Tasawuf dalam Pandangan Al-Qur’an dan As-Sunnah

Dalam ajaran Tasawuf, banyak disebutkan dengan istilah at-taubah, khauf, raja’, az-zuhud, at-tawakkal, asy-syukur, ash-shabar, ar-ridho, az-zikir, shalatul lail dan sebagainya. Semua ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. (taqarrub illallah).

Dalil-dalil Al-Qur’an

Berkenaan dengan anjuran shalat malam (Shalatul lail) terdapat dalam QS Al-Isra’ 17:79. Artinya: dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Dalil-dalil As-Sunnah

Sama halnya dengan Al-Qur’an, As-sunnah banyak mengungkapkan berkenaan dengan perilaku dan pengalaman tasawuf. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Aisyah berkata:

Artinya: “Adalah Nabi Saw bangun sholat malam (Qiyamul-lail), sehingga bengkak kakiknya. Aku berkata kepadanya,’Gerangan apakah sebabnya, wahai utusan Allah, engkau sekuat tenaga melakukan ini, padahal Allah telah berjanji akan mengampuni kesalahanmu, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, ‘Apakah aku tidak akan suka menjadi seorang hamba Allah yang bersyukur’? (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Saw bersabda:

Artinya: “Demi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam tak kurang dari tujuh puluh kali”.(HR. Al-Bukhari).

Rasulullah Saw bersabda:

“Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu.”(HR. Ibnu Majah)
Dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw juga terdapat petunjuk yang menggambarkan bahwa dirinya adalah sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira menjelang datanganya wahyu. Selama di Gua Hira, Rasulullah hanyalah bertafakur, beribadah, dan hidup sebagai seorang zahid.

Kalangan sahabat pun ada yang mengikuti praktik bertasawuf sebagaimana yang dipraktikkan Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar Ash-Shiddiq, pernah berkata,”Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan, ke fana’an dalam keagungan dan kerendahan hati.” Khalifah Umar Ibn Khattab pernah berkhotbah di hadapan jamaah kaum muslimin dalam keadaan berpakaian yang sederhana. Khalifah Utsman Ibn Affan banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan membaca Al-Qur’an. Baginya, Al-Qur’an ibarat surat dari kekasih yang selalu dibawa dan dibaca kemana pun ia pergi.
Uraian dasar-dasar tasawuf diatas, baik Al-Qur’an, Al-Hadist, maupun suri tauladan dari para sahabat, ternyata merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan (maqamat) dan keadaan (ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia terhadap rujukannya dalam Al-Qur’an.



sumber

Post a Comment