Pendekatan Fenomenologis Pengantar Studi Islam

Fenomenologi berasal dari kata “phainein” yang berarti memperlihatkan dan “pheinemenon” yang berarti sesuatu yang muncul atau terlihat. Sedangkan dalam pengertian yang lain kata fenomena berarti “penampakan” seperti pilek, demam dan meriang yang menunjukkan fenomena gejala penyakit. Pada abad ke XIX, arti kata fenomologi menjadi sinonim dengan fakta.

Berbicara tentang fenomenologi,sebenarnya fenomenologi muncul bersamaan dengan munculnya lapangan-lapangan studi ilmiah dan dipengaruhi oleh gerakan-gerakan baru dalam pemikiran filosofi.Fenomenologi diterapkan dalam studi agama sebagai suatu metode penelitian ilmiah yang ditawarkan dengan pendekatan-pendekatan teologis.Fenomenologi agama ada karena berangkat dari evaluasi atas antiseden/pendekatan yang telah mendahuluinya dan berusaha menetapkan kerangka kerja metodologisnya sendiri dalam studi agama dengan kaitannya sebagai pendekatan alternatif terhadap subyek agama.Awalnya, pendekatan fenomenologis merupakan upaya membangun suatu metodologi yang koheren bagi studi agama. Para ahli melihat fenomenologi agama sebagai pelengkap pendekatan historis dan filosofis, namun dalam memahaminya mereka memiliki tujuan yang berbeda.

Tujuan dari fenomologi adalah memahami pemikiran, tingkah laku, dan lembaga-lembaga keagamaan tanpa mengikuti salah satu teori filsafat, teologi, metafisika, ataupun psikologi.
Orientasi fenomenologi adalah bahwa pengertiannya yang benar adalah pengertian yang asli dan benar. Melalui reduksi dapat disingkirkan segala unsur tradisi dari pengertian. Yang ingin diselidiki ialah fenomin, yaitu data sederhana tanpa tambahan yang dapat diserap secara rohaniyah melalui intiusi (keberlangsungan).

Sifat pokok fenomologi adalah membiarkan realitas atau fakta fakta berbicara dengan suasana intention.Pada intinya, ada tiga tugas yang harus dipikul oleh fenomenologi, yaitu, pertama, mencari hakikat ketuhanan. Kedua, menjelaskan teori wahyu, dan ketiga meneliti tingkah laku keagamaan. Sedangkan bidang garap fenomenologi adalah menerangkan apa yang sudah diketahui yang terdapat dalam sejarah agama, tetapi dengan caranya sendiri, fenomologi berusaha menyusun bagian pokok agama atau sifat alamiah agama, yang juga merupakan faktor penamaan dari semua agama, dan fenomenologi tidak mempersoalkan apakah gejala keagamaan itu benar, apakah bernilai, dan bagaimana dapat menjadi demikian, atau menentukan lebih besar atau kecilnya nilai keagamaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya, yang menjadi objek fenomologi adalah:
1) Menemukan intisari
2) Menemukan struktur
3) Mencari inner meaning
4) Membuat klasifikasi, tipologi dan penyisteman fenomena
5) Membuat motif dasar
6) Mencari alur gejala dari waktu ke waktu



sumber

Post a Comment