Beranda
» alat peraga
» media
» media belajar
» media pembelajaran
» Pengembangan Media dan Alat Peraga Sederhana
Pengembangan Media dan Alat Peraga Sederhana
in
alat peraga,
media,
media belajar,
media pembelajaran
- on 4:36 PM
- No comments
Sebagian pendidik beranggapan bahwa menggunakan media dalam dunia pendidikan sangatlah sulit tapi ternyata pernyataan tersebut salah. Bagi pendidik yang termasuk orang awam media dan alat peraga mutlak penting digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar!”Itu kata kunci utama yang harus dipegang oleh guru pada saat memimpikan proses pembelajaran yang berkualitas. Bagaimanapun, kita sepakat dengan para ahli pendidikan dan psikologi yang menyatakan bahwa usia sekolah dasar adalah usia dimana pemikiran peserta didik harus bersifat nyata, konkrit, dan operasional. Fase yang dialami pada usia sekolah dasar membutuhkan segala sesuatunya mudah dipahami dan dapat dibuktikan sehingga implikasinya bagi guru adalah berusaha untuk menentukan bentuk nyata atau mendekati nyata dari konsep yang diajarkan. Kesulitan yang biasa dialami peserta didik dalam memahami konsep adalah verbalism, dimana mereka mengetahui konsep tetapi tidak paham makna.
Dalam konteks ini Winarno Surakhmad (1986 : 59) menyatakan bahwa : “Berdasarkan kenyataan bahwa setiap metode dapat dipergunakan dengan baik ditangan guru yang arif, dapatlah ditetapkan hypotesa bahwa sesungguhnya oleh setiap guru metode itu dapat dipertinggi efektifitasnya dengan berbagai teknik. Satu diantara teknik yang lazim dipergunakan ialah pemakaian alat-alat pembantu, baik sebagai alat peraga, maupun sebagai manusia sumber, dan lain-lain lagi. Jadi pada prinsipnya, setiap penggunaan alat pembantu harus dapat mempertinggi efisiensi metode utama yang di pakai mengajar artinya ialah bahwa setiap pengguaan alat itu harus membawa guru dan murid lebih dekat lagi pada tujuan yang ditetapkan.”
Media merupakan sarana atau saluran yang tepat mempermudah penyampaian pesan kepada peserta didik. Alat peraga dapat menunjukkan konsep lebih menjadi nyata. Untuk membedakan antara media dan alat peraga dapat dilihat dari fungsi keduanya. Sesuatu disebut media jika dapat mempermudah peserta didik memahami pesan. Dalam penggunaanya, kedua istilah itu kadang dicampuradukkan, karena memang satu benda dapat berfungsi sebagai media atau alat peraga sekaligus. Sebuah papan tulis dapat berfungsi sebagai media saat digunakan guru untuk menunjukkan bangun-bangun segi empat. Dilihat dari penggunaannya, media bersifat tidak langsung, sedangkan alat peraga bersifat langsung. Fakta yang terjadi dilapangan menunjukkan adanya kecenderungan guru enggan menggunakan media atau alat peraga saat menyampaikan materi pembelajaran. Saat saya mencoba menelusuri penyebabnya, dari beberapa responden guru yang saya temui pada diklat atau pelatihan mengemukakan beberapa alasan, sebagian diantaranya;
1). Tidak semua materi pelajaran memiliki media atau alat peraga yang relava;
2) media dan alat peraga yang tersedia disekolah sangat minim;
3) pengadaan media dan alat peraga membutuhkan biaya;
4) Media atau alat peraga yang tersedia dari bantuan pemerintah sulit untuk dioperasikan Permasalahan yang kerap dialami para guru dilapangan.
Penggunaan media atau alat peraga pada dasarnya dapat dilakukan dalam semua mata pelajaran atau materi apapun, bergantung kepada kreativitas guru yang bersangkutan. Sekecil apapun saluran penyampaian pesan, misalnya: spidol, kapur tulis, pulpen atau pensil saat digunakan untuk menjelaskan sebuah konsep, adalah media karena bisa mempermudah sampainya pesan kepada peserta didik dibandingkan hanya melalui ceramah semata. Sesederhana apapun sesuatu yang bisa memperjelas pemahaman peserta didik terhadap konsep; misalnya spidol, kapur tulis, pulpen atau pensil, adalah alat peraga karena dapat menunjukkan contoh nyata dari alat-alat tulis dari pada hanya menyebutkan namanya saja, khususnya kepada peserta didik yang belum mengetahui konsep itu.
Media atau alat peraga yang dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman peserta didik sebenarnya banyak tersedia di sekitar kita, bergantung pada apakah kita peka atau tidak sama sekali. Perlu kita ingat bahwa saat berpikir tentang media atau alat peraga, jangan selalu membayangkannya sebagai sesuatu yang rumit, berbasis komputerisasi, atau menggunakan teknologi. Banyak media sederhana yang dapat dibuat dari bahan sederhana atau bahan bekas pakai sekalipun. Kertas, sendok, daun-daunan, kayu, tripleks, pasir, koran bekas, kain perca, tutup botol, plastik bekas, dan masih banyak lagi bahan-bahan yang tersedia di alam dapat dimanfaatkan sebagai media maupun alat peraga.
Jangan membuat hal mudah menjadi sulit dengan berpikit terlalu jauh, apabila sudah tersedia media atau alat peraga yang sudah jadi dan tersedia di sekolah, mengapa juga harus berpikir untuk membuat media atau alat peraga lain? Saya pernah menemukan kasus seorang guru bersusah payah menghabiskan banyak biaya untuk membuat media tata surya di kelas VI, padahal di perpustakaan sekolahnya sudah tersedia media yang jauh lebih baik hasil bantuan pemerintah, tetapi berdebu karena nyaris tak pernah tersentuh.
Media ataupun alat peraga dapat dibuat dengan cara memodifikasi barang lain misalnya mainan anak, atau peralatan bekas pakai. Cobalah berkreasi menciptakan sesuatu yang edukatif. Bukankah media kita sesederhana apapun, dapat dihargai sebagai bagian dari pengembangan diri guru.
Penggunaan media dan alat dalam proses pembelajaran dipercaya dan terbukti dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Sekali lagi semua bergantung kepada kuat dan tidaknya tekad guru untuk memanfaatkan segala potensi di lingkungan sekitar. Selain media yang dibuat pabrikan atau oleh guru, media dan alat peraga juga dapat tersedia secara langsung di sekitar kita. Lingkungan bisa menjadi media dan alat peraga yang berharga. Contoh; saat guru akan menjelaskan tentang proses fotosintesis yang bermanfaat untuk menghasilkan oksigen, maka kita bisa mengajak peserta didik untuk keluar kelas dan berdiri di bawah sebatang pohon yang rindang. Saat itu, pohon berfungsi sebagai media pembelajaran. Setelah itu guru menunjukkan bukti daun berklorofil menghasilkan karbohidrat dengan cara memanfaatkan sehelai daun yang dimasak dan ditetesi larutan lugol, maka pada daun berfungsi sebagai media sekaligus alat peraga.
Nah, sudah tiba saatnya kita melakukan sesuatu yang berbeda saat menjalankan tugas kita sebagai guru. Mulailah dengan mencoba membelajarkan peserta didik dengan menggunakan media atau alat peraga yang menarik, hingga peserta didik semakin merasakan bahwa belajar dengan kita ternyata begitu menyenangkan.
sumber
Post a Comment