Penalaran Tidak Langsung


Dua bentuk utama penalaran tidak langsung, yaitu induksi dan deduksi. Keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam prakteknya keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling mengisi.

1. Induksi

Induksi adalah suatu penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus yang berbentuk ‘S ini adalah P’ (subjek ini adalah predikat). 

Dalam induksi kesimpulan yang dicapai selalu berupa generalisasi (pengumuman), misalnya: “air kotor menyebabkan penyakit kulit”. Setiap generalisasi induktif diperoleh sesudah dilakukan pengamatan bahwa beberapa atau banyak kejadian berakhir dengan hasil yang sama, maka kemudian si pengamat ‘yakin’ bahwa diwaktu yang akan datang, suatu kejadian yang sama juga akan berakhir dengan hasil yang sama. 

a. Induksi tidak Lengkap dan Hakikat kesimpulannya

Induksi tidak lengkap adalah mengamati kejadian-kejadian tetapi tidak diamati atau diselidiki secara menyuluruh namun sudah mengambil suatu kesimpulan umum. Jenis induksi tidak lengkap inilah yang sering kita jumpai. Alasannya sederhana, karena keterbatasan manusia. 

Penalaran induktif, sesuai dengan sifatnya, tidak memberikan jaminan bagi kebenaran keimpulannya. Meskipun, misalnya, permis-permisnya semua benar, tidaklah secara otomatis membawa akibat pada kebenaran kesimpulan. 


b. Induksi dan Metode Ilmiah

Hubungan induksi dengan metode Ilmiah adalah induksi merupakan dasar metode Ilmiah.

2. Deduksi 

Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalm suatu proposisi atau lebih. Kesimpulan tersebut benar-benar sesuatu yang baru dan muncul sebagai konsekuen dari hubungan-hubungan yang terlihat dalam proposisi atau proposisi-proposisi tadi. 

Manakala penalaran deduktif diambil struktur intinya dan dirumuskan secara singkat, maka dijumpailah bentuk logis pikiran yang disebut silogisme.

Post a Comment