Pengertian Logika Dan Algoritma


Ditinjau dari asal-usul katanya, kata Algoritma sendiri mempunyai sejarah yang aneh. Orang hanya menemukan kata algorism yang berarti proses menghitung dengan angka arab. Anda dikatakan algorist jika Anda menghitung menggunakan angka arab. Para ahli bahasa berusaha menemukan asal kata ini namun hasilnya kurang memuaskan. Akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal kata tersebut yang berasal dari nama penulis buku arab yang terkenal yaitu Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khuwarizmi. Al-Khuwarizmi dibaca orang barat menjadi Algorism.

Al-Khuwarizmi menulis buku yang berjudul Kitab Al Jabar Wal-Muqabala yang artinya “Buku pemugaran dan pengurangan” (The book of restoration and reduction). Dari judul buku itu kita juga memperoleh akar kata “Aljabar” (Algebra). Perubahan kata dari algorism menjadi algorithm muncul karena kata algorism sering dikelirukan dengan arithmetic, sehingga akhiran –sm berubah menjadi –thm. Karena perhitungan dengan angka Arab sudah menjadi hal yang biasa, maka lambat laun kata algorithm berangsur-angsur dipakai sebagai metode perhitungan (komputasi) secara umum, sehingga kehilangan makna kata aslinya. Dalam bahasa Indonesia, kata algorithm diserap menjadi algoritma.




Pengertian Logika dan Algoritma

 
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.

Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.

Definisi Algoritma

  • Ahli sejarah matematika menemukan kata algoritma berasal dari nama penulis buku Arab terkenal, yaitu Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa Al-Khuwarizmiseorang ahli matematika, astrologi, astronomi dan geografi.
  • Algoritma adalah sekumpulan langkah (tahapan) logis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (permasalahan).
  • Merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah.

Logika dan Algoritma diperkenalkan Oleh Ahli Matematika : Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi. Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Pada Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, istilah algoritma diartikan sebagai prosedur langkah demi langkah untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu tugas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan algoritma sebagai urutan logis pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Algoritma adalah urutan langkah – langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis. Logis merupakan kunci dari sebuah algoritma. Langkah – langkah dalam algoritma harus logis dan bernilai benar atau salah.
 
 
 
 

Gerbang Logika | Aljabar Boolean


Gerbang Logika merupakan suatu entitas dalam elektronika dan matematika boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah sinyal keluaran logik.

Macam - Macam Gerbang Logika

1.         Gerbang AND
Gerbang AND akan berlogika 1 atau keluarannya akan berlogika 1 apabila semua masukan / inputannya berlogika 1, namun apabila semua atau salah satu masukannya berlogika 0 maka outputnya akan berlogika 0.
                

Input A
Input B
Output 
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1

      2.      Gerbang OR
Gerbang OR akan berlogika 1 apabila salah satu atau semua inputan yang dimasukkan bernilai 1 dan apabila keluaran yang di inginkan berlogika 0 maka inputan yang dimasukkan harus bernilai 0 semua.
                         

Input A
Input B
Output Y
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1

 3.      Gerbang NOT
Gerbang NOT berfungsi sebagai pembalik (Inverter), yang mana outputnya akan bernilai terbalik dengan inputannya.
                 

Input
Output Y
0
1
1
0

       4.      Gerbang NAND
Gerbang NAND akan bernilai / outputnya akan berlogika 0 apabila semua inputannya bernilai 1 dan outpunya akan berlogika 1 apabila semua atau salah satu inputannya bernilai 0. 
                        

Input A
Input B
Output Y
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0

       5.      Gerbang NOR  
Gerbang NOR merupakan gerbang logika yang outputnya akan berlogika 1 apabila semua inputannya bernilai 0, dan outpunya akan berlogika 0 apabila semua atau salah satu inputannya inputannya berlogika 1.
                           

Input A
Input B
Output Y
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0

      6.      Gerbang XOR  
Gerbang XOR merupakan kepanjangan dari Exclusive OR yang mana keluarannya akan berlogika 1 apabila inputannya berbeda, namun apabila semua inputanya sama maka akan memberikan keluarannya 0.
                
Input A
Input B
Output Y
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0

7.      Gerbang XNOR  
Gerbang XOR merupakan kepanjangan dari Exclusive NOR yang mana keluarannya akan berlogika 1 apabila semua inputannya sama, namun apabila inputannya berbeda maka akan memberikan output berlogika 0.

                           

Input A
Input B
Output Y
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1




Dilema | Logika Informatika


Dilema adalah semacam pembuktian, argumentasi, yang di dalamnya terdiri dari silogisme hipotetik dan silogisme disjungtif. Terjadi karena premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disyungtif. Konklusinya, berupa proposisi disyungtif, tetapi bisa proposisi kategorika. Dalam dilema, terkandung konsekuensi yang kedua kemungkinannya sama berat. Konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan. 

• Cara Mengatasi Dilema
a. Dengan meneliti kausalitas premis mayor
b. Dengan meneliti alternative yang dikemukakan 
c. Dengan kontra dilema
d. Dengan memilih alternatif yang paling ringan 

• Hukum-hukum Dilema
1. Putusan disyungtif harus lengkap, menyebut semua kemungkinan.
2. Konsekuensinya harus sah
3. Kesimpulan lain tidak mungkin (tidak boleh dapat di –‘retorsi’ atau dibalik)

Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif. Sedangkan, premis minornya keputusan kategorika yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. 

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan dalam arti luas. Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.

Seperti : Ia lulus atau tidak lulus
Ternyata ia lulus, jadi 
ia bukan tidak lulus.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Seperti : Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah 
jadi di pasar.

Baik dalam arti luas maupun sempit mempunyai 2 tipe yaitu:
  1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui alternatif yang lain. 
  2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif lain.
Hukum-hukum silogisme disjungtif

1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.

2. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya:

a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah. (benar). 
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, konklusinya tidak sah (salah).

Penalaran Tidak Langsung


Dua bentuk utama penalaran tidak langsung, yaitu induksi dan deduksi. Keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam prakteknya keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling mengisi.

1. Induksi

Induksi adalah suatu penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus yang berbentuk ‘S ini adalah P’ (subjek ini adalah predikat). 

Dalam induksi kesimpulan yang dicapai selalu berupa generalisasi (pengumuman), misalnya: “air kotor menyebabkan penyakit kulit”. Setiap generalisasi induktif diperoleh sesudah dilakukan pengamatan bahwa beberapa atau banyak kejadian berakhir dengan hasil yang sama, maka kemudian si pengamat ‘yakin’ bahwa diwaktu yang akan datang, suatu kejadian yang sama juga akan berakhir dengan hasil yang sama. 

a. Induksi tidak Lengkap dan Hakikat kesimpulannya

Induksi tidak lengkap adalah mengamati kejadian-kejadian tetapi tidak diamati atau diselidiki secara menyuluruh namun sudah mengambil suatu kesimpulan umum. Jenis induksi tidak lengkap inilah yang sering kita jumpai. Alasannya sederhana, karena keterbatasan manusia. 

Penalaran induktif, sesuai dengan sifatnya, tidak memberikan jaminan bagi kebenaran keimpulannya. Meskipun, misalnya, permis-permisnya semua benar, tidaklah secara otomatis membawa akibat pada kebenaran kesimpulan. 


b. Induksi dan Metode Ilmiah

Hubungan induksi dengan metode Ilmiah adalah induksi merupakan dasar metode Ilmiah.

2. Deduksi 

Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalm suatu proposisi atau lebih. Kesimpulan tersebut benar-benar sesuatu yang baru dan muncul sebagai konsekuen dari hubungan-hubungan yang terlihat dalam proposisi atau proposisi-proposisi tadi. 

Manakala penalaran deduktif diambil struktur intinya dan dirumuskan secara singkat, maka dijumpailah bentuk logis pikiran yang disebut silogisme.

PENGERTIAN SILOGISME

Silogisme merupakan bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal dan dianggap sebagian yang paling penting dalam ilmu logika . Dilihat dari bentuknyasilogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum . hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harusuniversal dan dalam dua keputusan tersebut harus ada usur – unsur yang sama – sama dipunyai oleh kedua keputusannnya

Jadi tegasnya yang di namakan dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulandari dua macam keputusan ( yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal ) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya[1]. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. [2]Contoh

1. Semua makhluk mempuyai mata. ( Primis Mayor )

2. Si kacong adalah seorang mahluk. ( Primis Minor )

3. Jadi Si kacong mempuyai mata. ( Kesimpulan )

Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara keputusan pertama dengan keputusan kedua yakni sama – sam mahkluk dan salah satu dari keduanya universal ( Keputusan pertama ) oleh karena itu nilai kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai kebenaran dua keputusan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa Si kacongmempuyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua primis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benarmaka hal ini harus di kembalikan kepada kebenaran primis yang mendahuluinya.. Sekiranya kedua primis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang di tariknya juga adalah benar.

Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran primis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan . Dan ketika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak di penuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusunsecara deduktif, Argumentasi matematik seperti : a sama dengan b dan bila b sama denganc maka a sama dengan c hal ini merupakan penalaran deduktif , Kesimpulan ang berupa pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada haketnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya , melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuanyang sudah kita ketahui sebelumnya , yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.[3]



[1] Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi Jaya nyalaran Pamekasan 2001 ) 70
[2] Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan , Jakarta,2003 ) 49
[3] Ibid 49