Education System Compared Japan and Indonesia at University Level

🌷 kamu penggemar mangga, atau mengagumi kedisplinann orang2 jepang, dan teknologinya yg memukau dunia.

🌷 Atau kamu berniat studi ke jepang, dan belum mengetahui sistem pendidikan disana.

🚪 Kelas spesial Cerita Ilmu

🌱 Tema : Education System Compared Japan and Indonesia at University Level

⛩ Bersama PHD CANDIDATE :
Ali rahmat. S.P. M.App. Sc.
Mahasiswa S3 Gifu University

⏰ When_ ???
⏰ Rabu malam, 7 desember 2016 pkl. 20.00

🏡 Where_ ???
🔎Whatsapp group

🏅🏅Pemateri yg bakal nemenin kita merupakan 🎖🎖Mahasiswa S2 dan S3 Gifu University Jepang

Ayo Join bersama Cerita Ilmu karena belajar itu menyenangkan

For register :
1. Share info ini ke 3 group sosmed.
2. Kirim bukti Screenshot ke Whatsapp dan
Ketik : DAFTAR CI-NAMA-KAMPUS-CP _kirim_ _ke_ +6281279463026 atau +62 831-7703-2944
Pendaftaran sampe jam 5 sore tgl 7.

Fasilitas E- Certificate

For future information 📲

Rini ( +62 831-7703-2944 )
Uswatun ( +6281279463026)

Best Regards

Ketua Pelaksana :
Muhammad Antariksa

Muhammad Ali al husain
Founder Cerita Ilmu

Bahasa Jawa vs Bahasa Inggris

Setelah dilakukan studi perbandingan yang cukup melelahkan, kini didapatkan mana yang lebih efisien antara Bahasa Jawa dibanding Bahasa Inggris :

Inggris : Walk slowly on the edge (side) of the road
Jawa : Mlipir..!

Inggris : Got hit by a truck that is moving backward 
Jawa :  (kunduran trek..!)

Inggris : Talk too much about unimportant thing 
Jawa : (cangkeman)

Inggris : Going without notice/permission 
Jawa : (mlethas.!!)

Inggris : Taking the longer way to get to the destination 
Jawa : (ngalang)

Inggris : Riding an old bicycle 
Jawa : (ngonthel)

Inggris : Side effect after circumcision 
Jawa : (gendhelen)

Inggris : Hot pyroclastic cloud rolling down a volcano 
Jawa : (wedhus gembel)

Inggris : A small, sharp thing embedded inside one's skin 
Jawa : (susuben/ketlusupen)

Inggris : Spending a lot of time doing nothing 
Jawa : (mbathang.!)

Inggris : Things getting out from a container accidentally because of gravity 
Jawa : (mbrojol..!!)

Inggris : Get hit by thing collapsing on top of one's head/body
Jawa : (kambrukan/kebrukan.!)
Inggris : Drinking straight from the bottle without using glass, where whole bottle tip gets into the mouth 
Jawa : (ngokop...)

Inggris : Cannot open eyes because something is shining very bright 
Jawa : (blereng)

Inggris : Something coming out from one's rear end little by little
Jawa : (kecret/kecrit..!!!)

Inggris : Hanging on tightly to something in order to be inert 
Jawa : (gondhelan)

Inggris : Falling/ tripping accidentally because of a hole 
Jawa : (kejeglong.!)

Inggris : Being overly active carelessly 
Jawa : (pecicilan)

Inggris : Feeling unwell because of cold temperature 
Jawa : (katisen)

Inggris : Making too much noise, disturbing other people 
Jawa : (mbribeni)
Inggris : Tripping over accidentally caused by wires, cloths, gowns etc. 
Jawa : (kesrimpet.!)

Inggris : Being alone (or with a companion) in the corner of a place/ room doing something suspicious 
Jawa : (mojok)

Daerah Rawan Operasi Zebra Yogyakarta


Jalan Wonosari - Sebelah Jembatan Kali Opak, depan Bakmi Sapar - Cegatan dari arah timur.Ring Road Timur - Sebelah Nasmoco, depan Gapensi sebelum prapatan Ring Road Ketandan - Cegatan dari arah utara.

 Pakualaman - Jalan searah ke utara dari pasar Sentul (tembus perempatan Gayam) - Cegatan dari arah selatan.Ring Road Timur - Belokan Surya Global - Cegatan dari arah selatan.Ring Road Timur - Depan PB Suradi, 400 meter sebelah selatan perempatan Ring Road Ketandan- cegatan dari arah utara dan selatan.Ring Road Barat - Setelah UMY - cegatan dari arah selatan.Ring Road Utara - Depan Polsek Depok Timur/Casagrande - Cegatan dari arah barat.Jalan Parangtritis - Depan PyramidJalan Parangtritis - KM 18 tikungan tajam CandiJalan Gedongkuning - Belokan Depan STTL/Barat JEC- Cegatan dari arah utara.Ring Road Utara - Timur Perempatan Kentungan - Cegatan dari arah barat.Ring Road Utara - Parkiran Monjali - Cegatan dari arah barat.Jalan Wates - Sebelum Pom Bensin Ambarketawang - Cegatan dari arah timur. Ring road selatan timur rose inn hotel dari arah barat dan timur. Sebelah utara masjid agung bantul -Melikan- dari arah utara dan selatan.Jalan imogiri barat.Sebelah timur pasar kembang, Yogyakarta.Sebelah utara perempatan palbapang, Bantul - kadang bareng dari 2 arah.Depan pasar niten lama jalan bantul..Depan SMA Piri Yogyakarta.Depan Polres Bantul - Jalan Bantul - Arah Utara Pasar colombo gejayan dari arah utara, LPP demangan arah kekota janti bwah jembatan arah ketimur.Kantor samsat pembantu jalan solo.Ring Road Utara barat perempatan kenthungan selatan jalan.Cegatan dari arah timur (sebelum ruko ahmad dani). Jalan godean-kenteng barat jembtan ngapak barat mie ayam pasnya di tugu KB.Lapangan denggung dari arah selatan

Delapan Syarat Agar Dapat Berkumpul reunian Bersama Keluarga dan teman di Surga


_Reuni merupakan momen indah yang banyak ditunggu. Setelah sekian lama tidak berjumpa, dipisahkan oleh jarak dan rutinitas baru, kita berkeinginan  untuk bertemu kembali dengan kawan lama dalam suasana gembira dan penuh nostalgia._

Kegiatan ini diselenggarakan bukan saja oleh mereka yang memiliki kesamaan sekolah, tapi seringkali dilakukan pula oleh paguyuban yang memiliki kesamaan keturunan, asal-usul daerah, atau kesamaan bentuk lainnya.

Meluasnya penggunaan teknologi informasi khususnya jejaring sosial yang mampu melacak keberadaan kawan lama telah ikut mendorong meningkatnya aktifitas reunian di berbagai kalangan. Suasana romantisme masa lalu telah membuat reuni menjadi peristiwa yang diharapkan. Bahkan diperjuangkan.

_Bagi muslimin ada satu reuni yang memiliki nilai luar biasa, yaitu kesempatan bertemunya kembali keluarga besar seketurunan di tempat baru yang sangat menyenangkan di akhirat kelak._

Allah berfirman dalam QS Ar-Ra'd [13]: 22-24 yang artinya "Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga 'Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), 'salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). 'Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu"

*_Sayyid Quthb dalam "Tafsir Fi Zhilalil-Qur'an" menjelaskan peristiwa di atas  laksana  sebuah festival atau reuni dimana mereka saling bertemu, mengucapkan salam, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan dan menggembirakan serta penuh dengan penghormatan._*

Kebersamaan di surga tersebut tentu tidak mudah untuk dicapai, karena dalam kisah yang dijelaskan Alquran banyak keturunan/keluarga yang tidak lagi bisa bertemu di akhirat, seperti: Nabi Nuh dengan putra dan istrinya, Asiyah yang solehah dengan suaminya (Firaun), dan Nabi Luth dengan istrinya. Namun bertemunya  keluarga besar di surga bukan pula sesuatu yang tidak mungkin.    

*Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra'd [13] : 18-21 kita bersama keluarga besar bisa bertemu di surga 'Adn, asal dapat memenuhi delapan syarat.*

*Pertama,* memenuhi seruan Tuhannya Barang siapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya.

*Kedua,* memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah disini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman.

*Ketiga,* menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinabungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan  aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling.

*Kempat,* takut kepada Allah.  Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan.

*Kelima,* sabar.  Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati.

*Keenam,*  mendirikan Shalat.   Ini termasuk juga  memenuhi janji dengan Allah. Shalat  ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjia ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan  diri secara  tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci.

*Ketujuh,*  Menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan.

*Kedelapan,* menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak  kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan

Kisah warkudara mencari ilmu makrifat

Kisah warkudara mencari ilmu makrifat, dia masuk ke dasar laut tapi tidak mati di dasar laut ketemu dewa ruci,

diceritakan dalam kisah Dewa Ruci, di mana diceritakan perjalanan Bima (mahluk Tuhan) mencari “air kehidupan” yakni sejatinya hidup. Air kehidupan atau
tirta maya , dalam bahasa Arab disebut
sajaratul makrifat . Bima harus melalui berbagai rintangan baru kemudia bertemu dengan Dewa Ruci (Dzat Tuhan) untuk mendapatkan “ngelmu”.
Bima yang tidak lain adalah Wrekudara/AryaBima, masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa Bima bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”. Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.
Atas petunjuk Dewa Ruci, Bima masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri.
Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:”Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.
Lalu Bima melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.
Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.
Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti.

Maaf ngambil contohnya dari wayang kulit

Sayyidina Ali dan Seorang Yahudi

Pada suatu hari dia berkelahi dengan orang Yahudi, berperang dan berhadap-hadapan satu sama satu.

Karena hebatnya perkelahian, kuat sama kuat, akhirnya terbantinglah Yahudi itu jatuh dan dengan secepatnya Sayyidina Ali telah duduk di atas perut lawannya dan mengemasi kedua belah tangannya sehingga tldak dapat bergerak lagi, tinggal hendak menikamnya saja.

Orang Yahudi itu pun tidak berdaya lagi hendak mempertahankan dirinya.

Tiba-tiba karena akal lain tidak ada lagi, dari sangat murka dan gemasnya, orang Yahudi telah meludahi wajah Sayyidina Ali.

Setelah mukanya diludahi dan basah kena air ludah, Sayyidina Ali terdiam.

Lalu tidak berapa lama kemudian, dia pun tegak. Diambilnya serbannya, dihapusnya mukanya dan musuhnya itu dibiarkannya berdiri.

Dengan keheranan musuhnya, Si Yahudi itu bertanya, "Mengapa tidak engkau bunuh aku? Padahal kesempatan yang sebaik-baiknya? Dan aku meludah engkau karena tidak berdaya lagi?"
Sayyidina Ali menjawab,

"Saya berkelahi dengan engkau tadi karena mempertahankan agama Allah. Saya akan bunuh engkau selama engkau menentang Allah.

Tetapi setelah engkau meludahi mukaku, soalnya bukan lagi karena mempertahankan agama Allah. Dia telah berganti dengan soal pribadi.

Aku sangat murka kepada engkau karena meludahiku.

Maka kalau aku bunuh engkau karena kemurkaan berkenaan dengan urusan diri sendiri, tidaklah berarti lagi perjuanganku.

Karena tidak lagi karena mempertahankan agama Allah, melainkan karena mempertahankan harga diri."

Sikap yang seperti ini pun adalah sikap seorang yang berjiwa besar seakan-akan beliau berkata,
Aku sendiri boleh engkau maki-maki, aku tidak akan marah.

Tetapi kalau agama Allah yang engkau singgung, engkau akan mendapat bagianmu yang setimpal!

(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 8 Hal. 171-177, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).