sudah dapat hidup di media  yang baru (polibek).
5.      Bagi rumput Gajah menjadi lima kelompok, disetiap kelompok terdapat empat tanaman Gajah.
6.      Lalu siram tanaman Gajah dengan kelima variabel yang sudah disiapkan sebanyak 240 ml dan perlakuan tersebut menjadi acuan pengukuran pertumbuhan rumput Gajah saat itu juga.
7.      Selanjutnya, siram semua tanaman Gajah sesuai dengan variabelnya setiap hari dan diukur dua hari sekali.
8.      Pengambilan data dilakukan dengan cara mencari rata-rata  tanaman yang tertinggi dan terendah dari 4 sampel di setiap variabel yang ada.











3.8. Data Pengamatan
3.8.1.      Tabel pengukuran tinggi (cm)

Variabel
Pengukuran ke-1
Pengukuran ke-2
Pengukuran ke-3
Pengukuran ke-4
Pengukuran ke-5
Pengukuran ke-6
Pengukuran ke-7
Rata-rata pertumbuhan
Air tawar
43.5
47
51.5
56.5
67.5
77.75
80.5
60.6
Air sabun
42.6
61.75
63.75
69
70.25
70.5
71.5
64.19
Air leri
29.5
50.2
57.5
60.5
61.15
61.15
62.5
54.67
Air urin
39.5
50
53.5
56
58.5
60.25
61.25
54.14
Air kolam lele
50.75
68
70.5
74.25
79.5
86.5
92
74.5

3.8.2.      Tabel pertambahan tinggi (cm)
Variabel
Tinggi awal
Δt1
Δt2
Δt3
Δt4
Δt5
Δt6
Rata-rata
Air tawar
43.5
3.5
4.5
5
11
10.25
2.75
6.1666
Air sabun
42.6
19.15
2
5.25
1.25
0.25
1
4.8166
Air leri
29.5
20.7
7.3
3
0.65
0
1.35
5.5
Air urin
39.5
10.5
3.5
2.5
2.5
1.75
1
3.625
Air kolam lele
50.75
17.25
2.5
3.75
5.25
7
5.5
6.875





3.8.3.      Grafik pengukuran tinggi (cm)

3.8.4.      Grafik pertambahan tinggi (cm)


BAB IV                                                   PEMBAHASAN
Pertumbuhan rumput gajah di setiap variabel memiliki perbedaan yang signifikan. Bisa dilihat dari tabel dan grafik pada pertumbuhan rumput gajah yang menggunakan variabel air leri sampai dengan variabel-variabel yang lainnya. Perbedaan-perbedaan dari hasil penelitian ada yang sesuai dengan hipotesis peneliti dan malah ada yang berbeda dengan hipotesis peneliti.
Pertama kita lihat pada pertumbuhan rumput gajah dengan varibel air leri. Pertumbuhan rumput gajah dengan air leri memiliki grafik naik pada awal pertumbuhan saat pengukuran ke-1 sampai ke-4. Pada fase itu rumput gajah mengalami pertumbuhan linear dengan cepat. Setelah itu pertumbuhan mengalami fase stasioner ditandai dengan pertumbuhan rumput gajah sudah stabil.
Menurut hipotesis peneliti bahwa, air leri akan membuat rumput gajah tumbuh sedikit lebih cepat dan segar, karena air leri diperaya memiliki unsur-unsur yang menunjang pertumbuhan rumput gajah. Setelah kami analisa, pertumbuhan rumput gajah memang dapat dikatakan baik dan cepat jika menggunakan air leri. Mengingat kandungan nutrisi dari air leri yang berupa  80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak esensial dapat mencukupi kebutuhan nutrisi rumput gajah. Seperti kandungan fosfor yang terdapat dalam air leri berperan dalam memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda. Lalu kandungan zat besi yang mencapai 60% memberi peranan yang penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil) juga berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein.
Selanjutnya pertumbuhan rumput gajah dengan variabel air sabun. Dengan variabel ini rumput gajah memiliki rata-rata pertambahan tinggi yang sedang yaitu 4,8166 cm/2hari. Masih lebih baik dari pada Air urin yang 3.625 cm/2hari. Itu jika dilihat dari rata-rata pertambahan tinggi, tapi kalau dilihat dari rata-rata pertumbuhannya, rumput gajah terbilang baik. Ketingian maksimum rumput gajah dengan variabel air sabun mampu mencapai 71,5 cm dengan rata-rata pertumbuhan 64,19 cm dari seluruh pengukuran tinggi. Angka 71,5 cm tersebut berada diatas air leri dan urin yangmana hanya dapat mencapai 62,5 cm dan 61,25 cm dengan rata-rata pertumbuhan pada setiap pengukuran adalah 54,67 dan 54,14.
Fakta ini berbeda dengan asumsi peneliti bahwa air sabun akan mengkerdilkan tanaman, karena jika disirami air sabun kadar pH dalam tanah akan meningkat dan dapat menjadi basa. Hal ini menyebabkan metabolisme tanaman kurang maksimal.. Sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Jika dilihat dari kandungan air sabun yang berupa Surfaktan, Builder, Filler, Aditif, dan lain-lain yang telah diterangkan dalam kajian teori diatas menunjukkan banyak indikasi negatife terhadap tanaman dari pada kearah positif. Misalnya Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam detergen berupa phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya.
Peneliti menggaris bawahi pada phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Pertumbuhan rumput gajah yang demikian itu ada kaitannya dengan kandungan phosphate dalam sabun detergen. Peneliti berpendapat kandungan-kandungan berbahaya dalam detergen dapat tertutupi dengan adanya salah satu kandungan yang nyatanya bisa menunjang pertumbuhan tanaman.
Lalu dengan variabel air tawar, rumput gajah mengalami masa pertumbuhan yang cukup lambat. Dapat dilihat dari grafik pada pengukuran ke-1 sampai ke-2, rumput gajah mengalami fase pertumbuhan linear. Fase stasioner belum terjadi. Grafik pertumbuhan sampelnya pun terlihat berlainan dengan sampel yang lain. Pada sampel 1 air tawar, pertumbuhan yang signifikan pada pengukuran ke-4 sampai ke-6, pada pengukuran ke-7 sudah mulai menurun. Pada sampel 5, pertumbuhan berlangsung normal. Namun pada pengukuran ke-7, ketinggian rumput gajah menurun dari 78 cm menjadi 76 cm.
Rata-rata pertumbuhan rumput gajah dengan variabel air tawar adalah 60.6 cm selama 7 kali pengukuran. Jika dibandingkan dengan variabel air leri 54.67 cm dan air urin 54.14 cm, masih lebih unggul rumput gajah dengan variabel air tawar. Pada tabel pertambahan tinggi juga tertera, rata-rata pertambahan tinggi dengan air tawar adalah 6.1666 cm/2hari, sedangkan air leri, air urin, dan air sabun adalah 5.5 cm/2hari, 3.625 cm/2hari, dan 4.8166 cm/2hari. Lagi-lagi masih unggul air tawar daripada ketiga variabel diatas. Hal ini di karenakan air saja dapat memberikan tekanan turgor pada dinding sel sehingga sel dapat membelah dan membesar. Pembelahan dan pembesaran sel tanaman rumput gajah dapat berjalan tidak seperti biasanya jika ada kandungan-kandungan lain dalam air. Entah itu positif atau negatife.
Pada variabel air urin, air leri, dan air sabun tanaman memang banyak mendapatkan nutrisi dari kandungan-kandungan yang ada. Walaupun banyak memberikan sisi positif bagi tanaman namun juga tidak lepas dari sisi negatife yang diberikan. Yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan dengan variabel air tawar dapat lebih baik dari pada variabel air yang diberi campuran. Karena rumput gajah memiliki karakteristik sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungan, kebutuhan nutrisi, keadaan alam, dan lain sebagainya.
Pada variabel air urin, ketinggian rumput gajah dari 39.5 cm bisa mencapai 61.25 cm, dengan rata-rata pertumbuhan 54.14 cm. Variabel air urin membuat pertumbuhan rumput gajah lebih lambat dari pada yang lain. Pertambahan ketinggiannya pun juga paling lambat, yaitu 3.625 cm/2hari. Pertumbuhan yang lambat ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya kandungan urea dalam urin yang cukup tinggi. Dalam kajian teori urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Unsur nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman.  Nitrogen  memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Namun jika kelebihan jumlah nitrogen, proses pembuangan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sekulen karena mengandung banyak air.
Maka air urin dapat dikatakan kurang tepat untuk pertumbuhan rumput gajah. Air urin malah bersifat ‘racun’ bagi rumput gajah ditandai dengan pertumbuhan yang lambat. Hal ini berbanding terbalik dengan hipotesis peneliti yaitu air urin akan membuat tanaman rumput gajah subur, karena kandungan urea dalam urin dapat meningkatkan pertumbuhan rumput Gajah. Pertumbuhan rumput Gajah yang disirami air urin akan lebih cepat daripada disirami air leri. Yang lebih tepat adalah pertumbuhan rumput gajah lebih cepat air leri dari pada air urin.
Air kolam lele sebagai variabel menunjukan bahwa pertumbuhan maksimal rumput gajah dapat mencapai 92 cm dengan rata-rata 74.5 cm. pertambahan tingginya dari setipa pengukuran juga bagus dengan rata-rata 6.875 cm/2hari. Pertambahan tinggi variabel air kolam lele jauh diatas variabel yang lain. Air kolam lele yang mengandung nutrisi lengkap bagi rumput gajah menyebabkan tanaman cepat tinggi dan besar. Seperti yang diungkapkan peneliti pada hipotesis sebelumnya bahwa air kolam lele akan membuat rumput Gajah subur dan tumbuh dengan cepat. Karena air lele banyak mengandung nutrisi yang mencukupi dan memepercepat pertumbuhan rumput Gajah.
Dalam air kolam lele menyediakan banyak unsur hara makro dan mikro speperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si. Manfaatnya bagi tanaman banyak sekali. Magnesium sebagai aktifator yang berperan dalam transportasi energy beberapa enzim di dalam tanaman. Kalsium sebagai pertumbuhan sel. Tembaga sebagai aktifator dan membawa beberapa enzim serta berperan membantu kelancaran fotosintesis. Molibdenum sebagai pembawa electron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Cobalt sebagai penambah fiksasi nitrogen. Silikon sebagai peningkat hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Setalah dipaparkan banyaknya kandungan dan manfaat air kolam lele, membuat peneliti yakin bahwa air kolam lele memberikan konstribusi yang bagus sekali bagi pertumbuhan rumput gajah.
Kembali lagi pada grafik pertambahan tinggi rumput gajah. terlihat garis-garis grafik tidak beraturan pada setiap variabel. Kebanyakan semua variabel mengalami peningkatan tinggi yang banyak pada awal pengukuran. Kecuali pada air tawar yang hanya sedikit saja. Pada air leri peningkatan terjadi pada awal pengukuran setelah itu menurun, sampai-sampai tidak ada pertambahan tinggi alias 0 (lihat pengukuran ke-5). Setelah itu meningkat lagi.
Air sabun juga begitu, pada awal pengukuran meningakat tajam. Lalu turun dan naik lagi, turun lagi sampai 0, lalu naik lagi. Pertumbuhan ini tidak stabil karena grafiknya yang naik turun dan juga karena variabel yang dimasukkan.
Jika dilihat dari ketinggian tanaman gajah, yang paling tinggi adalah dengan varibel air kolam lele, setelah itu air tawar, air sabun, air leri, dan baru air urin yang terakhir, yangmana rata-rata pertumbuhannya adalah air 74.5 cm untuk air kolam lele, 64.19 untuk air sabun, 60.6 untuk air tawar, 54.67 untuk air leri, dan 54.14 untuk air urin.
            Pada tabel pertambahan tinggi, nomer satu diraih oleh sampel dengan variabel air kolam lele yaitu 6.875 cm/2hari, selanjutnya air tawar yaitu 6.1666 cm/2hari, air sabun yaitu 4.8166 cm/2hari. Air leri yautu 5.5 cm/2hari, dan air urin yaitu 3.625.

  

BAB V                                                  PENUTUP
5.1.         Kesimpulan
·         Terdapat perbedaan pengaruh pertumbuhan pada variabel yang di disiram dengan berbagai jenis air yakni air urin, air sabun, air tawar, air leri, dan air kolam lele.
·         Pada variabel air kolam lele menunjukkan pertumbuhan yang paling baik dari pada variabel yang lain.

5.2.         Saran
Dengan terselesainya laporan ini peneliti berharap agar penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya. Penulis sangat berharap pembaca setelah membaca laporan ini, dapat meningkatkan potensi pembaca dalam penanaman rumput gajah sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Mengingat begitu banyaknya manfaat yang terkandung di dalam rumput gajah, penulis beharap generasi muda dapat memamfaatkan potensi yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat meningkatkan potensi.



Daftar Pustaka
            Kistinnah Idun, Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
            Rachmawati Faidah, Nurul Urifah, Ari Wijayati. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
            Ferdinand Fictor P., Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 3. Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional. Jakarta
            Nangimam.blogspot.com
            Organichs.com
Gagaspertanian.com
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&ved=0CGUQFjAG&url=http%3A%2F%2Fpunyanyavika.wordpress.com%2F2011%2F12%2F25%2Fdampak-penggunaan-detergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan%2F&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNH5I-jAXoOK4Usae0V_Qpj8zw86AA&sig2=Gde3GYYATb8G9VfN66Kn9w&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
Wikipedia.com
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CEIQFjAC&url=http%3A%2F%2Fplatika-vet.blogspot.com%2F2011%2F06%2Fpencemaran-limbah-detergent.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNF2G52IkiPlylTmPPtccGrqqKFVFA&sig2=wjUwUztS3drg_zCNtR9VmA&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDkQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbiologiarchiever.blogspot.com%2F2011%2F04%2Fkandungan-detergen.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNEf5HtDfEkapbaKOQqA_Y5XxVR1pQ&sig2=BmgeZFlhkD7SzoYSwLwtjQ&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CF0QFjAF&url=http%3A%2F%2Fsariberbagiilmu.blogspot.com%2F2011%2F05%2Fbahan-kimia.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNE3KhhnnhWcgF3ef7227nqta8bBWw&sig2=XW0aGRIUNsayYp7Vto4vjQ&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja



Lampiran
1.       Data pertumbuhan Rumput Gajah

A.   Air Leri
Banyak pengukuran
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Rata-rata pertumbuhan
1
32
42
38
45
14
29.5
2
42.5
67
58.5
53
33.5
50.2
3
48.5
74
65.5
57.5
41
57.5
4
56
79
68.5
65.5
42
60.5
5
62.5
80
70.5
68
42.3
61.15
6
66
80
74
71
42.3
61.15
7
69
81
75.5
73
43.5
62.5

B.   Air Sabun
Banyak pengukuran
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata pertumbuhan
1
50.2
48
60.2
25
42.6
2
67.5
59
79.5
44
61.75
3
76
63.5
80.5
47
63.75
4
82
69.5
87
51
69
5
85.5
72.3
88.5
52
70.25
6
87.5
74.3
87.5
53.5
70.5
7
88
78
88
55
71.5


C.   Air Tawar
Banyak pengukuran
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Rata-rata pertumbuhan
1
30
51.5
47
43
42.5
43.75
2
30
63.5
64
42.5
55
47
3
31.5
71.5
70
52
62
51.5
4
32
76
81
60
71
56.5
5
45
81
90
72
74.5
67.5
6
63.2
83
92
81
78
77.75
7
69
86
92
84
76
80.5

D.   Air Urin
Banyak pengukuran
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata pertumbuhan
1
39.5
41
42.5
21
31.75
2
59.5
53
60
40
50
3
64
60.5
62
42.5
53.5
4
68
68
69
44
56.5
5
72
72
72.5
44
58.5
6
74.5
73
73
46
60.25
7
75.5
73
73
47
61.25

E.   Air Kolam Lele
Banyak pengukuran
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Rata-rata pertumbuhan
1
61.5
61
56,5
20
50.75
2
80
78.5
94
21
68
3
83
85
97
22
70.5
4
91
93
98.5
25
74.25
5
91.5
94.5
99
30.5
79.5
6
93.7
99
97
37
86.5
7
94
100
98
42
92


2.     Foto-foto kegiatan

Variabel air sabun yang disiram pada rumput Gajah
Rumput Gajah dengan variabel air urin

Masrikhan sedang menyiram rumput Gajah dengan variabel air tawar

Hasan sedang membandingkan sampel yang satu dengan yang lain

Dari Kiri (Habib, Indra, Masrikhan) sedang melakukan pengukuran pada rumput Gajah.

Diambil ketika penanaman rumput Gajah (Masrikhan)

Dari atas (Masrikhan, Habib, Indra) melakukan pengukuran ketinggian rumput Gajah



[1] komponen non-protein untuk mengaktifkan enzim
[2] Suharsimi Arikunto, 2002