PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN RUMPUT GAJAH
Nama kelompok:
1. Hasan Ma’ruf (14)
2. Indra Saputra (20)
3. Masrikhan (21)
4. Muhammad
Musthofa Habib (24)
MADRASAH ALIYAH NEGERI TLOGO
KABUPATEN BLITAR 2013-2014
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan
inayah-Nya serta berkat pertolongan dan
petunjuk-Nya kepada kami, sehingga dalam waktu yang telah ditentukan dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Sholawat serta Salam semoga
tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Sholallahu ’Alahi
Wasalam, keluarga, serta para sahabatnya dan seluruh umatnya yang tetap
berpegang teguh pada ajaran-Nya dan yang selalu kita nantikan syafaatnya di
hari kiamat nanti.
Penelitian ini diajukan kepada Ibu Yulianti S.
Pd. sebagai bahan acuan dan penilaian terhadap penelitian yang kami laksanakan
terkait dengan pertumbuhan rumput gajah.
Dalam penyelesaian Laporan Penelitian ini, kami banyak mendapat masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam
pembuatan proposal penelitian ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini
masih banyak kekurangan, sehingga adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak manapun sangat diharapkan demi kesempurnaan. Selanjutnya,
kami juga berharap semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan ini.
Blitar, 03 September 2014
Penulis
Daftar Isi
1. Kata pengantar
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2. Daftar isi. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
3. Pendahuluan. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
4. Kajian teori. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
5. Metode
penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..37
6. Pembahasan. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 43
7. Penutup. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.48
8. Daftar Pustaka.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 49
9. Lampiran. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara
agraris yang ditumbuhi berbagai macam flora, rumput Gajah adalah salah satu
dari seribu lebih keberagaman tersebut. Dalam dunia peternakan rumput ini
menjadi salah satu alternatif pakan ternak. Begitu juga di daerah kami. Dikampung
kami tumbuhan jenis ini begitu familiar, karena selain mudah dalam
penanamannya, perawatannya pun tidak memerlukan biaya yang mahal.
Dalam kehidupan sehari-hari,
kami sering melihat para perternak desa merawat tanaman ini dengan asal-asalan,
asal tanam dan asal siram. Kami pernah mendapati seorang peternak yang
menyirami tanaman ini dengan air bekas, baik itu air bekas sabun maupun air
leri bahkan tidak jarang tanaman ini menjadi tempat favorit untuk membuang air
seni.
Melihat hal ini, kami menjadi tergugah untuk
mengetahui lebih lanjut dampak dari perbuatan tersebut terhadap tanaman Gajah.
Dalam benak kami, kami khawatir jika perbuatan yang dikerjakan semisal peternak
tersebut menjadikan tanaman tidak tumbuh sebagaimana yang diharapkan.
Maka
daripada itu, untuk mengetahui hal tersebut, kami melakukan penelitian terhadap
tanaman Gajah dengan menggunakan beberapa variabel seperti air mineral, air
sabun, air leri, air seni, dan air kolam ikan lele. Hal ini juga melatar
belakangi kami menulis karya ilmiah dalam makalah ini yang berjudul “Pengaruh
Air terhadap Pertumbuhan Tanaman Gajah”
1.2. Rumusan Masalah
a.
Apa yang terkandung dalam air: sabun, urin, leri, kolam lele?
b.
Bagaimana pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan rumput Gajah?
1.3. Hipotesis
Menurut kami jika rumput Gajah
disirami dengan air kolam lele maka tanaman kemungkinan dapat tumbuh dengan
baik. Mengingat kandungan nutrisi dalam air kolam lele mampu mencukupi atau
bahkan melebihi kebutuhan nutrisi tanaman tersebut. Berikut penjelasannya:
a. Air tawar
Air tawar akan mempengaruhi rumput Gajah sebagaimana umumnya, karena
kandungan nutrisi dari air tersebut hanya mencukupi bagi kelangsungan hidup
rumput Gajah.
b. Air sabun
Air sabun akan mengkerdilkan tanaman, karena jika disirami air sabun
kadar pH dalam tanah akan meningkat dan dapat menjadi basa. Hal ini menyebabkan
metabolisme tanaman kuranng maksimal.. Sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
c. Air leri
Air leri akan membuat rumput Gajah tumbuh sedikit lebih cepat dan segar,
karena air leri diperaya memiliki unsur-unsur yang menunjang pertumbuhan rumput
Gajah.
d. Air urin
Air urin akan membuat tanaman rumput gajah subur, karena kandungan urea
dalam urin dapat meningkatkan pertumbuhan rumput Gajah. Pertumbuhan rumput Gajah
yang disirami air urin akan lebih cepat daripada disirami air leri.
e. Air lele
Air lele akan membuat rumput Gajah subur dan tumbuh dengan cepat. Karena
air lele banyak mengandung nutrisi yang mencukupi dan memepercepat pertumbuhan
rumput Gajah.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian kami
adalah:
a.
Untuk mengetahui kandungan air: sabun, urin, leri, kolam lele.
b. Untuk
mengetahui pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan rumput Gajah.
1.5. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapakan dari penelitian kami adalah :
a. Memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai dampak pemberian kualitas air yang tidak
tepat.
b. Mengajak
masyarakat agar lebih peka terhadap lingkungannya.
c. Meningkatkan
produktifitas dalam budi daya rumput gajah.
d. Diharapkan
dapat memberikan solusi mengenai permasalan yang berkaitan dengan tumbuhan
rumput gajah.
BAB II
Kajian Teori
2.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan mengandung pengertian pertambahan ukuran, dapat
berupa volume, massa, tinggi, dan ukuran lainnya yang dapat dinyatakan dalam
bilangan atau bentuk kuantitatif. Adapun perkembangan mengandung
pengertian bertambah dewasanya suatu individu. Makhluk hidup dikatakan dewasa
jika alat-alat reproduksinya telah berfungsi. Tumbuhan akan berbunga dan hewan
akan menghasilkan sel-sel kelamin. Ada pula yang mengartikan perkembangan sebagai
perubahan akibat proses diferensiasi yang menyebabkan perbedaan struktur dan
fungsi organorgan makhluk hidup sehingga semakin kompleks. Dengan demikian,
perkembangan merupakan perubahan kualitas suatu individu. Secara harfiah,
pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang dapat diketahui atau ditentukan
berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitasnya. Pertumbuhan meliputi bertambah
besar dan bertambah banyaknya sel-sel pada jaringan.
Proses yang terjadi pada pertumbuhan adalah suatu kegiatan yang irreversible
(tidak dapat kembali ke bentuk semula). Akan tetapi, pada beberapa kasus,
proses tersebut dapat reversible (terbalikkan) karena pada pertumbuhan
terjadi pengurangan ukuran dan jumlah sel akibat kerusakkan sel atau
dediferensiasi sel. Sebagai contoh, jika Anda akan memperbanyak tumbuhan
melalui cara vegetatif, bagian manakah yang akan Anda pakai? Bunga, buah,
ataukah batang? Pilihannya tentu akan jatuh pada batang. Walaupun semua organ
tersebut memiliki aktivitas pembelahan sel, semuanya disusun oleh jenis sel
yang berbeda. Bunga dan buah merupakan organ reproduksi yang disusun oleh
sel-sel reproduktif atau embrionik, sedangkan cabang atau batang disusun oleh
sel-sel tubuh atau somatik.
Sel-sel tubuh (somatik) memiliki potensi untuk tumbuh kembali membentuk
jaringan yang sama, sedangkan sel embrionik tidak. Dengan aktivitas perbanyakan
sel tersebut, akan dihasilkan kembali sel-sel meristematis yang akan menjadi
batang, akar, daun, dan bagian reproduktif. Adapun sel embrionik akan mati
karena tidak ada sokongan sel lainnya. Selama proses tumbuhnya akar, batang,
ataupun daun pertumbuhan dapat dikuantifikasi dalam bentuk panjang akar, jumlah
daun, tinggi tumbuhan, atau bahkan berat total tumbuhan. Berdasarkan gambaran
tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan
kuantitatif dari ukuran sel, organ, atau keseluruhan organisme.
2.2. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah :
1) Peristiwa
perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran
(volume, massa, dan tinggi).
2) Irreversibel
(tidak kembali ke asal).
3) Dapat diukur
serta dinyatakan secara kuantitatif.
4) Auksanometer
adalah Suatu alat untuk mengukur pertumbuhan memanjang suatu tanaman, yang
terdiri atas sistem kontrol yang dilengkapi jarum penunjuk pada busur skala
atau jarum yang dapat menggaris pada silinder pemutar.
Perkembangan adalah:
1) Proses menuju
tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna (kompleks).
2) Sel-sel
berdiferensiasi.
3) Peristiwa
diferensiasi menghasilkan perbedaan yang tampak pada struktur dan fungsi
masing-masing organ, sehingga perubahan yang terjadi pada organisme tersebut
semakin kompleks.
4) Proses ini
berlangsung secara kualitatif.
5) Irreversible
2.3. Macam-Macam Pertumbuhan
Pertumbuhan pada tumbuhan ada yang berupa pertumbuhan
primer, ada pula yang berupa pertumbuhan sekunder. Kedua pertumbuhan ini
sebenarnya berasal dari jaringan yang sama, yakni meristem. Meristem merupakan
suatu jaringan yang memiliki sifat aktif membelah. Pertumbuhan primer berasal
dari meristem primer, sedangkan pertumbuhan sekunder berasal dari meristem
sekunder.
2.3.1.
Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan yang terjadi selama fase embrio sampai
perkecambahan merupakan contoh pertumbuhan primer. Struktur embrio terdiri atas
tunas embrionik yang akan membentuk batang dan daun, akar embrionik yang akan
tumbuh menjadi akar, serta kotiledon yang berperan sebagai penyedia makanan
selama belum tumbuh daun. Jika biji berkecambah, struktur yang pertama muncul
adalah radikula yang merupakan bakal akar primer. Radikula adalah bagian dari
hipokotil dan merupakan struktur yang berasal dari akar embrionik. Pada bagian
ujung atas, terdapat epikotil, yakni bakal batang yang berasal dari tunas
embrionik. Tahap awal pertumbuhan pada tumbuhan monokotil berbeda dengan dikotil.
Pada monokotil, akan tumbuh koleoptil sebagai pelindung ujung bakal batang.
Begitu koleoptil muncul di atas permukaan tanah, pucuk daun pertama akan muncul
menerobos koleoptil. Biji masih tetap berada di dalam tanah dan memberi suplai
makanan kepada kecambah yang sedang tumbuh. Perkecambahan seperti ini dinamakan
perkecambahan hypogeal.
Bagaimanakah perkecambahan pada tumbuhan dikotil? Pada
dikotil tidak muncul koleoptil. Dari dalam tanah, kotiledonnya akan muncul ke
atas permukaan tanah bersamaan dengan munculnya daun pertama. Kotiledon akan
memberi makan bakal daun dan bakal akar sampai keduanya dapat mengadakan
fotosintesis. Itulah sebabnya, lama-kelamaan kotiledon menjadi kecil dan kisut.
Perkecambahan yang kotiledonnya terangkat ke permukaan tanah dinamakan
perkecambahan epigeal. Perhatikan. Pada ujung
pucuk dan ujung akar, terdapat jaringan yang bersifat meristematik. Jaringan meristem yang terletak di ujung akar
menyebabkan pemanjangan akar. Pertambahan
panjang akar pada jagung mencapai 1 cm per
hari. Ujung akar akan menghasilkan tudung akar. Tudung akar akan menghasilkan lendir yang dapat mempermudah akar
menembus tanah.
“Pada ujung akar terdapat tiga
daerah pertumbuhan berturut-turut dari ujung
ke pangkal, yakni daerah pembelahan, daerah
pemanjangan, dan daerah diferensiasi”
Hopson (1990: 475)
Sel-sel di daerah pembelahan akan membelah secara mitosis sehingga
selnya bertambah banyak. Daerah pemanjangan akan membentuk bakal epidermis ke
arah luar. Pada daerah diferensiasi, sel-selnya akan berdiferensiasi membentuk
komponen pembuluh angkut, epidermis, dan bulu-bulu akar. Ujung pucuk juga
merupakan jaringan meristematik. Jaringan ini akan berdiferensiasi menjadi
epidermis, floem, xilem, korteks, dan empulur. Meristem ini dilindungi oleh
primordium daun. Letak primordium daun pada batang mengikuti pola berhadapan
atau pola bergantian yang nantinya akan membentuk rangkaian daun sesuai dengan
pola tersebut.
2.3.2.
Pertumbuhan
Sekunder
Semakin tua, batang tumbuhan dikotil akan semakin membesar. Hal ini
disebabkan adanya proses pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder ini tidak
terjadi pada tumbuhan monokotil. Bagian yang paling berperan dalam pertumbuhan
sekunder ini adalah kambium dan kambium gabus atau felogen. Ke arah dalam,
kambium akan membentuk pembuluh kayu (xilem), sedangkan ke arah luar kambium
akan membentuk pembuluh tapis (floem). Kambium pada posisi seperti ini
dinamakan kambium intravaskular. Sel-sel parenkim yang terdapat di antara
pembuluh, lama-kelamaan berubah menjadi kambium. Kambium ini dinamakan kambium
intervaskular. Kedua macam kambium tersebut lama-kelamaan akan bersambungan.
Posisi kambium yang semula terpisah-pisah, kemudian akan berbentuk
lingkaran. Kedua macam kambium ini akan terus berkembang membentuk xilem
sekunder dan floem sekunder sehingga batang menjadi semakin besar. Akibat
semakin besarnya batang, diperlukan jalan untuk mengangkut makanan ke arah
samping (lateral). Untuk keperluan tersebut, dibentuklah jari-jari empulur.
Aktivitas kambium bergantung pada keadaan lingkungan. Pada musim
kemarau, kambium tidak aktif. Walaupun aktif, kambium hanya akan membentuk
sel-sel xilem berdiameter sempit. Ketika air berlimpah, cambium akan membentuk
sel-sel xilem dengan diameter besar. Perbedaan ukuran diameter ini akan
menyebabkan terbentuknya lingkaran-lingkaran pada penampang melintang batang.
Lingkaran ini dikenal dengan lingkaran tahun, yang dapat digunakan untuk
memperkirakan umur tumbuhan. Sementara itu, kambium gabus atau felogen juga
melakukan aktivitasnya. Felogen ini akan membentuk lapisan gabus. Ke arah
dalam, felogen membentuk feloderm yang merupakan sel-sel hidup dan ke arah luar
membentuk felem (jaringan gabus) yang merupakan sel-sel mati. Lapisan gabus
perlu dibentuk karena fungsi epidermis sebagai pelindung tidak memadai lagi.
Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan sekunder yang dilakukan cambium mendesak
pertumbuhan ke arah luar. Hal tersebut mengakibatkan rusaknya epidermis
sehingga kulit batang menjadi pecah-pecah. Adanya lapisan gabus mengakibatkan
batang menjadi lebih terlindungi dari perubahan cuaca. Zat suberin pada sel-sel
gabus dapat mencegah penguapan air dari batang. Agar pertukaran gas tetap
berjalan lancar, di beberapa bagian dari permukaan batang terdapat lentisel.
Ingatlah kembali pelajaran tentang jaringan tumbuhan di kelas XI.
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
- Faktor Internal, yaitu faktor yang
berasal dari dalam tumbuhan sebagai pengendali proses pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini meliputi ;
·
Genetik (
hereditas )
Gen adalah
adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Gen bekerja untuk
mengkodekan aktivitas dan sifat yang khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan.
·
Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang
berfungsi sebagai katalis ( senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
·
Hormon (
Fitohormon )
Hormon tumbuhan
atau fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar
sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Kadar kecil yang dimaksud
berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.
Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2
kelompok hormon yaitu sebagai berikut. Beberapa contoh hormon adalah hormon
auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, asam traumalin, asam absisat, dan
kalin (rizokalin, phytokalin, kaulokalin dan antokalin).
- Faktor Eksternal , yaitu materi atau
hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berdampak pada tanaman itu, baik
secara langsung ataupun tidak langsung.Termasuk ke dalam faktor luar
adalah cahaya, derajat keasaman (Ph) , temperatur, garam- garaman dan
mineral (unsur hara) , iklim, kelembaban,
gravitasi bumi (terkait distribusi enzim pertumbuhan / geotropisme)
, oksigen, kerbondioksida, air dan beberapa faktor lain seperti patogen
serta kompetisi antar mahkluk hidup.
2.5. Nutrisi yang Diperlukan Tanaman
Tanaman, seperti halnya makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi
yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Tulisan berikut merupakan rangkuman dari beberapa sumber untuk
melengkapi pengetahuan kita tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada dasarnya, saat kita hendak melakukan kegiatan budidaya
tanaman, tanaman apapun jenisnya, sangat diperlukan pengetahuan mengenai apa
saja jenis-jenis nutrisi atau unsur-unsur hara apa saja yang dibutuhkan tanaman
yang kita budidayakan.
Pengetahuan ini setidaknya dibutuhkan pada saat pemberian pupuk
agar tepat dan seimbang, karena baik berlebih unsur hara atau kekurangan unsur
hara dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal. Pengetahuan ini
pun perlu pada saat mengamati proses pertumbuhan tanaman. Apabila
pertumbuhan tanaman tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita dapat
melakukan evaluasi dan tindakan yang cukup tepat sebelum semuanya terlambat.
Secara garis besar, tanaman atau tumbuhan memerlukan 2 (dua) jenis
unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dua
jenis unsur hara tersebut disebut Unsur Hara Makro dan Unsur Hara Mikro.
Kedua jenis unsur ini sudah terkandung dalam SOT HCS dengan jumlah yang
seimbang.
Berikut adalah kedua jenis unsur hara tersebut berikut
gejala-gejala yang biasa timbul, baik apabila kekurangan atau kelebihan unsur
tersebut ;
a.
Unsur Hara Makro
Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan
dalam jumlah yang relatif besar. Daftarnya adalah sebagai berikut :
1. Nitrogen (N)
Unsur Nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam
pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman. Nitrogen
memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino.
Oleh karena itu unsur Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar,
terutama pada saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif. Bersama dengan
unsur Fosfor (P), Nitrogen ini digunakan dalam mengatur pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan.
Terdapat 2 bentuk Nitrogen, yaitu Ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3).
Berdasarkan sejumlah penelitian para ahli, membuktikan Ammonium sebaiknya tidak
lebih dari 25% dari total konsentrasi Nitrogen. Jika berlebihan, sosok tanaman
menjadi besar tetapi rentan terhadap serangan penyakit. Nitrogen yang berasal
dari amonium akan memperlambat pertumbuhan karena mengikat karbohidrat sehingga
pasokan sedikit. Dengan demikian cadangan makanan sebagai modal untuk berbunga
juga akan minimal. Akibatnya tanaman tidak mampu berbunga. Seandainya yang
dominan adalah Nitrogen bentuk Nitrat , maka sel-sel tanaman akan kompak dan
kuat sehingga lebih tahan penyakit. Untuk mengetahui kandungan N dan bentuk
Nitrogen dari pupuk bisa dilihat dari kemasan.
Kekurangan
Nitrogen
Ciri-ciri tanaman yang kekurangan Nitrogen dapat dikenali dari daun
bagian bawah. Daun pada bagian tersebut menguning karena kekurangan klorofil.
Pada proses lebih lanjut, daun akan mengering dan rontok. Tulang-tulang di
bawah permukaan daun muda akan tampak pucat. Pertumbuhan tanaman melambat,
kerdil dan lemah. Akibatnya produksi bunga dan biji pun akan rendah.
Kelebihan
Nitrogen
Kelebihan jumlah Nitrogen pun perlu diwaspadai. Ciri-ciri
tanaman apabila unsur N-nya berlebih adalah warna daun yang terlalu hijau,
tanaman rimbun dengan daun. Proses pembuangan menjadi lama. Adenium bakal
bersifat sekulen karena mengandung banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman
rentan terhadap serangan jamur dan penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga
pun akan menurun.
2. Fosfor atau
Phosphor (P)
Unsur Fosfor
(P) merupakan komponen penyusun dari beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan
DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA
menentukan sifat genetik dari tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan
benih, akar, bunga, dan buah. Pengaruh terhadap akar adalah dengan membaiknya
struktur perakaran sehingga daya serap tanaman terhadap nutrisi pun menjadi
lebih baik.
Bersama dengan unsur Kalium, Fosfor dipakai untuk merangsang proses
pembungaan. Hal itu wajar sebab kebutuhan tanaman terhadap fosfor meningkat
tinggi ketika tanaman akan berbunga.
Kekurangan
Phosphor (P)
Ciri-ciri dimulai dari daun tua menjadi keunguan dan cenderung
kelabu. Tepi daun menjadi cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap.
Hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan
lambat dan tanaman kerdil.
Kelebihan
Phosphor (P)
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro
seperti besi (Fe) , tembaga (Cu) , dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya
tidak terlihat secara fisik pada tanaman.
3. Kalium (K)
Unsur Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman
seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka
menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel.
Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan akhirnya gugur.
Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada
sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan
magnesium. Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk
diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih
cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalium
berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab , sifat antagonisme
antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara
kalium dan kalsium. Kendati demkian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium
gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium.
Kekurangan
Kalium
Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada
bercak hangus. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakardan
akhirnya gugur. Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun ‘hangus’, daun
menggulung ke bawah, dan rentan terhadap serangan penyakit.
Kelebihan
Kalium
Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan
tanaman terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi.
4. Magnesium
(Mg)
Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi
beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun
, terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat
diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan
komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis
protein.
Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut
karena energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot
‘ringan’ seperti nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi
encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini
persis seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.
Kekurangan
Magnesium
Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi
karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah
terserang penyakit terutama embun tepung (powdery mildew).
Kelebihan
Magnesium
Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.
5. Kalsium (Ca)
Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen
yang menguatkan , dan mengatur daya tembus , serta merawat dinding sel.
Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca
, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu , dan berakibat penyerapan hara
terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel , dan mengatur
distribusi hasil fotosintesis.
Kekurangan
Kalsium
Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi
perubahan bentuk daun , mengeriting , kecil , dan akhirnya rontok. Kalsium
menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada
titik tumbuh maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat.
Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium.
Kelebihan Kalsium
Kelebihan
kalsium tidak berefek banyak , hanya mempengaruhi pH tanah.
6. Belerang
atau Sulfur (S)
Kelebihan
Sulfur
Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam
amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari
biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman
ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah
penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai-rantai
peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme
senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor
atau regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman
Kekurangan
Sulfur
Jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama dengan jumlah fosfor
(P). Kekahatan S menghambat sintesis protein dan hal inilah yang dapat
menyebabkan terjadinya klorosis seperti tanaman kekurangan nitrogen. Kahat S
lebih menekan pertumbuhan tunas dari pada pertumbuhan akar. Gejala kahat S
lebih nampak pada daun muda dengan warna daun yang menguning sebagai
mobilitasnya sangat rendah di dalam tanaman (Haneklaus dan Penurunan kandungan
klorofil secara drastis pada daun merupakan gejala khas pada tanaman yang
mengalami kahat S . Kahat S menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang
berkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik terlarut.
b.
Unsur Hara Mikro
Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah
sedikit . Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil , tetapi amat penting untuk
menunjang keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Tanpa unsur mikro , bunga
adenium tidak tampil prima. Bunga akan lunglai , dll. Unsur mikro itu , adalah:
boron , besi , tembaga , mangan , seng , dan molibdenum.
1. Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan , pembelahan
dan diferensiasi , dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya
dalam sintetis RNA , bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke
tajuk tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam
jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada
adenium. Cirinya mirip daun variegeta.
Kekurangan
Boron
Daun berwarna lebih gelap dibanding daun normal , tebal , dan
mengkerut.
Kelebihan Boron
Ujung daun kuning dan mengalami nekrosis
2. Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim.
Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil ,
dan berperan dalam funsi reproduksi.
Kekurangan
Tembaga (Cu)
Daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun menguncup dan tumbuh
kecil , pertumbuhan bunga terhambat.
Kelebihan
Tembaga (Cu)
Tanaman tumbuh kerdil , percabangan terbatas , pembentukan akar
terhambat , akar menebal dan berwarna gelap.
3. Seng atau
Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam aktivator
enzim , pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan
biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.
Kekurangan Seng
(Zn)
Pertumbuhan lambat , jarak antar buku pendek , daun kerdil ,
mengkerut , atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan. Bakal
buah menguning, terbuka, dan akhirnya gugur. Buah pun akan lebih lemas sehingga
buah yang seharusnya lurus membengkok.
Kelebihan Seng
(Zn)
Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.
4. Besi atau
Ferro (Fe)
Besi berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai
katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada
proses fotosintetis dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim.
Unsur ini tidak mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit
diperbaiki. Fe paling sering bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro
lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe sering dibungkus dengan Kelat
(chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu
komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat
antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek
Fe-EDTA.
Kekurangan Besi
Kekurangan besi ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun
menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain
itu terjadi karena kerusakan akar. Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan
terlihat potongan-potongan akar yang mati.
Kelebihan Besi
Pemberian pupuk dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis
yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada daun.
5. Molibdenum
(Mo)
Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi
enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.
Kekurangan
Molibdenum
Ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua , kemudian
menjalar ke daun muda.
Kelebihan Molibdenum
Kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.
6. Mangan (Mn)
Kelebihan
Mangan
Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain
itu berperan sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam
reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk
mengaktifkan nitrat reduktase sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan
mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis
berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi
hidrogen dan oksigen.
Fungsi unsur
hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a.
Diperlukan
oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b.
Berperan
penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c.
Berperan
sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d.
Berperan
sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu
pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat
mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg
dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada
tahun 1948.
Kekurangan
Mangan
Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa
menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya
defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang
spesifik.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase,
sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim
utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal
dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi
unsure Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada
daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang
lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan
garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman
lupin.
Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali
defisiensi satu unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan
tidak mudah membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan
penyakit menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi
karena berbagai macam sebab.
Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada
daun. Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan
umur tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun
yang lebih tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun
diantara tulang-tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna
hijau.
7. Khlor (Cl)
Kelebihan Khlor
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam
sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen
mineral dan dalam fotosintesis.
Kekurangan
Khlor
Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal
terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna
tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan
gejala seperti di atas.
8. Natrium (Na)
Kelebihan
Natrium
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada
tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat mengurangi
ketersediaan K.
Kekurangan
Natrium
Daun-daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat
menjadi layu.
9. Cobalt (Co)
Kelebihan
Cobalt
Cobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium
gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.
Kekurangan
Cobalt
Mengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen
10. Silicone
(Si)
Kelebihan
Silicone
Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi
fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan
sebagai komponen dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut
menghasilkan tanaman yang lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan
tanaman, toleransi silikon dapat disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh
jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh jamur menyerang.
Kekurangan Silicon
Dapat mengakibatkan tanaman mudah terserang penyakit.
11. Nikel (Ni)
Kelebihan Nikel
Diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam
membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk tanaman. Nikel
diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk berkecambah.
Tanaman tumbuh tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur mencapai tingkat
kekurangan saat mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi
Kekurangan
Nikel
Kekurangan dari unsur Nikel pada tanaman akan menimbulkan kegagalan
dalam menghasilkan benih yang layak.
4.4. Air
Air (H2O) adalah cairan
jernih,tidak berwarna,tidak berasa,tidak berbau yang terdapat dan diperlukan
dalam kehidupan manusia,hewan dan tumbuhan,yang secara kimiawi air terbentuk
dari Hidrogen dan Oksigen. Air merupakan salah satu faktor yang dapat
mempercepat perkecambahan dan menghentikan masa dormansi biji. Perkecambahan
diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara,
maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji
yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya,
baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang
terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak, proses ini murni fisik.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan
sejumlah hormon perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya,
sementara giberelin meningkat. Selain itu masuknya air pada biji juga
menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim
amilase bekerja memecah tepung menjadi maltosa, selanjutnya maltosa
dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam –
asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah
menjadi energi dan senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh Asam – asam
amino dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel dan
enzim – enzim baru. Asam – asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membran sel.
Perubahan
pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan
mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin
besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya
pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi
embrio untuk dipecah.
Ø Fungsi Air Untuk Tumbuhan
- Memberikan tekanan
turgor pada dinding sel sehingga sel dapat membelah dan membesar.
- Merangsang terjadinya
proses imbibisi, yaitu proses penyerapan air oleh biji.
- Sebagai bahan baku
fotosintesis sehingga tanaman memproduksi glukosa.
- Mengedarkan
hasil-hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan.
- Bila tanaman
kekurangan air, maka tanaman akan kering dan kekurangan nutrisi karena
tidak ada yang mengangkut nutrisi itu. Tetapi jika kelebihan air juga
tidak baik untuk tanaman karena pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
kemungkinan akan mati.
4.5. Air
Urin
Urin atau
air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
2.7.1 Komposisi Urin
Struktur komposisi
urin.
Urin terdiri dari
air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial. Komposisi urin
berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes
akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
2.7.2 Fungsi Urin
Fungsi utama urin
adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Anggapan umum
menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang
terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin
berasal dari ginjal dan saluran
kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau
yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa
diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi
penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna
kuning pekat atau cokelat.
4.6. Air
Sabun (detergen)
Detergen adalah campuran berbagai bahan,
yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Komposisi
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
Surfaktan
Surfaktan (surface active agent)
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka
air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik : Alkyl Benzene
Sulfonate (ABS)
Linier
Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
Alpha
Olein Sulfonate (AOS)
b. Kationik : Garam Ammonium
c. Non ionic : Nonyl phenol
polyethoxyle
d. Amphoterik : Acyl
Ethylenediamines
Builder
Builder (pembentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan
mineral penyebab kesadahan air.
a. Fosfat : Sodium Tri
Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :Nitril Tri
Acetate (NTA)
Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
d. Sitrat : Asam Sitrat
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan
deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah
kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan
untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna
dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks,
Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Pencemaran Alam Sekitar oleh Detergen dan Bahan Tambahan dalam
Detergen
1.
Detergen yang berantai lurus tidak
terbiodegradasikan, yaitu tidak terurai oleh bakteria atau mikroorganisma.
2. Apabila air cucian yang mengandungi
detergen dibuang ke dalam talian air atau ke dalam sungai, pencemaran air
berlaku dan hidupan akuatik akan mati.
3.
Apabila sebatian fosfat yang ditambahkan kepada
detergen dibuang ke dalam sungai atau tasik akan berlaku pertumbuhan rumpai air
dan alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut
di dalam air sangat berkurangan dan hidupan akuatik akan mati.
Kegunaan :
Pembersih pakaian adalah salah satu
kegunaan dari detergen
Bahaya Detergen
Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang
digunakan pada Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap
kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni
surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan
kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan
meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa
kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan
kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan
kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik
dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat
membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri
Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi
terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain
yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak
dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan
penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan
kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi
softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang
biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu
nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu
banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang
berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang
terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air
dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di
beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai
alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder
dalam Detergen.
Detergen yang selama ini kita gunakan
untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses
penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti
fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal Detergen
pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an
dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene
Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.(Wikipedia, 2009).
Polusi atau pencemaran adalah keadaan
dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh
polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami,
tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah
tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi
organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang
tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang
mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya
terdapat zat yang disebut ABS. Jenis Detergen yang banyak digunakan di rumah
tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah Detergen anti noda. Detergen jenis
ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan Detergen tergolong
keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable)
sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan
perairan yang tercemar limbah Detergen kategori keras ini dalam konsentrasi
tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang
ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya
waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif
(buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini
menjadikan sisa limbah Detergen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga
akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup
kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS
ini dalam pembuatan Detergen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut
Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label
produk Detergen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah
lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa
senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan.
Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan
waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang
dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh
limbah Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya
pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam
ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok
sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen
berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur
hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi,
ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai
contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung
rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui saluran selokan ini, dan
coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang
hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek
buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya
juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat
seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh,
retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi
alergi.
Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan
karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk
melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain
gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan
menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor
pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari
limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja,
karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram
tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup
selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang
telah terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab
penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian Detergen akan menghasilkan
sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa
klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin
terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di
dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa
bahwa Detergen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan
kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian
lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga
lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai
perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Detergen fosfat tinggi seperti
tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras.
Pembersihan secara teratur dengan Detergen fosfat tinggi telah terbukti efektif
dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang
terjadi jika limbah Detergent bercampur dengan air?Detergent memiliki efek
beracun dalam air. Semua Detergent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang
melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat
menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi
Detergent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak
5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan Detergen pun tak kalah
berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan
perkembangbiakan organisme perairan.
Detergen juga memiliki andil besar dalam
menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan
mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat diserap
ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek
negatif bagi biota air. Fosfat dalam Detergen dapat memicu ganggang air tawar
bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang
membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan
hidupnya.
Dalam sebuah literatur disebutkan, ada
fakta yang menarik seputar air di bumi ini. Jumlah total air di bumi saat ini
relatif sama dengan jumlah total air tercipta. Yaitu 70 persen permukaan bumi
kita adalah air. Komposisinya adalah 67 persen terdiri dari air asin dan tiga
persen air tawar. Prosentasi air tawar itu terdiri dari es, air tanah, air
permukaan, dan uap air. Jumlah airnya saat ini memang sama akan tetapi yang
berubah bentuknya. Tidak semua air tawar tersebut dapat di pakai, penyebabnya
adalah pencemaran lingkungan yang dibuat oleh manusia sendiri seperti limbah
dari pemakaian detergen.
4.7.Air
Kolam Lele
Air kolam lele yang kami pakai adalah air
kolam lele yangmana lele tersebut diberi makan dari larva yang ada di kotoran
ayam dan diberi makan bangkai. Makanan tersebut memberikan banyak pengaruh pada
keadaan air di kolam. Karena kolam tersebut mengumpukan unsure-unsur yang
dibutuhkan oleh tumbuhan (memiliki kandungan seperti pupuk kompos).
4.7.1. Kotoran Ayam
Menurut Ali (1991:394) kotoran ayam
merupakan kotoran yang di keluarkan oleh ayam sebagai proses makanan yang
disertai urine dan sisa-sisa makanan lainya. Menurut Widodo (2008:05) kotoran
ayam atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta
berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah
serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme
menjadi humus atau bahan organik tanah.
Bahan organik berfungsi sebagai
“pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan
agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan
dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Bahan organik dengan C/N
tinggi seperti jerami dan sekam memberikan pengaruh yang lebih besar pada
perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding bahan organik yang telah
terdekomposisi seperti kompos.
Meskipun mengandung unsur hara yang
rendah, kotoran ayam penting dalam:
·
menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo,
Co, Ca, Mg, dan Si,
·
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah,
serta
·
dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk
senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat
penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi.
Menurut Haesono (2009:01) kandungan
kotoran ayam adalah sebagai berikut: 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O. Maka
dalam 1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg Urea, 14.44 kg SP 36, dan
38.17 kg MOP. Cara menghitungnya sebagai berikut:
Hara N = (%N Kompos x 1000 kg)/%N Urea = (2.79% x 1000 kg)/45% = 62 kg
Hara P=(%P2O5 kompos x 1000 kg)/%P2O5 SP-36 = (0.52% x 1000 kg)/36% = 14.44 kg
Hara K= (%K2O kompos x 1000 kg)/%K2O MPO = (2.29% x 1000 kg)/60% = 38.17 kg
Hara P=(%P2O5 kompos x 1000 kg)/%P2O5 SP-36 = (0.52% x 1000 kg)/36% = 14.44 kg
Hara K= (%K2O kompos x 1000 kg)/%K2O MPO = (2.29% x 1000 kg)/60% = 38.17 kg
4.7.2. Bangkai
Pembusukan merupakan suatu gejala sebagai
akibat aktivitas mikroorganisme yang diperlihatkan dengan perubahan bau, rasa
dan penampakan daging. Pembusukan dalam arti sempit adalah perubahan, aroma,
rasa, dan tekstur daging sedangkan dalam arti luasnya adalah penguraian stuktur
dan komposisi daging. Pembusukan dapat terjadi karena dibiarkan ditempat
terbuka dalam waktu relatif lama sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat
dan terjadi proses fermentasi oleh enzim-enzim yang membentuk asam sulfida dan
ammonia.
“Pembusukan
adalah dekomposisi protein oleh bakteri yang menghasilkan senyawa yang berbau
busuk, seperti indol, skatol, merkaptan aminamin dan H2S serta gas NH3” Frazier and Westhoff (1981)
Bau anyir (amis) pada daging ayam bangkai
sangat menyengat karena telah terjadi dekomposisi beberapa komponen menjadi
NH3dan H2S sehingga menimbulkan bau busuk. Pada permukaan daging ayam bangkai
terdapat lendir yang menunjukkan tingginya jumlah mikroba pada daging. Daging
bangkai dengan pengujian postma maka warna kertas lakmus dari merah menjadi
biru. Pengujian Eber daging busuk jelas terlihat gas putih (NH4Cl) pada dinding
tabung karena pada daging busuk gas NH3 sudah terbentuk. Daging ayam bangkai
dalam pengujian H2S, H2S yang dilepaskan pada daging membusuk akan berikatan
dengan Pb acetat menjadi Pb sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintik-bintik berwarna
coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb acetat. Uji Malachite Green (MG)
akan positif (+) pada daging ayam bangkai berwarna hijau keruh, sedangkan hasil
negatif (-) sempurna jika larutan berwarna hijau-biru jernih.
Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit
ari. Sayangnya sebagian besar nutrisi pada kulit ari telah hilang selama proses
penggilingan dan penyosohan beras. Sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90%
vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan
asam lemak esensial hilang dalam proses membuat beras lebih “indah” untuk
dimakan.
Saat mencuci
beras, biasanya air cucian pertama akan berwarna keruh. Warna keruh bekas
cucian itu menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Meskipun
banyak nutrisi yang telah hilang, namun pada bagian kulit ari masih terdapat
sisa-sisa nutrisi yang sangat bermanfaat tersebut. Misalkan fosfor (P), salah
satu unsur utama yang dibutuhkan tanaman dan selalu ada dalam pupuk majemuk
tanaman semisal NPK. Fosfor berperan dalam memacu pertumbuhan akar dan
pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda. Nutrisi
lainnya adalah zat besi yang penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil) juga
berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein. Selain itu
kulit ari juga mengandung vitamin, mineral, dan fitonutrien yang tinggi.
Vitamin sangat berperan dalam proses pembentukan hormon dan berfungsi sebagai
koenzim[1].
Beras mengandung
karbohidrat yang tinggi. Sangat mungkin karbohidrat ini terdegradasi saat
mencuci. Hipotesa awal, saat disiramkan ke tanaman, karbohidrat akan terpecah
menjadi unsur yang lebih sederhana dan memberikan nutrisi bagi mikroba yang
menguntungkan bagi tanaman. Meskipun saya belum mengetahui apa mikroba yang
diuntungkan dengan kandungan karbohidrat air leri ini. Menarik jika ada yang
meneliti.
Fakta terbaru
adalah hasil penelitian yang dilakukan Yayu Siti Nurhasanah mahasiswa IPB.
Mengungkapkan bahwa air cucian beras merupakan media alternatif pembawa bakteri Pseudomonas fluorescens. Bakteri tersebut adalah mikroba yang berperan dalam pengendalian
petogen penyebab penyakit karat dan memicu pertumbuhan tanaman (okezone,
19/10/11). P. fluorescens sangat berperan dalam pengendalian
patogen penyebab penyakit karat dan pemicu pertumbuhan tanaman.
2.10.
Rumput Gajah
Rumput
Gajah (Inggris: elephant grass, naper grass, Uganda grass; Latin:
pennisetum purpureum) adalah rumput bernutrisi tinggi berukuran besar yang
biasanya dipakai sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing, gajah, dll. Rumput gajah banyak dibudidayakan di Afrika karena
ketahanannya terhadap cuaca panas.
Karakteristik rumput
gajah adalah tumbuh tegak lurus, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai
7 meter, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan berbunga seperti es lilin. Kandungan zat gizi rumput gajah terdiri dari 19,9% bahan
kering; 10,2 % protein kasar; 1,6% lemak; 34%,2 serat kasar; 11,7% abu; dan 42,3% bahan esktrak tanpa nitrogen.
Rumput gajah
tumbuh subur di permukaan tanah dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan
laut.
Rumput gajah
mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika dan Hawai.
·
Varietas
Afrika ditandai dengan batang dan
daun kecil, tumbuh tegak, berbunga, dan produksi lebih rendah dari varietas
Hawai.
·
Varietas
Hawai ditandai dengan batang dan
daun lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyamping, produksi lebih tinggi, juga
berbunga.
Panen pertama rumput gajah dilakukan
pada umur 90 hari pasca-tanam. Panen selanjutnya 40 hari sekali pada musim
hujan dan 60 hari sekali pada musim kemarau. Tinggi pemotongan dari
permukaan tanah kira-kira 10-15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara
100-200 ton rumput segar per hektar per tahun. Peremajaan tanaman tua
dilakukan setelah 4-6 tahun untuk diganti dengan tanaman yang baru.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan
secara tumpang sari dengan tanaman lain, misalnya ketela
pohon atau jagung. Tanaman ini berfungsi untuk mengurangi terpaan hembusan
angin yang merobohkan tanaman lain. Penanaman rumput gajah dapat dilakukan
di ladang, guludan, dan pematang sawah. Laju pertumbuhan tanaman rumput gajah relatif cepat karena
memiliki respons tinggi terhadap tanah yang subur. Bila dirawat dengan
baik dan dilakukan pemotongan secara berkala maka pertumbuhannya cepat.
Penanaman Rumput Gajah sangat mudah,
hanya dengan menanam batangnya dengan sudut tanam 45 derajat dengan panjang
tiga sampai lima ruas. Setiap ruas akan muncul daun baru. Selain itu,
tanaman ini juga cepat menyebar ke samping menjadi rumpun.
Rumput Gajah banyak dibudidaya untuk
keperluan makanan ternak. Untuk penggemukan sapi, kebutuhan minimal
berkisar 1,5-0,8 bahan kering dari bobot sapi yang digemukkan. Jadi,
seekor sapi yang akan digemukkan berbobot 200 kg akan diberikan rumput gajah
segar yang mengandung 21% bahan kering. Dengan demikian, kebutuhan minimal
hijauan sapi yang akan digemukkan itu adalah 200x0,5/100x1kg= 1.0 kg bahan
kering atau 4,8 kg bentuk segar rumput gajah. Namun, dikarenakan selalu
ada bagian yang tidak dimakan (sisa batang), maka pemberian dilebihi 5% dari
kebutuhan, jadi kira kira rumput gajah segar yang akan diberikan kepada sapi
yang akan digemukkan sebanyak 105/100 x 4,8 kg = 5, 05 kg.
Selain sebagai makanan ternak, rumput
gajah dapat dimanfaatkan untuk bahan produksi fiber, penahan erosi tanah, maupun sebagai pagar.
2.11. Taksonomi Rumput Gajah
Ø Nama latin : Brachiaria
Mutica
Ø Kingdom : Spermatophyta
Ø Sub phylum : Angiospermae
Ø Classis : Monocotyledonease
Ø Ordo : Glumiflora
Ø Familia : Graminase
Ø Genus : Brachiaria
Ø Spesies : Brachiaria Mutica
BAB 3
Metodologi
Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
eksperimen. Sebab dalam memperoleh data penelitian, kami melakukan
percobaan langsung untuk membandingkan laju pertumbuhan dan perkembangan
tanaman Gajah yang disiram
dengan berbagai jenis air yakni air biasa, air leri, air sabun, air urin, dan air kolam lele.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 21 Agustus 2014 hingga 02 September 2014 . Bertempat di Pondok Pesantren Miftahul
Huda Papungan, Kanigoro, Blitar (pondok Masrikhan). Berikut perincian waktu pengukuran sampel:
·
Pengukuran ke-1 :
21 Agustus 2014
·
Pengukuran ke-2 :
23 Agustus 2014
·
Pengukuran ke-3 :
25 Agustus 2014
·
Pengukuran ke-4 :
27 Agustus 2014
·
Pengukuran ke-5 :
29 Agustus 2014
·
Pengukuran ke-6 :
31 Agustus 2014
·
Pengukuran ke-7 :
02 September 2014
3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah eksperimental, studi pustaka, dan dokumentasi. Sedangkan
teknik analisanya dengan menggunakan referensi dari buku pedoman, internet
maupun data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut.
3.4. Definisi
Operasional
a.
Media tanah adalah media yang digunakan dalam proses pertumbuhan rumput Gajah untuk
membandingkan pertumbuhan
pada masing-masing tanaman.
b.
Laju pertumbuhan adalah kecepatan atau kelajuan pertambahan ukuran atau
berat serta perubahan
bentuk.
3.5. Variable
Variable adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian[2]. Variabel dalam
laporan ini terbagi atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
·
Variabel Bebas
: Variabel yang apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variable
lain. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah air beras, air tawar, air sabun, air urin, dan air kolam ikan lele.
·
Air tawar: Air yang kami gunakan adalah air sumur yang diambil
dengan cara dipompa.
·
Air leri: Air leri yang kami gunakan adalah air cucian beras 300
gr.
·
Air sabun: Air sabun yang kami gunakan adalah air bekas cucian
baju.
·
Air urin: Air urin yang kami
gunakan adalah air seni 75 ml dengan dicampur air 885 ml.
·
Air kolam lele: Air kolam
lele yang kami gunakan adalah air kolam yang berasal dari lele yang diberi
pakan bangkai ayam dan larva serangga.
·
Variabel
Terikat: Variabel yang berubah akibat perubahan pada variabel bebas. Adapun
variable terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman dan rata-rata pertumbuhan tanaman.
(a)
Tinggi tanaman diukur tingginya dalam satuan Centimeter (Cm). Dari pangkal tanaman sampai ujung
tanaman.
(b)
Rata-rata pertumbuhan dihitung jumlahnya dalam satuan Centimeter (Cm). Dari rata-rata setiap pertumbuhan
tanaman dalam setiap pengukuran.
·
Variable
Kontrol : Kondisi suhu,
polibek, pencahayaan, kelembapan, dan media
tanah yang sama.
3.6. Batasan penelitian
Batasan masalah pada penelitian
kami yaitu Gajah yang kami gunakan adalah Gajah jenis tancap (Gajah yang
ditanam dengan model stek), media yang kami gunakan adalah tanah di pekarangan
pondok di daerah Papungan, Kanigoro lalu polibek berdiameter 10 cm.
3.7. Alat, Bahan, dan Pembuatan
3.7.1.
Alat
1. Pulpen
2. Buku
3. Meteran
4. Cangkul
5. Gelas 240 ml
6. Polibek
3.7.2.
Bahan
1. Air tawar
2. Air leri
3. Air sabun
4. Air urin
5. Air kolam lele
6. Tanah
3.7.3.
Rancangan
percobaan
Faktor Luar : air beras, air urin, air
tawar, air sabun, dan air kolam lele.
Jenis Tanaman
: rumput Gajah.
Waktu
Penyiraman : setiap hari sekali.
Waktu
Pengukuran : setiap dua hari sekali.
Sampel : empat tanaman setiap satu
percobaan (1 jenis air terdapat 4 polibek)
Populasi : dua puluh dua tanaman
untuk seluruh percobaan
3.7.4.
Cara kerja
1. Cangkul tanah
secukupnya.
2. Ambil tanah dan
masukkan kedalam polibek.
3. Tanam rumput Gajah
pada setiap polibek, lalu siram air tawar terlebih dahulu agar tanaman dapat
tumbuh.
4. Tunggu beberapa
hari sampai tanaman dirasa sudah dapat hidup di media yang baru (polibek).
5. Bagi rumput Gajah
menjadi lima kelompok, disetiap kelompok terdapat empat tanaman Gajah.
6. Lalu siram
tanaman Gajah dengan kelima variabel yang sudah disiapkan sebanyak 240 ml dan
perlakuan tersebut menjadi acuan pengukuran pertumbuhan rumput Gajah saat itu
juga.
7. Selanjutnya,
siram semua tanaman Gajah sesuai dengan variabelnya setiap hari dan diukur dua
hari sekali.
8. Pengambilan
data dilakukan dengan cara mencari rata-rata
tanaman yang tertinggi dan terendah dari 4 sampel di setiap variabel
yang ada.
3.8. Data Pengamatan
3.8.1. Tabel
pengukuran tinggi (cm)
Variabel
|
Pengukuran ke-1
|
Pengukuran ke-2
|
Pengukuran ke-3
|
Pengukuran ke-4
|
Pengukuran ke-5
|
Pengukuran ke-6
|
Pengukuran ke-7
|
Rata-rata pertumbuhan
|
Air tawar
|
43.5
|
47
|
51.5
|
56.5
|
67.5
|
77.75
|
80.5
|
60.6
|
Air sabun
|
42.6
|
61.75
|
63.75
|
69
|
70.25
|
70.5
|
71.5
|
64.19
|
Air leri
|
29.5
|
50.2
|
57.5
|
60.5
|
61.15
|
61.15
|
62.5
|
54.67
|
Air urin
|
39.5
|
50
|
53.5
|
56
|
58.5
|
60.25
|
61.25
|
54.14
|
Air kolam lele
|
50.75
|
68
|
70.5
|
74.25
|
79.5
|
86.5
|
92
|
74.5
|
3.8.2. Tabel
pertambahan tinggi (cm)
Variabel
|
Tinggi
awal
|
Δt1
|
Δt2
|
Δt3
|
Δt4
|
Δt5
|
Δt6
|
Rata-rata
|
Air
tawar
|
43.5
|
3.5
|
4.5
|
5
|
11
|
10.25
|
2.75
|
6.1666
|
Air
sabun
|
42.6
|
19.15
|
2
|
5.25
|
1.25
|
0.25
|
1
|
4.8166
|
Air
leri
|
29.5
|
20.7
|
7.3
|
3
|
0.65
|
0
|
1.35
|
5.5
|
Air
urin
|
39.5
|
10.5
|
3.5
|
2.5
|
2.5
|
1.75
|
1
|
3.625
|
Air
kolam lele
|
50.75
|
17.25
|
2.5
|
3.75
|
5.25
|
7
|
5.5
|
6.875
|
3.8.3. Grafik
pengukuran tinggi (cm)
3.8.4. Grafik
pertambahan tinggi (cm)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pertumbuhan rumput gajah di setiap variabel memiliki perbedaan yang
signifikan. Bisa dilihat dari tabel dan grafik pada pertumbuhan rumput gajah
yang menggunakan variabel air leri sampai dengan variabel-variabel yang
lainnya. Perbedaan-perbedaan dari hasil penelitian ada yang sesuai dengan
hipotesis peneliti dan malah ada yang berbeda dengan hipotesis peneliti.
Pertama kita lihat pada pertumbuhan rumput gajah dengan varibel air
leri. Pertumbuhan rumput gajah dengan air leri memiliki grafik naik pada awal
pertumbuhan saat pengukuran ke-1 sampai ke-4. Pada fase itu rumput gajah
mengalami pertumbuhan linear dengan cepat. Setelah itu pertumbuhan mengalami
fase stasioner ditandai dengan pertumbuhan rumput gajah sudah stabil.
Menurut hipotesis peneliti bahwa, air leri akan membuat rumput gajah
tumbuh sedikit lebih cepat dan segar, karena air leri diperaya memiliki
unsur-unsur yang menunjang pertumbuhan rumput gajah. Setelah kami analisa,
pertumbuhan rumput gajah memang dapat dikatakan baik dan cepat jika menggunakan
air leri. Mengingat kandungan nutrisi dari air leri yang berupa 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin
B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam
lemak esensial dapat mencukupi kebutuhan nutrisi rumput gajah. Seperti
kandungan fosfor yang terdapat dalam air leri berperan dalam memacu pertumbuhan
akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda.
Lalu kandungan zat besi yang mencapai 60% memberi peranan yang penting bagi
pembentukan hijau daun (klorofil) juga berperan penting dalam pembentukan
karbohidrat, lemak dan protein.
Selanjutnya pertumbuhan rumput gajah dengan variabel air sabun.
Dengan variabel ini rumput gajah memiliki rata-rata pertambahan tinggi yang
sedang yaitu 4,8166 cm/2hari. Masih lebih baik dari pada Air urin yang 3.625
cm/2hari. Itu jika dilihat dari rata-rata pertambahan tinggi, tapi kalau
dilihat dari rata-rata pertumbuhannya, rumput gajah terbilang baik. Ketingian
maksimum rumput gajah dengan variabel air sabun mampu mencapai 71,5 cm dengan
rata-rata pertumbuhan 64,19 cm dari seluruh pengukuran tinggi. Angka 71,5 cm
tersebut berada diatas air leri dan urin yangmana hanya dapat mencapai 62,5 cm
dan 61,25 cm dengan rata-rata pertumbuhan pada setiap pengukuran adalah 54,67
dan 54,14.
Fakta ini berbeda dengan asumsi peneliti bahwa air sabun akan
mengkerdilkan tanaman, karena jika disirami air sabun kadar pH dalam tanah akan
meningkat dan dapat menjadi basa. Hal ini menyebabkan metabolisme tanaman kurang
maksimal.. Sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Jika dilihat dari kandungan
air sabun yang berupa Surfaktan, Builder,
Filler, Aditif, dan lain-lain yang telah diterangkan dalam kajian teori
diatas menunjukkan banyak indikasi negatife terhadap tanaman dari pada kearah
positif. Misalnya Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam
detergen berupa phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk detergen,
sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari
daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya
berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan
mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,
sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi
bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai
suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru
membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya.
Peneliti menggaris bawahi pada phosphate
tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi
penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Pertumbuhan rumput gajah yang demikian
itu ada kaitannya dengan kandungan phosphate dalam sabun detergen. Peneliti
berpendapat kandungan-kandungan berbahaya dalam detergen dapat tertutupi dengan
adanya salah satu kandungan yang nyatanya bisa menunjang pertumbuhan tanaman.
Lalu dengan variabel air tawar, rumput
gajah mengalami masa pertumbuhan yang cukup lambat. Dapat dilihat dari grafik
pada pengukuran ke-1 sampai ke-2, rumput gajah mengalami fase pertumbuhan
linear. Fase stasioner belum terjadi. Grafik pertumbuhan sampelnya pun terlihat
berlainan dengan sampel yang lain. Pada sampel 1 air tawar, pertumbuhan yang
signifikan pada pengukuran ke-4 sampai ke-6, pada pengukuran ke-7 sudah mulai
menurun. Pada sampel 5, pertumbuhan berlangsung normal. Namun pada pengukuran ke-7,
ketinggian rumput gajah menurun dari 78 cm menjadi 76 cm.
Rata-rata pertumbuhan rumput gajah dengan
variabel air tawar adalah 60.6 cm selama 7 kali pengukuran. Jika dibandingkan
dengan variabel air leri 54.67 cm dan air urin 54.14 cm, masih lebih unggul
rumput gajah dengan variabel air tawar. Pada tabel pertambahan tinggi juga
tertera, rata-rata pertambahan tinggi dengan air tawar adalah 6.1666 cm/2hari,
sedangkan air leri, air urin, dan air sabun adalah 5.5 cm/2hari, 3.625
cm/2hari, dan 4.8166 cm/2hari. Lagi-lagi masih unggul air tawar daripada ketiga
variabel diatas. Hal ini di karenakan air saja dapat memberikan tekanan turgor pada dinding sel sehingga sel
dapat membelah dan membesar. Pembelahan dan
pembesaran sel tanaman rumput gajah dapat berjalan tidak seperti biasanya jika
ada kandungan-kandungan lain dalam air. Entah itu positif atau negatife.
Pada variabel air urin, air leri, dan air sabun tanaman memang
banyak mendapatkan nutrisi dari kandungan-kandungan yang ada. Walaupun banyak
memberikan sisi positif bagi tanaman namun juga tidak lepas dari sisi negatife
yang diberikan. Yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan dengan variabel air
tawar dapat lebih baik dari pada variabel air yang diberi campuran. Karena
rumput gajah memiliki karakteristik sendiri dalam beradaptasi dengan
lingkungan, kebutuhan nutrisi, keadaan alam, dan lain sebagainya.
Pada variabel air urin, ketinggian rumput gajah dari 39.5 cm bisa
mencapai 61.25 cm, dengan rata-rata pertumbuhan 54.14 cm. Variabel air urin
membuat pertumbuhan rumput gajah lebih lambat dari pada yang lain. Pertambahan
ketinggiannya pun juga paling lambat, yaitu 3.625 cm/2hari. Pertumbuhan yang
lambat ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya kandungan urea dalam
urin yang cukup tinggi. Dalam kajian teori urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Unsur nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam
pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman. Nitrogen
memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino.
Namun jika kelebihan jumlah nitrogen, proses pembuangan menjadi lama. Adenium
bakal bersifat sekulen karena mengandung banyak air.
Maka air urin dapat dikatakan kurang tepat untuk pertumbuhan rumput
gajah. Air urin malah bersifat ‘racun’ bagi rumput gajah ditandai dengan pertumbuhan
yang lambat. Hal ini berbanding terbalik dengan hipotesis peneliti yaitu air
urin akan membuat tanaman rumput gajah subur, karena kandungan urea dalam urin
dapat meningkatkan pertumbuhan rumput Gajah. Pertumbuhan rumput Gajah yang
disirami air urin akan lebih cepat daripada disirami air leri. Yang lebih tepat
adalah pertumbuhan rumput gajah lebih cepat air leri dari pada air urin.
Air kolam lele sebagai variabel menunjukan bahwa pertumbuhan
maksimal rumput gajah dapat mencapai 92 cm dengan rata-rata 74.5 cm.
pertambahan tingginya dari setipa pengukuran juga bagus dengan rata-rata 6.875
cm/2hari. Pertambahan tinggi variabel air kolam lele jauh diatas variabel yang
lain. Air kolam lele yang mengandung nutrisi lengkap bagi rumput gajah
menyebabkan tanaman cepat tinggi dan besar. Seperti yang diungkapkan peneliti
pada hipotesis sebelumnya bahwa air kolam lele akan membuat rumput Gajah subur
dan tumbuh dengan cepat. Karena air lele banyak mengandung nutrisi yang
mencukupi dan memepercepat pertumbuhan rumput Gajah.
Dalam air kolam lele menyediakan banyak unsur hara makro dan mikro
speperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si. Manfaatnya bagi tanaman banyak sekali.
Magnesium sebagai aktifator yang berperan dalam transportasi energy beberapa
enzim di dalam tanaman. Kalsium sebagai pertumbuhan sel. Tembaga sebagai
aktifator dan membawa beberapa enzim serta berperan membantu kelancaran
fotosintesis. Molibdenum sebagai pembawa electron untuk mengubah nitrat menjadi
enzim. Cobalt sebagai penambah fiksasi nitrogen. Silikon sebagai peningkat
hasil melalui peningkatan efisiensi fotosintesis dan menginduksi ketahanan
terhadap hama dan penyakit.
Setalah dipaparkan banyaknya kandungan dan manfaat air kolam lele,
membuat peneliti yakin bahwa air kolam lele memberikan konstribusi yang bagus
sekali bagi pertumbuhan rumput gajah.
Kembali lagi pada grafik pertambahan tinggi rumput gajah. terlihat
garis-garis grafik tidak beraturan pada setiap variabel. Kebanyakan semua
variabel mengalami peningkatan tinggi yang banyak pada awal pengukuran. Kecuali
pada air tawar yang hanya sedikit saja. Pada air leri peningkatan terjadi pada
awal pengukuran setelah itu menurun, sampai-sampai tidak ada pertambahan tinggi
alias 0 (lihat pengukuran ke-5). Setelah itu meningkat lagi.
Air sabun juga begitu, pada awal pengukuran meningakat tajam. Lalu
turun dan naik lagi, turun lagi sampai 0, lalu naik lagi. Pertumbuhan ini tidak
stabil karena grafiknya yang naik turun dan juga karena variabel yang
dimasukkan.
Jika dilihat dari ketinggian tanaman gajah, yang paling tinggi
adalah dengan varibel air kolam lele, setelah itu air tawar, air sabun, air
leri, dan baru air urin yang terakhir, yangmana rata-rata pertumbuhannya adalah
air 74.5 cm untuk air kolam lele, 64.19 untuk air sabun, 60.6 untuk air tawar,
54.67 untuk air leri, dan 54.14 untuk air urin.
Pada tabel pertambahan tinggi, nomer
satu diraih oleh sampel dengan variabel air kolam lele yaitu 6.875 cm/2hari,
selanjutnya air tawar yaitu 6.1666 cm/2hari, air sabun yaitu 4.8166 cm/2hari.
Air leri yautu 5.5 cm/2hari, dan air urin yaitu 3.625.
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
·
Terdapat perbedaan pengaruh pertumbuhan pada variabel yang
di disiram dengan berbagai jenis air yakni air urin, air sabun, air tawar, air
leri, dan air kolam lele.
·
Pada variabel air kolam lele
menunjukkan pertumbuhan yang paling baik dari pada variabel yang lain.
5.2.
Saran
Dengan terselesainya laporan ini peneliti berharap agar
penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya. Penulis sangat berharap pembaca setelah membaca laporan ini, dapat
meningkatkan potensi pembaca dalam penanaman rumput gajah sehingga dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal. Mengingat begitu banyaknya manfaat yang terkandung
di dalam rumput gajah, penulis beharap generasi muda dapat memamfaatkan potensi
yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat meningkatkan potensi.
Daftar Pustaka
Kistinnah Idun,
Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Rachmawati Faidah,
Nurul Urifah, Ari Wijayati. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta
Ferdinand Fictor
P., Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 3. Pusat Perbukuan
Departeman Pendidikan Nasional. Jakarta
Nangimam.blogspot.com
Organichs.com
Gagaspertanian.com
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&ved=0CGUQFjAG&url=http%3A%2F%2Fpunyanyavika.wordpress.com%2F2011%2F12%2F25%2Fdampak-penggunaan-detergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan%2F&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNH5I-jAXoOK4Usae0V_Qpj8zw86AA&sig2=Gde3GYYATb8G9VfN66Kn9w&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
Wikipedia.com
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CEIQFjAC&url=http%3A%2F%2Fplatika-vet.blogspot.com%2F2011%2F06%2Fpencemaran-limbah-detergent.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNF2G52IkiPlylTmPPtccGrqqKFVFA&sig2=wjUwUztS3drg_zCNtR9VmA&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDkQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbiologiarchiever.blogspot.com%2F2011%2F04%2Fkandungan-detergen.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNEf5HtDfEkapbaKOQqA_Y5XxVR1pQ&sig2=BmgeZFlhkD7SzoYSwLwtjQ&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CF0QFjAF&url=http%3A%2F%2Fsariberbagiilmu.blogspot.com%2F2011%2F05%2Fbahan-kimia.html&ei=sPNTUqO6NceOrQet94GIDw&usg=AFQjCNE3KhhnnhWcgF3ef7227nqta8bBWw&sig2=XW0aGRIUNsayYp7Vto4vjQ&bvm=bv.53760139,d.bmk&cad=rja
Lampiran
1.
Data pertumbuhan Rumput Gajah
A.
Air Leri
Banyak pengukuran
|
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
Sampel 4
|
Sampel 5
|
Rata-rata pertumbuhan
|
1
|
32
|
42
|
38
|
45
|
14
|
29.5
|
2
|
42.5
|
67
|
58.5
|
53
|
33.5
|
50.2
|
3
|
48.5
|
74
|
65.5
|
57.5
|
41
|
57.5
|
4
|
56
|
79
|
68.5
|
65.5
|
42
|
60.5
|
5
|
62.5
|
80
|
70.5
|
68
|
42.3
|
61.15
|
6
|
66
|
80
|
74
|
71
|
42.3
|
61.15
|
7
|
69
|
81
|
75.5
|
73
|
43.5
|
62.5
|
B.
Air Sabun
Banyak pengukuran
|
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
Sampel 4
|
Rata-rata pertumbuhan
|
1
|
50.2
|
48
|
60.2
|
25
|
42.6
|
2
|
67.5
|
59
|
79.5
|
44
|
61.75
|
3
|
76
|
63.5
|
80.5
|
47
|
63.75
|
4
|
82
|
69.5
|
87
|
51
|
69
|
5
|
85.5
|
72.3
|
88.5
|
52
|
70.25
|
6
|
87.5
|
74.3
|
87.5
|
53.5
|
70.5
|
7
|
88
|
78
|
88
|
55
|
71.5
|
C.
Air Tawar
Banyak pengukuran
|
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
Sampel 4
|
Sampel 5
|
Rata-rata pertumbuhan
|
1
|
30
|
51.5
|
47
|
43
|
42.5
|
43.75
|
2
|
30
|
63.5
|
64
|
42.5
|
55
|
47
|
3
|
31.5
|
71.5
|
70
|
52
|
62
|
51.5
|
4
|
32
|
76
|
81
|
60
|
71
|
56.5
|
5
|
45
|
81
|
90
|
72
|
74.5
|
67.5
|
6
|
63.2
|
83
|
92
|
81
|
78
|
77.75
|
7
|
69
|
86
|
92
|
84
|
76
|
80.5
|
D.
Air Urin
Banyak pengukuran
|
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
Sampel 4
|
Rata-rata pertumbuhan
|
1
|
39.5
|
41
|
42.5
|
21
|
31.75
|
2
|
59.5
|
53
|
60
|
40
|
50
|
3
|
64
|
60.5
|
62
|
42.5
|
53.5
|
4
|
68
|
68
|
69
|
44
|
56.5
|
5
|
72
|
72
|
72.5
|
44
|
58.5
|
6
|
74.5
|
73
|
73
|
46
|
60.25
|
7
|
75.5
|
73
|
73
|
47
|
61.25
|
E.
Air Kolam Lele
Banyak pengukuran
|
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Sampel 3
|
Sampel 4
|
Rata-rata pertumbuhan
|
1
|
61.5
|
61
|
56,5
|
20
|
50.75
|
2
|
80
|
78.5
|
94
|
21
|
68
|
3
|
83
|
85
|
97
|
22
|
70.5
|
4
|
91
|
93
|
98.5
|
25
|
74.25
|
5
|
91.5
|
94.5
|
99
|
30.5
|
79.5
|
6
|
93.7
|
99
|
97
|
37
|
86.5
|
7
|
94
|
100
|
98
|
42
|
92
|
2.
Foto-foto kegiatan
Variabel air
sabun yang disiram pada rumput Gajah
Rumput Gajah
dengan variabel air urin
Masrikhan
sedang menyiram rumput Gajah dengan variabel air tawar
Hasan sedang
membandingkan sampel yang satu dengan yang lain
Dari Kiri
(Habib, Indra, Masrikhan) sedang melakukan pengukuran pada rumput Gajah.
Diambil ketika
penanaman rumput Gajah (Masrikhan)
Dari atas (Masrikhan,
Habib, Indra) melakukan pengukuran ketinggian rumput Gajah