1.
Masrikhan sebagai
Pak Nuzul, Ustadz Masrikhan, dan Mas Titut.
2.
Qotrun Nada Asfiya
sebagai Qotrun.
3.
Umi Sa’diyah
sebagai Umi.
4.
Zulfa Badrotul L
sebagai Laili.
Di
sebuah desa ada sebuah keluarga yang dihuni oleh seorang ayah yang bernama Pak
Nuzul dan anaknya yang bernama Umi.Pak Nuzul adalah seseorang yang suka
bermabuk-mabukan dan tidak suka melihat anaknya mengaji.Karena dia ingin
anaknya menjadi seorang biduan bukan seorang ustadzah. Namun, dengan diam-diam
Umi tetap mengaji bersama teman-temannya yaitu Zuna,Qotrun dan Laili ke tempat
Ustadz Masrikhan.Bagaimanakah kisah sebenarnya, langsung saja saksikan di TKP.
ADEGAN I
Ketika
ayam telah berkokok , sang surya
menampakkan keelokkannya, bermandikan cahaya kehidupan, cahaya yang menembus relung-relung dedaunan. Daun-daun itu
bergoyang karena tertepa angin yang berhembus semilir, seolah-olah tak ingin kalah. Kicauan burung bertautan dengan
senandung syair dari yang Maha Kuasa, menambah
rasa damai desa yang hening itu. Namun sayang , suasana itu seolah-olah sirna
begitu saja, ketika dentuman lagu karaoke memecah udara bumi itu.
Ternyata
suara itu bersumber dari salah satu rumah mewah di desa itu. Di rumah itulah
seorang gadis cantik bernama Umi tinggal. Dia hanya tinggal berdua dengan
bapaknya. Pagi itu Umi diminta bapaknya
latihan vokal sendiri di studio musik rumahnya, sedangkan si Bapak menuggu di
teras depan.
( Umi
berpura-pura latihan vokal, padahal ia sedang belajar membaca Al-Quran)
Ummi
: Audzu…audzu….(membaca Al-Quran)
Pak
Nuzul : Um…!! Mana suaramu…..!Bapak
gak denger….
Ummi
: Iya pak , bentar….!(kemudian
Umi mengeraskan suara speakernya)
Pak
Nuzul : Suaramu Um …!!!Bukan karaokenya….!!!!
(Umi
tidak mendengar suara bapaknya, dan tetap meneruskan mengaji
)
Pak
Nuzul : Um…!!!Umi….. !!!! (berteriak,
kemudian masuk menghampiri ummi)
Pak
Nuzul : Angudu buntut…angudu
buntut……!Dasar anak kampret…!!!!!(marah)
Umi
: Ampun Pak ,,,ampun……
Umi
yang malang diseret bapaknya yang kejam, menuju kamar mandi untuk dihajar habis-habisan. Suara tangisan, rintihan kesakitan
merupakan suatu hal yang biasa di rumah itu.
ADEGAN
II
Mega
merah tersapu bayangan, cahaya rembulan didampingi sang bintang menyinari bumi
yang petang. Gema adzan isya’ sudah
berkumandang. Sayu-sayu terdengar suara air wudhu bergemericik. Salam sang imam
telah terdengar Setelah menunaikan
sholat isya’, para santri berkumpul di serambi masjid untuk mengaji
bersama-sama.
Ustadz
: Seorang teman itu mampu
memengaruhi cara pandang hidup temannya. Maka daripada itu, carilah teman yang baik
bagi dirimu.Teman yang baik bukanlah seseorang yang selalu berkata iya pada
dirimu, melainkan teman yang selalu memerhatikan dan mengingatkan dirimu jika
kamu sedang salah. Ingatlah juga wahai anak-anakku, teman itu juga sumber
hidayah Allah bagi kita. Maka jagalah temanmu. Selain itu, perlu diketahui juga
dibalik cerita orang-orang sukses ada teman yang selalu mendukung mereka. Nabi
Musa dengan saudaranya Nabi Harun. Nabi Isa dengan ibundaya Maryam. Nabi
Muhammad, nabi kita sebelum ditinggal istrinya beliau selalu didampinginya.
Namun, setelah meninggal beliau didukung oleh sahabat-sahabatnya yang terutama
Abu Bakar, Umar,Ustman dan Ali.
Qotrun
: Ustadz, bolehkah saya
bertanya?(sambil mengangkat tangan)
Ustadz
: Siapa yang
nglarang? Silahkan!
Qotrun
: Ustadz saya itu punya teman
yang melebihi dari sekedar sahabat ustadz. Sampai-sampai nih ustadz temen saya
itu saking perhatiannya ama saya nih ustadz, masalah makan aja saya diperhatiin
ustadz dan itu tidak cuma sekali dua kali tapi setiap hari ustadz.
Laili
: Wahhh, sayang bener tuh
temenmu. Emang siapa?
Qotrun
: Mas Izza.
Laili,Zuna,Umi : Huuuuuuuuuuuuuuu!
Zuna
: Kalo itu sih namanya
bukan temen
Laili
: Lalu itu apa namanya
Zun?
Umi
: Pacar itu namanya
Qotrun
: Terus napa kalo pacar. Loe,loe
pada marah gitu?
Zuna
: Ya enggak juga. Kita itu
seorang muslimah, sudah sepatutnya bagi kita meninggalkan perkara-perkara yang
tidak syar’i seperti itu
Umi
: Benar kamu Zun. Toh, apa
sih manfaatnya pacaran?
Laili
: Juga banyak dosanya tau!(meledek)
Qotrun
: Ehm, gaya kamu Laili. Coba
siapa itu?
Laili
: Siapa ya?
Qotrun
: Halah, gaya kamu!
Umi
: Ooh..yang kemaren itu
ya?
Laili
: Ooh..Mas Titut ya? Hehe
itu bukan siapa-siapa ku kok. Kami tu cuma ta’arufan.
Zuna
: Ta’arufan-ta’arufan. Ehm,
modus tuh!(tidak percaya)
Laili
: (agak marah)
Terserah kamu deh Zun, kamu aja yang sewot,EGP, emang gue pikirin. Mas itu
beneran ma aku lo, Ustadz
Qotrun,Umi
: Gombaaaalll!
Laili
: Eh, pada gak percaya ya?
Buktinya nih Ustadz, ku tuh selalu diajak makan bersama, dibayarin lagi,
dibeliin jam baru, anting-anting baru, baju baru, semuanya pokoknya!(berusaha
meyakinkan dengan sedikit pamer)
Zuna
: Nah,,ini. Bukti ni
Ustadz,bukti!(sambil mengangkat telunjuk tangannya)
Umi
: Kamu tuh Cuma diboongi
tuh sama Mas Titut mu itu. Kalo nanti Mas kamu dah bosan ma kamu, kamunya nanti
juga dibuang.(menasehati)
Laili
:(sedikit kesal)
Nantang ya kamu!
Ustadz
: Udah,,udah. Gitu aja kok
berantem, ingat kita itu saudara semuslim. Memang dalam islam, mendekati zina
itu hukumnya haram. Mendekati saja nggak boleh apalagi melakukannya. Jangankan
berzina, berduaan di tempat sepi saja yang bukan mahramnya dilarang. Oh,
jangankan berduaan, bersentuhan kulit yang bukan mahramnya saja sudah disiapkan
tuh api neraka bagi kalian. Oh, kok itu. Melihat dengan syahwat itu saja sudah
dilarang.Sedangkan pacaran itu identik dengan itu. Jadi hukumya..?
Semuanya
: (serentak) HARAAAM!
Ustadz
: Ya benar haram
Laili
: Dengerin tuh Trun!
Qotrun
: Napa,,,kamu marah?
Ustadz
: (melerai) Eh, mulai
lagi. Sudah-sudah, dalam islam tidak ada yang namanya ta’arufan. Berboncengan
dari utara ke selatan, sambil pegangan tangan, berciuman, apalagi
bermesra-mesraan. Yang namanya ta’arufan itu usaha saling mengenal antara dua
calon mempelai dengan didampingi wali dari mempelai perempuan agar nanti ketika
berumah tangga tidak ada hal yang disesalkan lagi.(menasehati)
Qotrun
: Jadi nganu Ustadz, Laili
perlu bawa bapaknya dong kalo mau ta’arufan ma Mas Titut?(sambil meledek)
Zuna+Umi
: Hahaha….Bener tuh!(menengok ke
arah Laili)
Ustadz
: Kalian itu pelajar,
kawajibannya ya belajar, belajarlah yang benar agar jadi orang yang besar.
Bagaimana mau jadi orang besar, kalo yang diperhatikan hanyalah pa…?
Zuna+Umi
: Pacar
Ustadz
: Ya pacar!
Umi
: (maju ke depan) Ustadz,
saya pamit pulang dulu ya! Saya takut jika bapak saya marah-marah.
Ustadz
: Iya silahkan. Semoga bapakmu
segera mendapat hidayah dari Allah SWT ya!
Semua
: Amin…Amin
Qotrun
: Hati-hati lo Um, bapakmu tuh
lebih kejam dari harimau lo!
Laili
: Iya tuh Um, bisa-bisa
kamu dikoyak-koyak ma bapakmu. Nyam-nyam gitu!(menakut-nakuti)
Zuna
: (menepuk pundak Laili)
Hussssss!tidak baik seperti itu. Kasian kan Umi!
Ustadz
: Anak-anakku untuk beberapa
bulan ke depan, ustadz akan ada undangan ke Amerika. Meskipun demikian kalian
harus tetap mengaji ya, nanti akan digantikan oleh ustadzah Alfi.
Semua
: Baik, Ustadz
Laili
: (menengok ke arah
jam) Ustadz udah jam 09.00 nih pulang yuk!
Qotrun
: Iya nih, Ustadz. Qotrun dah
ngantuk
Zuna
: (berceramah) Mengaji itu
lebih baik daripada salat, sedangkan salat itu lebih baik daripada tidur.
Ustadz
: Gak apa-apa Zun,
ustadz juga mau siap-siap. Ayo berdo’a dulu!
Semua
: (berdoa)
Pengajian
di serambi masjid pun selesai.Mereka semua bergegas pulang menuju rumah
masing-masing.
ADEGAN
III
Sementara
itu setelah sampai di rumah, Umi bergegas masuk ke dalam rumah dengan
diam-diam. Dia masuk melalui jendela kamarnya karena takut jika ayahnya
melihatnya pulang mengaji.Lalu, dia segera memakai selimut dan pura-pura tidur.
Pak
Nuzul : Dok,,,dok,,,,,dok(sambil
membuka pintu kemudian menyalakan lampu) Ohh, sedang tidur. Baguslah! Awas
ya kalu kamu coba-coba datengin tuh ustadz sialan, gak ada ampun buat kamu!(sambil
mabuk)
(Pak nuzul meninggalkan ummi)
Umi
: Alhamdulillah….bapak gak
tau kalo aku tadi mengaji.(berdoa) ya allah Engkau adalah Dzat Yang Maha
Pengasih lagi Maha Pengampun. Ampunilah bapakku ya Allah… Sesungguhnya beliau
itu adalah orang yang baik. Mungkin saat ini beliau hanyalah khilaf.
Sadarkanlah beliau ya Allah.
Setelah
itu ummi tidur , namun sebelum tidur ummi mengambil air wudlu dulu di kamar
mandi.
ADEGAN
IV
Di
lain tempat, ternyata setelah pulang mengaji bukannya langsung pulang ke rumah,
Laili justru bermesra-mesraan bersama Mas Titut di Taman Serut Bendungan Lodoyo
Raya
Titut
: Dik, hawanya dingin ya!(
sambil mendekat )
Laili
: Iya, Mas. Kok dingin ya!
Titut
: Adik juga kedinginan kan?
Laili
: Ehm. Amat Mas
Titut
: Dik sini deh biar kita
berdua hangat.(sambil mendekat)
Laili+Titut
: (merenung dan tiba-tiba ada suara
“ mendekati zina itu hukumnya haram”)
Laili
: Aku nggak berani Mas.(mulai
menjauh)
Titut
:(ikut menjauh) Sama
Dik!
(setelah menjauh Titut masih ingin mencium pipi
Laili)
Titut
: (merenung dan tiba-tiba
ada suara “ bersentuhan kulit yang bukan mahram diancam api neraka”
Lalu, Titut pun mengurungkan niatnya untuk mencium Laili.
Titut
: (merenung dan tiba-tiba
ada suara “ memandang dengan syahwat hukumnya sama dengan zina”
Titut pun langsung memalingkan wajah dari Laili
Laili
: Lho kenapa Mas?
Titut
: Aku takut dosa.
Laili
: Sama, Kak. Ya udah aku
pulang dulu ya Kak(sambil berdiri)
Titut
: Ya udah deh dik. Kita
pulang aja. Lagian juga udah malam, nggak baik berdua-duaan apalagi ditempat
yang sepi kayak gini!
Akhirnya mereka mengurungkan niat yang jelek tersebut dan
pulang ke rumah masing-masing.
ADEGAN
V
Keesokan harinya, di rumah Umi, Umi yang sedang
asyik-asyiknya menyapu, tiba-tiba dipanggil bapaknya.
Pak
Nuzul : Um…. kopi….jangan terlalu
manis kayak biasanya aja…
(sambil
merokok)
Umi
: Iya pak….(keluar
membuat kopi)
(beberapa menit kemudian Umi datang dengan secangkir
kopi)
Pak
Nuzul : Um…nanti malam ada panggung
di tetangga sebelah. Ingat ,,,jangan sampai lupa!Awas kalo kamu sampai datangin
tuh ustadz sialan!(mengancam)
Umi :
Iya pak.
Setelah
memberitahu Umi, Pak Nuzul langsung menemui
tetangga yang mengundang orkestranya. Tapi tidak lama setelah Pak Nuzul
pergi, Laili dan Zuna datang ke rumah Umi.
Zuna dan laili : Assalamualaikum….
Umi : Waalaikumsalam. Eh kalian, ayo
masuk dulu!
(setelah berada di
ruang tamu)
Umi : Lho Qotrun mana, kok nggak sama kalian?
Zuna : Ohh, Qotrun lagi ke rumah neneknya. Neneknya
kan lagi sakit
Laili : Iya. Mungkin nanti malam dia juga nggak bisa
ikut ngaji sama kita.
Umi : Ohh, gitu ya. Semoga aja neneknya cepat
sembuh ya!
Laili : Amin. Eh ngomong-ngomong kamu nanti ngaji
kan?
Zuna
: Iya, kata pak ustadz kan kita harus tetap
ngaji meskipun beliau nggak ada.
Umi
: Sebenarnya sih aku kepengin banget ngaji.
Tapi, gimana sama bapakku? Soalnya tadi beliau bilang nanti malam aku harus
nyanyi di tetangga sebelah. Tolongin aku dong! (sambil memelas kepada kedua
temannya)
Zuna : Emang bapakmu itu udah
kebangetan ya!Masa’ anak sendiri nggak boleh ngaji sih. Malah suruh
nyanyi-nyanyi yang nggak jelas kayak gitu.
Laili
: Gini aja Um, kan manggungnya masih ba’da
Isya’. Jadi, kamu tetap ngaji aja kan ngajinya ba’da Maghrib. Habis itu kamu
pulang ke rumah terus pura-pura sakit deh.
Umi
: Apa itu bisa berhasil?
Laili
: Insyaallah Um. Kita berdoa aja
Zuna
: Ya udah kami pulang dulu ya. Nanti bapakmu
keburu datang lagi. Assalamualaikum
Umi
: Waalaikumsalam.
Setelah Zuna dan Laili pergi, Umi pun memikirkan
perkataan kedua temannya tadi. Lalu, dia menyetujui perkataan temannya itu.
Setelah itu dia langsung melanjutkan pekerjaannya dan pergi ke dapur untuk
mencuci cangkir kopi bapaknya tadi.
ADEGAN
VI
Hari
mulai gelap. Seperti biasa, pada malam harinya mereka mengaji bersama di
masjid. Namun, pada malam ini ada yang sedikit berbeda karena ustadz Masrikhan
sedang pergi ke Amerika.Oleh karena itu, pengajianpun diisi oleh ustadzah Alfi.
Di
lain tempat, Pak Nuzul ternyata sedang sibuk mencari-cari Umi. Namun, dia
sangat kesal setelah mengetahui Umi tidak berada di rumah.
Pak
Nuzul : Um,,,,Umi dimana kamu?
(sambil menggeledah seluruh rumah)
(setelah
mencari di seluruh ruangan, Pak Nuzul tidak menemukan Umi)
Pak
Nuzul : Brengsek Umi. Pasti dia lagi
ngaji sama si ustadz sialan itu.
Lalu,
dengan wajah penuh amarah, Pak Nuzulpun segera menuju ke masjid untuk memaksa
Umi pulang. Ketika dalam perjalanan menuju ke masjid, secara tidak sengaja Zuna
yang masih berangkat mengaji melihat Pak Nuzul berjalan menuju masjid dengan
wajah penuh amarah. Dengan spontan, Zunapun langsung berlari menuju masjid
untuk memberitahu Umi.
Sedangkan
di dalam masjid, murid-murid sedang membaca Surah Al-Fatihah bersama ustadzah
Alfi.
Semua
: (membaca Surah
Al-Fatihah)
Tiba-tiba
Zuna datang dengan terburu-buru. Sehingga semua yang ada di majlispun panik.
Zuna
: (terburu-buru) Gawat
Um, gawat!
Laili
: Gawat kenapa Zun?(bingung)
Ustadah
Alfi : Kenapa kamu datang dengan
terburu-buru Zuna?
Zuna
: Anu Bu, anu
Ustadzah
Alfi : Anu kenapa?
Zuna
: E,,,e,,,,,Bapakmu Um,
bapakmu!(sambil menunjuk ke arah luar)
Umi
: Bapakku kenapa?(sambil
mengguncang tubuh Zuna)
Zuna
: Bapakmu,,,bapakmu!
Laili
: Aduh jangan-jangan???
Tiba-tiba
Pak Nuzul datang dengan keadaan sangat marah mengetahui anaknya tetap mengaji
dan tidak menggubris perkataannya.
Pak
Nuzul : (sambil menggebrak
pintu) Anak sialan. Berani ya kamu nantang bapak.Ayo cepat pulang. Awas
kalian semua! Sekali lagi berani-berani ngajak anak saya ngaji. KEK!(sambil
menaruh tangan di lehernya)
Ustadzah
: Astaghfirullahaladzim. Kenapa bapak ini?(sambil
teriak)
Pak
Nuzul : Alahhhh!(sambil mendorong ustadzah Alfi
ke lantai)
Laili
: (menolong ustadzah Alfi) Uatadzah nggak apa-apa)
Zuna
: Sadar dong, Pak… Sadar!(sambil berteriak)
(Pak
Nuzul tetap pergi meninggalkan masjid dan menyeret Umi pulang ke rumah)
Pengajianpun
bubar karena kedatangan Pak Nuzul. Dan
Umi berhasil dibawa paksa oleh Pak Nuzul pulang ke rumah mereka.
ADEGAN
VII
Sementara
itu di rumah, Umi habis-habisan dimarahi dan dihajar oleh bapaknya. Dia hanya
bisa pasrah menerima perlakuan ayahnya tersebut.
Pak
Nuzul : (sambil membanting Umi ke lantai)
Anak sialan kamu! Mau nantang kamu ama bapak?
Umi
: Ampun Pak, ampun!(sambil menangis)
Pak
Nuzul : (menunjuk Umi) Kamu tuh seorang
biduan. Nyanyi aja kamu. Nggak usah ngaji segala!
Umi
: Iya Pak, iya!
Pak
Nuzul : Sekali lagi kamu berani datangin tuh
ustadzah sialan. Kan ku bunuh kamu!
Umi
: (sambil memegang kaki pak Nuzul)
Jangan Pak, jangan. Umi janji Pak, Umi nggak akan kesana lagi!
Pak
Nuzul : Bagus,,,nih bajumu(sambil melempar sebuah
baju) Cepetan ganti, bentar lagi kamu akan manggung!
Umi
: Iya, Pak
Pak
Nuzul : Oke, Bapak tunggu di sana. Awas kalo kamu
nggak datang!(mengancam)
Umi
: Iya, Pak
Akhirnya
dengan sangat terpaksa, Umi menuruti perintah bapaknya untuk menyanyi.
ADEGAN
VIII
Di
tempat lain, Pak Nuzul sudah berada di bawah panggung bersama teman-temannya
yang urakan. Mereka berpesta miras dengan penuh kegembiraan. Akhirnya setelah
beberapa saat Umipun datang dan naik ke
atas panggung dengan wajah takut dan malu.
Pembawa
Acara
:
Baik, inilah saat yang kita tunggu-tunggu artis top se kab MAN TLOGO. Umay SERA
MONATA!
Lalu,
musikpun berbunyi dan semua penonton ikut bergoyang. Hingga ada seorang pemuda
mabuk yang naik ke atas panggung dan menyawer Umi. Akhirnya karena merasa risih
dengan adanya pemuda tersebut, Umi langsung menampar pemuda tersebut.
Pemuda
: (marah) Kurang ajar. Berani kau ya!
Umi : Tolong!
Melihat
Umi berlari Pak Nuzul menyusul Umi.Umipun berlari sekuat tenaga.Tapi naas, dia
tersusul juga oleh bapaknya.
Pak
Nuzul : Kurang ajar. Anak tak tau diuntung.
Brengsek!(menghajar Umi)
Umi
: Ampun,Pak . Ampun! (sambil menangis)
Setelah
puas menghajar Umi, Pak Nuzul menyeret Umi pulang ke rumah.Namun, Pak Nuzul
hanya meletakkan Umi di teras rumah dan meninggalkannya sendiri.
Umi
: Ya
Allah Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ampunilah dosa
bapakku Ya Allah. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengampun.(menangis
sambil berdoa)
Dengan
tidak sengaja Qotrun yang sudah kembali dari rumah neneknya bersama Zuna, dan
Laili melewati rumah Umi dan melihat Umi tergeletak sudah tidak berdaya.
Zuna
: Itu kayaknya kok seperti Umi? (menengok
ke rumah Umi)
Qotrun+Laili
:
Ya Allah Umi! (kaget dan berlari ke arah Umi)
Tiba-tiba
Pak Nuzul datang kembali ke tempat Umi sambil membawa pisau.
Pak
Nuzul : Ngapain kalian ada di sini?
Laili
: Pak,,,lihat Pak, Umi,,,Umi sudah tidak
berdaya lagi Pak. Dia itu darah daging bapak. Buah hati bapak
Zuna
: Sadar dong Pak, sadar!
Melihat
putrinya sendiri yang tidak berdaya. Pak nuzulpun merenung dan muncullah naluri
seorang bapaknya yang membuat dia sadar akan kesalahannya dan ingin bertaubat.
Qotrun
: Umi itu hanya ingin menjadi anak yang
sholeha Pak. Dia ingin menjadi seorang muslimah yang sejati bukan seorang
biduan seperti yang diinginkan bapak.
Pak
Nuzul : (menangis) Maafin bapak Umi. Bapak memang salah
Akhirnya
setelah kejadian tersebut Pak Nuzul mau bertaubat dan mengizinkan Umi untuk
mengaji. Memang meskipun sejahat-jahat seorang bapak pasti ada ruang kecil
dalam hati seorang bapak untuk kasih sayang
anaknya.
Demikian
drama yang kami tampilkan.Semoga bermanfaat bagi kiata semua.